Selasa, 21 April 2015

Teladankan, jangan sekedar petuah!!



Kisah Ibu Kepiting dan Anaknya
Sore yang cerah, angin pantai semilir menyapa apa saja, tanpa terkecuali. Di ufuk barat, dalam temaram senja,di balik bukit-bukit pantai itu,matahari bersinar redup,seolah letih seharian membuai bumi dengan sinar cintanya, seekor induk kepiting dan anaknya berjalan-jalan di sepanjang pantai. Mereka bertemu dengan banyak makhluk. Ada manusia yang sedang berjalan-jalan,­ ada anjing, kodok dan lain sebagainya. Sang induk kepiting mengamati mereka semua, lalu dia mengamati bahwa ada yang salah pada cara berjalan anaknya.
"Anakku, mengapa kau tidak berjalan lurus ke depan?" ujar sang ibu kepiting, "Coba kau lihat, manusia, anjing, kodok dan semua makhluk yang kita temui berjalan dengan arah lurus ke depan. Hanya kamu yang berjalan dengan arah menyamping," sang induk kepiting agak cemas karena merasa anaknya tampak aneh dari yang lain.
"Baiklah ibu, aku akan berjalan dengan arah ke depan," ujar sang anak kepiting. Dia berusaha berjalan dengan arah ke depan, tetapi tidak bisa. Si anak kepiting selalu terjatuh saat mencoba. Bahkan dia merasa kaki-kakinya menjadi sakit bila dipaksa untuk berjalan dengan mengarah ke depan seperti yang dilakukan makhluk-makhluk­ lainnya. "Aku tidak bisa, ibu," ujar si anak kepiting, tetapi sang induk terus memaksa agar anaknya bisa berjalan lurus. "Coba ibu contohkan bagaimana berjalan lurus ke depan yang benar!" ujar si anak kepiting karena telah putus asa dan lelah mencoba, kaki-kakinya mulai sakit karena memaksa diri untuk menuruti keinginan ibunya.
Sang induk lalu mencontohkan bagaimana cara berjalan lurus ke depan. Nyatanya, sang ibu kepiting tidak dapat melakukan hal tersebut. Dia berkali-kali terjatuh, bahkan tubuhnya terbalik saat memaksakan diri untuk berjalan lurus ke depan. Ternyata dia sendiri tidak bisa memberikan contoh pada anaknya.
Akhirnya sang ibu menyerah dan sadar bahwa setiap makhluk punya caranya sendiri-sendiri­ untuk hidup. Berjalan ke samping di antara makhluk-makhluk­ yang berjalan lurus ke depan bukan berarti dia aneh atau gagal.
Integritas, itulah kata Kunci keteladanan. Si Induk Kepiting tidak bisa memaksa anaknya berjalan maju jika ternyata dirinya tidak bisa memberi contoh bagaimana caranya berjalan maju. Yesus dengan sangat keras mengingatkan,tepatnya menyindir Senhedrin Yahudi yang bisanya hanya membuat peraturan,tahu tentang peraturan,namun tidak pernah melakukannya (Mat 23:1-12). Demi mendapatkan integritas itu dibutuhkan proses,di dalamnya ada kesadaran diri. Itulah yang dilakukan Yosua. Ia menyadari dirinya punya tugas melanjutkan kepemimpinan Musa yang menempatkan Tuhan allah di tempat paling utama,dan kemudian  melaksanakannya, bukan sekedar mengertinya.
Kitasemua adalah Pemimpin Untuk Kehidupan kita,maka belajarlah untuk memiliki Integritas diri. Mengatakan  A ya lakukan A dan itu karena berpikir A. sering manusia itu munafik, mengatakan mengampuni,pemaaf,namun dalam praktiknya hanya sedekar omong doing,tidak pernah mau (bukan tidak mampu) melakukannya.
Selamat menikmati proses Integritas diri demi menjadi seorang pemimpin sejati.
Top of Form


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH