Jumat, 10 April 2015

Bahagia yang Sempurna



Catatan-Catatan untuk kotbah..
MINGGGU 12 April 2015
Sebuah Sukacita yang Penuh
Pengantar
Penuh, itu berarti alat yang dipakai untuk menampung telah tidak muat lagi. Penuh dalam arti ideal, bukan ketika alat penampung tidak cukup tidak dipaksakan,namun penuh itu ketiga semua “Ruang Kosong” telah terisi. Tidak ada tambahan. Demikian juga saat seseorang merasa sukacitanya/senangnya/bahagianya penuh, berarti duka,sedih kepilian hidup sudah tidak bersemayam ladi dalam hidupnya, meski masih ada di sekitar hidupnya.
Para murid Yesus merasakan sukacita yang hebat saat tahubahwa Yesus,Guru mereka telah bangkit dari antara orang mati. Mereka –antara takut dan tidak percaya- merasa bahagia,namun belum sempurna. Dan, sempurnanya adalah saat meereka telah bertemu Yesus. Dalam bacaan-bacaan Alkitab minggu ini, kita diajak untuk melihat beberapa pokok teologi penting tentang sukacita dan penuh. Bacaan-bacaan di atas akan membimbing kita.
Bacaan I
4:32 Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama.
4:33 Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah.
4:34 Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa
4:35 dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya.
Catatan Teks
Pasca trilogy Yerusalem Golgota, Penangkapan,Penyiksaan dan Pembunuhan Yesus, keadaan Kota Yerusalem masih agak heboh,meski sudah mulai sepi karena sebagian sudah tidak begitu mempedulikan lagi trilogy itu,meskipun bagi sebagian besar orang –utamanya pendatang-,ada kekaguman luar biasa. Kekaguman yang berdasar dari kisah sengsara itu sampai desas-desus bahwa Si Mesias yang di salib itu ternyata telah bangkit. Nach…melihat situasi yang sungguh sangat “Ideal” ini, para Rasul yang dikomandani Petrus, menggunakan kesempatan untuk menyatakan pengalaman dan yang kemudian ia dan kawan-kawannya yakini. Dalam sebuah perkumpulan (mungkin semacam PA bersama), Petrus dengan lantang berbicara (Mungkin berpidato/berkotbah) tentang pengalaman yang diyakininya,yaitu Yesus yang telah bangkit. Mereka semua kemudian menjadi satu tekad,satu tujuan,satu sasara.  Yang agak unik, Petrus justru bisa memanfatkan situasi sulit sebagai sebuah peluang. Daripada repot-repot menemui Ahli taurat dan imam kepala yang belum tentu bisa dan berkenan ditemui,justru dengan penangkapannya menjadikan ia dan kawan-kawan memiliki kesempatan itu dan memanfaatkannya.
Perhatikan, catatan khusus ayat 32, semua menjadi satu, baik psikis maupun non psikis secara proporsional. Semua menjadi keluarga,milik bersama. kemilik bersaman itu digambarkan sebagai sesuatu yang sangat menggembirakan. Kemenyatuan hidup menjadi tanda kesehatian mereka. Semua terpadukan dalam semangat KEBANGKITAN.
Catatan Reflektif. Ini yang bisa menjadi cermin kita sekarang ini,ketika kebersamaan sirna digantikan dengan kesendirian dalam segala aspek kehidupan, tak terkecuali kehidupan relegius. Maka, sejatinya gereja sedang berjalan mundur,bukan maju mengikuti langkah Yesus, namun mundur,meninggalkan jalan yang dahulu dilalui Yesus.

Mazmur 133
133:1 Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!
133:2 Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya.
133:3 Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.

Jujur, teks ini kerap kali saya pakai dasar untuk penghiburan,terkhusus untuk hari-hari setelah ke 40. Mengapa demikian?Karena dalam teks ini digambarkan dengan begitu jelas betapa yang menjadi point penting dari “Baik” dan “Indah” itu adalah rukun. Rukun itu dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti damai,tidak bertengkar,berseteru. Jadi ini berkenaan dengan hidup bersama,buka hidup sendirian.
Keindahan dari sebuah hidup yang rukun dikaitkan Pemazmur dengan sebuah ritus yang di dalamnya menyertakan Tuhan. Minyak yang melelh dari kepala ke janggut kemudian ke leher jubahnya. Ini adalah saat dimana seseorang diwisuda,diteguhkan untuk sebuah tugas-tugas khusus,bisa nabi,bisa raja. Dan untuk tugas itu, nabi yang ditugasi menahbiska diyakini menjadi kepanjangan tangan Tuhan dengan menuang minyak zaitun ke kepala si tertahbis,dan kemudian meleleh ke janggut (Pasti berewok),leher dan jubah. Saat orang Yahudi diurapi minyak,itulah saat yang sangat membahagiakan. Oleh karenanya,semua berharap diurapi minyak peneguhan itu.
Hal itu diungkapkan dalam sebuah puisi nan elok,bahwa kerukunan itu bak sumber kehidupan,seperti embun Gunung Hermon yang meleleh turun,menyatu dan kemudian menjadi aliran-aliran air bening yang menghadirkan kehidupan. ITULAH SUKACITA YANG SEMPURNA.

Bacaan II I Yohanes 1:1-2:2
1:1 Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup -- itulah yang kami tuliskan kepada kamu.
1:2 Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami.
1:3 Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.
1:4 Dan semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna.
1:5 Dan inilah berita, yang telah kami dengar dari Dia, dan yang kami sampaikan kepada kamu: Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan.
1:6 Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran.
1:7 Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.
1:8 Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.
1:9 Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.
1:10 Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita.
2:1 Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil.
2:2 Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.
Dasar Surat Yohanes yang pertama ini adalah kerinduan Penulis agar jemaat (yang ia kirimi surat) tetap setia hidup untuk,dengan dan di dalam Allah. Ini terjadi karena pada waktu itu,berkembang ajaran bahwa Allah itu kudus dan dunia ini jahat,oleh karenanya,tidak mungkinlah Yesus itu Allah, karena hidup seperti manusia. Sebegitu kuatnya ajaran yang mengatakan bahwa Allah itu kudus dan oleh karenanya tidak boleh bersentuhan dengan Dunia yang tidak kudus itu, sampai-sampai Penulis Surat ini di ayat pertama terkesan agak marah. Ia menegaskan bahwa ia telah mendengar,melihat dan bahkan merabanya,semua demi keterjagaan iman umat. Itu yang akan menjadikan Si Penulis Surat bahagia,sukacita.
Teks yang kit abaca adalah teks pengantar, yang menekankan betapa pentingnya pengertian akan Karya Yesus dan konsep iman,pengampuan, hidup bersama. sebuah harapan yang sederhana, hidup yang tanpa berbuar dosa lagi. Namun jikapun berbuat dosa karena “Sebuah Keadaan”, kita sudah memiliki “Jembatan Imam” yang akan mengantarkan langsung kita ke Sang Pemilik Kehidupan.
Yohanes mengungkapkan sedikit konsep dan paham tentang keberadaan Yesus yang untuk semua bangsa,bukan hanya untuk Israel dan orang Kristen saja. Ini yang semstinya menegor kita bahwa karunia Illahi itu untuk semua umat, bukan terbatas di sekitar gereja.

Bacaan Injil, Yohanes 20 :19-30
20:19 Pada hari Minggu itu juga, ketika sudah malam, pengikut-pengikut Yesus berkumpul di sebuah rumah dengan pintu-pintu yang terkunci, sebab mereka takut kepada para penguasa Yahudi. Tiba-tiba Yesus datang dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata, "Salam sejahtera bagimu."
20:20 Sesudah berkata begitu, Ia menunjukkan kepada mereka tangan dan lambung-Nya. Pada waktu melihat Tuhan, mereka gembira sekali.
20:21 Lalu Yesus berkata kepada mereka sekali lagi, "Salam sejahtera bagimu. Seperti Bapa mengutus Aku, begitu juga Aku mengutus kalian."
20:22 Lalu Ia meniupkan napas-Nya kepada mereka dan berkata, "Terimalah Roh Allah.
20:23 Kalau kalian mengampuni dosa seseorang, Allah juga mengampuninya. Kalau kalian tidak mengampuni dosa seseorang, Allah juga tidak mengampuninya."
20:24 Tomas (yang disebut si "Kembar"), seorang dari dua belas pengikut Yesus, tak ada bersama yang lain ketika Yesus datang.
20:25 Maka pengikut-pengikut Yesus yang lain berkata kepada Tomas, "Kami sudah melihat Tuhan!" Tetapi Tomas menjawab, "Kalau saya belum melihat bekas paku pada tangan-Nya, belum menaruh jari saya pada bekas-bekas luka paku itu dan belum menaruh tangan saya pada lambung-Nya, sekali-kali saya tidak mau percaya."
20:26 Seminggu kemudian pengikut-pengikut Yesus ada lagi di tempat itu, dan Tomas hadir juga. Semua pintu terkunci. Tetapi Yesus datang dan berdiri di tengah-tengah mereka, lalu berkata, "Salam sejahtera bagimu."
20:27 Kemudian Yesus berkata kepada Tomas, "Lihatlah tangan-Ku, dan taruhlah jarimu di sini. Ulurkan tanganmu dan taruhlah di lambung-Ku. Jangan ragu-ragu lagi, tetapi percayalah!"
20:28 Tomas berkata kepada Yesus, "Tuhanku dan Allahku!"
20:29 Maka Yesus berkata kepadanya, "Engkau percaya karena sudah melihat Aku, bukan? Berbahagialah orang yang percaya meskipun tidak melihat Aku!"
20:30 Masih banyak lagi keajaiban-keajaiban lain yang dibuat Yesus di depan pengikut-pengikut-Nya, tetapi tidak ditulis di dalam buku ini.
20:31 Tetapi semuanya ini ditulis, supaya kalian percaya *percaya: beberapa naskah kuno: tetap percaya.* bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat, Anak Allah, dan karena percaya kepada-Nya, kalian memperoleh hidup.
Setting narasi di atas, adalah  waktu satu minggu paska kebangkitan. Dulu tidak ada Thomos,seting di atas si Thomas hadir. Namun jelas sekali meski sudah beberapa kali Yesus yang telah bangkit itu menampakkan diri, nuansa ketakutan masih kuat. Takut akan kebenaran Yesus yang bangkit dan juga takut kepada tentara Romawi. Sejatinya mereka telah pernah ditemui dalam kebersamaan,suatu malam,namun tanpa Thomas. Di narasi ini, Thomas ada.

Berita kebangkitan itu semestinya membahagiakan mereka semua, namun mereka belum sempurna,karena belum melihat Yesus (Thomas), maka demi kesempurnaan, maka mereka (dia) meski berupaya menjumpainya.
Kesimpulan
Kebangkitan Yesus menghasilkan sukacita tak terbatas, dan itu sebagai berkat atau karunia. Juga Thomas yang yang sempat meragukan Yesus yang bangkit itu. Namun Yesus tidak tega “Membiarkan “ Thomas hidup dalam kegamangan dan kegalauan akan kebangkitannya,maka ia berkenan menemui Thomas dengan saksi semua murid yang tersiksa.

Sugesti Penyusunan Kotbah
1.   Ajaklah jemaat untuk merenung tentang sebuah kebahagiaan. Bisa digambarkan manakala sesorang menemukan barang yang paling berharga miliknya,yang sudah dinyatakan hilang bertemu lagi. Ini seperti kisah Kematian Yesus yang menghasilkan duka dan kehilangan mendalam namun kemudian ditemukan lagi. sukacita itu digambarkan dengan tidak adanya lagi "Batas-batas" kepemilikan. semua menjadi satu,bersama.
2.   Kebahagian itu saat ada perdamaian. Perdamaian tidak pernah akan muncul jika tidak ada kerukunan dan kerukunan tidak aka nada jika tidak adakarunia pengampunan.
3.   Yohanes bersaksi sebagai seorang saksi yang otentik,oleh karenanya tidak mungkin akan diragukan. Seperti seorang pilot yang selamat saat pesawatnya jatuh. Dia akan bercakap tentang hal ini, maka ajaklah jemaat tidak ragu akan Yesus yang bangkit itu. Keselamatan itu adalah karunia, maka jangan menyia-nyiakannya.
4.   Perjumpaan dengan Yesus selalu menghadirkan sukacita,pun demikian dengan orang yang masih ragu (Thomas).

Penutup
Catatan ini sangat sederhama, karena bertujuan bukan untuk dikorbahkan,namun hanya mengajak melihat teks dengan jujur dan terbuka. Setelahnya kita bisa menarik kesimpulan sendiri. Satu dengan yang lainnya pasti berbeda tentang kesimpulan karena tergantung banyak keadaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH