Kamis, 23 April 2015

Berserah itu berat



Kisah Pilu Penjaga Pahatan Salju
Alkisah, sebuah kerajaan tempo dulu mengadakan sebuah perlombaan. Peserta perlombaan itu adalah seluruh warga Kerajaan itu, laki-laki, perempuan,tua,muda, semua diijinkan mengikuti lomba. Adapun lombanya adalah membuat pahatan dari Salju. Singkat cerita, lomba berlangsung dengan sangat menarik dan semua merasakan gembira, karena lomba itu adalah dalam rangka ulang tahun merdekanya Kerajaan itu. Dari tahapan lomba itu kemudian dipilih tujuh pemenang dan semua pemenang diberi hadiah oleh Kerajaan. Pahatan-pahatan dari bahan Salju yang berjumlah tuju itu memang elok dan menyenangkan hati. Ada yang berupa istana,berupa patung sang Raja, sebuah miniature Kitab Suci dan beberapa hal mnarik di kerajaan itu. Untuk mengabadikan tujuh pahatan paling menarik itu, pihak kerajaan kemudian mencari  orang yang bersedia bekerja dan dibayar untuk menjaga pahatan-pahatan itu. Singkat cerita, setelah melalui seleksi yang panjang dan melelahkan, ditemukannyalah yang dirasa cocok seseorang yang bersedia bekerja menjaga pahatan-pahatan pemenang lomba itu.
Seorang pemuda kampong, lugu dan sederhana. Jujur dan apa adanya, itulah sekilas gambaran si penjaga pahatan-pahatan salju itu. Ia bekerja dengan tulus dan bertanggung kawab. Tekun dan setia. Tidak pernah ia menuntut, selalu ia terima apa saja yang diberikan sang Tuan, Pemilik Kerajaan itu. Hari berganti hari, semua berjalan dengan ritme hidupnya masing-masing. Hingga kemudian, terjadilah beberapa peristiwa yang menjadikan pahatan-pahatan itu tergores dan tergerus, meski semua disebabkan karena alam dan keadaan. Sang Raja amat murka dengan kejadian itu, dan si Penjaga Pahatan Salju, si pemuda kampong nan lugu dan jujur itu, selalu menjadi sasaran marah,sasaran amukan,sasaran serta pelampiasan kekecewaan Sang Raja. Si Paenjaga itu bukannya tidak berupaya, semua jabaran tugas telah diakukannya dengan baik,bahkan amat sangat baik,mungkin tidak sebanding dengan bayaran yang ia terima. Namun,jika ada kerusakan,ada cacat di pahatan-pahatan Salju itu, selalu saja kemarahan dan umpatan, kritikan dan kasak-kusuk diterimanya. Si Penjaga yang lugu itu, senantiasa berupaya memperbaiki kekurangannya, mungkin bisa menjaga lebih baik lagi, namunketika ada rusak dan cacat pada Pehatan Salju itu, sumpah serapah dan makian yang diterimanya. Si Pejaga Pahatan Salju itu tetap menerima, selalu mau meminta maaf dan ampun atas sesuatu yang sebenarnya bukan salahnya.
Terkadang, dalam kehidupan ini, ada orang-orang sederhana yang seperti Si Penjaga Pahatan Salju itu. Sederhana,lugu dan jujur. Namun loyalitas da kejujurannya itu tidak berbanding lurus dengan perlakuan sang Pemilik Kerajaan. Selalu salah dan salah yang diterimanya. Seolah tidak ada ruang, tidak ada tempat,tidak ada wilayah untuknya,untuk mereka berdalih, berargumentasi. Namun, spiritualitas penjaga pahatan salju itu perlu diteladani. Meski dimaki,dirasani,selalu disalahkan,diperlakukan tidak adil,tetap setia. Bahkan ketika sang Tuan menghukumnya, ia tetap setia. Semoga, kelak dikemudian hari, nasib si Penjaga Pahatan Salju itu berubah.
Sebuah pergumulanakan kehidupan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH