Kisah
Pilu Penjaga Pahatan Salju
Alkisah, sebuah kerajaan tempo dulu mengadakan
sebuah perlombaan. Peserta perlombaan itu adalah seluruh warga Kerajaan itu,
laki-laki, perempuan,tua,muda, semua diijinkan mengikuti lomba. Adapun lombanya
adalah membuat pahatan dari Salju. Singkat cerita, lomba berlangsung dengan
sangat menarik dan semua merasakan gembira, karena lomba itu adalah dalam
rangka ulang tahun merdekanya Kerajaan itu. Dari tahapan lomba itu kemudian
dipilih tujuh pemenang dan semua pemenang diberi hadiah oleh Kerajaan.
Pahatan-pahatan dari bahan Salju yang berjumlah tuju itu memang elok dan
menyenangkan hati. Ada yang berupa istana,berupa patung sang Raja, sebuah
miniature Kitab Suci dan beberapa hal mnarik di kerajaan itu. Untuk
mengabadikan tujuh pahatan paling menarik itu, pihak kerajaan kemudian
mencari orang yang bersedia bekerja dan
dibayar untuk menjaga pahatan-pahatan itu. Singkat cerita, setelah melalui
seleksi yang panjang dan melelahkan, ditemukannyalah yang dirasa cocok
seseorang yang bersedia bekerja menjaga pahatan-pahatan pemenang lomba itu.
Seorang pemuda kampong, lugu dan sederhana. Jujur
dan apa adanya, itulah sekilas gambaran si penjaga pahatan-pahatan salju itu.
Ia bekerja dengan tulus dan bertanggung kawab. Tekun dan setia. Tidak pernah ia
menuntut, selalu ia terima apa saja yang diberikan sang Tuan, Pemilik Kerajaan
itu. Hari berganti hari, semua berjalan dengan ritme hidupnya masing-masing.
Hingga kemudian, terjadilah beberapa peristiwa yang menjadikan pahatan-pahatan
itu tergores dan tergerus, meski semua disebabkan karena alam dan keadaan. Sang
Raja amat murka dengan kejadian itu, dan si Penjaga Pahatan Salju, si pemuda
kampong nan lugu dan jujur itu, selalu menjadi sasaran marah,sasaran
amukan,sasaran serta pelampiasan kekecewaan Sang Raja. Si Paenjaga itu bukannya
tidak berupaya, semua jabaran tugas telah diakukannya dengan baik,bahkan amat
sangat baik,mungkin tidak sebanding dengan bayaran yang ia terima. Namun,jika
ada kerusakan,ada cacat di pahatan-pahatan Salju itu, selalu saja kemarahan dan
umpatan, kritikan dan kasak-kusuk diterimanya. Si Penjaga yang lugu itu,
senantiasa berupaya memperbaiki kekurangannya, mungkin bisa menjaga lebih baik
lagi, namunketika ada rusak dan cacat pada Pehatan Salju itu, sumpah serapah dan
makian yang diterimanya. Si Pejaga Pahatan Salju itu tetap menerima, selalu mau
meminta maaf dan ampun atas sesuatu yang sebenarnya bukan salahnya.
Terkadang, dalam kehidupan ini, ada orang-orang
sederhana yang seperti Si Penjaga Pahatan Salju itu. Sederhana,lugu dan jujur.
Namun loyalitas da kejujurannya itu tidak berbanding lurus dengan perlakuan
sang Pemilik Kerajaan. Selalu salah dan salah yang diterimanya. Seolah tidak
ada ruang, tidak ada tempat,tidak ada wilayah untuknya,untuk mereka berdalih,
berargumentasi. Namun, spiritualitas penjaga pahatan salju itu perlu
diteladani. Meski dimaki,dirasani,selalu disalahkan,diperlakukan tidak
adil,tetap setia. Bahkan ketika sang Tuan menghukumnya, ia tetap setia. Semoga,
kelak dikemudian hari, nasib si Penjaga Pahatan Salju itu berubah.
Sebuah pergumulanakan kehidupan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar