Sabtu, 04 April 2015

Doa itu bukanlah Mantra



BERDOA itu bukan membaca MANTRA
Lukas 11:13
Berdoa, buka sebuah pekejaan yang sulit karena bisa dilakukan oleh semua orang. Berdoa bukanlah pekerjaan yang berat karena bisa dilakukan dalam segala keadaan. Namun terkadang manusia sulit untuk hidup  dalam suasana doa yang sebenarnya. Terkadang doa telah berubah (atau sengaja diubah??) menjadi semacam mantra suci nan ajaib. Apa pengertian doa itu? Menurut kamus besar bahasa Indonesia, doa adalah permohonan (harapan, permintaan, pujian) kepada Tuhan. Sedangkan berdoa artinya adalah mengucapkan (memanjatkan) doa kepada Tuhan. Berarti doa adalah suatu permohonan yang ditujukan kepada Allah yang didalamnya ada harapan,permintaan dan pujian.
Menurut Xavier Leon – Dufour, dalam bukunya ensiklopedi perjanjian baru doa dalam bahasa Yunani mempunyai beberapa arti diantaranya adalah aiteo yang berarti meminta. Deomai (dengan menegaskan kebutuhan konkret), erotao: menghimbau” (dengan menegaskan kebebasan si pemberi): kata-kata ini dipakai baik di bidang2 profan maupun keagamaan, namun mengandung ide meminta dengan sangat,berdoa dan mengemis.
Sedangkan menurut J.G.S.S Thomson dalam artikelnya di ensiklopedia aklkitab masa kini jilid I, menuliskan bahwa doa merupaklan kebaktian yang mencakup segala sikap roh manusia dalam pendekatannya kepada Allah. Orang Kristen berbakti kepada Allah jika ia memuja, mengakui dan memuji dan mengajukan permohonan kepada-Nya dalam doa. Doa sebagai perbuatan tertinggi yang dapat dilakukan oleh roh manusia, dapat juga dipandang sebagai persekutuan dengan Allah, selama penekanannya diberikan kepada prakasa ilahi. Seseorang berdoa karena Allah telah menyentuh rohnya.
Dalam alkitab, doa bukanlah suatu”tanggapan wajar dari manusia” karena “apa yang dilahirkan dari daging adalah daging” Sebagai akibatnya, Tuhan tidak mengindahkan setiap doa. Ajaran alkitab mengenai doa menekankan sifat Allah, perlunya seseorang berada dalam hubungan penyelamatan atau dalam hubungan perjanjian dengan Allah, lalu secara penuh masuk kedalam segala hak istimewa dan kewajiban dari hubungan dengan Allah.
Melihat semua keterangan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa doa adalah suatu relasi antara manusia dengan Allah yang didalamnya manusia roh manusia berkomunikasi, memohon, meminta, memuji dan mengakui keberadaan Allah yang transendental.
Bacaan Aliktab minggu ini, khususnya dalam Injil Lukas 11:1-13 (pararel dengan Matius 6:9-13), adalah ajaran Tuhan Yesus tentang doa. Di dalamnya kita bisa mengetahui lebih jelas bahwa doa bukanlah sekedar sebuah “Surat Order” atau” Pesanan” dari manusia kepada Tuhan. Doa adalah bangunan relasi utuh antara Manusia sebagai Ciptaan dengan Tuhan sebagai Pencipta. Yang utama dan yang pertama adalah pengagungan kepada Tuhan, memuliakanNya, memujiNya baru kemudian komunikasi untuk segala kebutuhan hidup. Memang benar bahwa dalam bacaan kita di atas, keterangan Yesus setelah formulasi doa seolah mengajarkan pemaksaan, namun sejatinya tidak. Istilah populer yang dicatat Lukas tentang  ketok vs buka,minta vs beri, cari vs dapat bukan bermaksut mengajarkan konsep doa sebagai mantra peminta-minta. Doa ini Yesus ajarkan kepada para pendengar yang sedang Galau karena iri bahwa murid-murid Yohanes diajari formulasi doa. Artinya, formulasi doa versi lukas adalah jawaban dari sebuah pergumulan, maka adalah salah jika menempatkan formulasi doa sebagai sebuah mantra.
Doa adalah  bangunan relasional yang komunikatif. Doa harus dua arah, bukan untaian “Proposal” kehidupan kita kepada Tuhan. Maka dari itu, marilah kita usir jauh-jauh paradigma doa yang hanya sebagai mantra...
Selamat Berdoa

Pakne Sesta-Mitha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH