Rabu, 08 April 2015

MENERTAWAKAN ORANG LAIN TERLUKA DAN MENDERITA

 
 TERIMA KASIH, KAU TELAH MENERTAWAKAN PENDERITAANKU
Seorang ibu,berusia sekitar 53 tahun. Bekerja sebagai petani di sebuah kampung terpencil. Dia sangat giat bekerja sesuai dengan yang dia bisa. Bertani ala desa nan lugu dan sangat konvensional. Menanam padi saat awal musim hujan. Maklum, lahan pertaniannya adalah lahan non irigasi dan hanya mengandalkan air hujan, sehingga bisa disebut lahan tadah hujan. Setelah padi atau terkadang palawija, pada puncak musim hujan,saat air begitu melimpah, maka ia akan menanam padi dengan pengairan cukup, yang oleh orang desa itu disebut nyawah.
Ibu ini begitu gigih dalam bekerja, demi mencukupkan kebutuhan hidup keluarganya, sebagai penolong yang sepadan untuk suami yang telah ia damping hampir tigaperempat usianya. Selain bertani ia juga beternak. Dua ekor sapi dan tiga ekor kambing ada di kandang rumahnya,di sebelah tempat tinggalnya. Menurut kabar, sapi itu tidak ia beli, namun suaminya nggaduh beberapa waktu yang lalu,kemudian mendapatkan satu. Hasil dari kegigihan itu menjadikan sapi dan kambing-kambingnya berkembang dengan baik. Sehat dan gemuk-gemuk. Sekali lagi, itu tidak terlepas dari kegigihan ibu ini memelihara dengan sepenuh hidup dalam balutan cinta kasih.
Usia ibu ini sudah tidak muda lagi, namun tubuhnya masih kuat untuk bekerja dengan keras. Beberapa anak-anaknya yang sudah sukses di kota enyarankan agarsegera istirahat dan tidak bekerja lagi. Namun, dengan bahasa kasih nan halus, si ibu ini menjawab,bahwa selama masih hidup dan kuat, dia akan senantiasa bekerja. Tidak bekerja adalah mti, demikian menurut  ibu ini. Maka bekerja baginya adalah kehidupan itu sendiri. Ia bekerja dan bekerja, meski beberapa saudara dan kerabat berulangkali menyurunya untuk istirahat. Hingga, pada suatu ketika, dalam sebuah aktifitas kerjanya, ibu ini mengalami kecelakaan. Ia terpeleset manakala menggendong sekeranjang rumput untuk makanan sapi dan kambing-kambingnya. Bukan sembarang terpeleset, namun sampai masuk ke dalam sebuah jurang cukup dalam. Akibat kecelakaan ini, ada beberapa luka yang menghiasi sekujur tubuhnya, dan yang paling parah adalah kaki sebelah kanannya patah. Beruntung kepalanya tidak mengantuk batu, padahal di dalam jurang itu, banyak sekali batu-batu gunung berserakan,seolah siap menangkap tubuh renta si ibu ini.
Beruntung pulan saat jatuh, suara tubuh dankerajang ibu yang jatuh menerpa beluar sekitar jalan setapak dan menimbulkan bunyi. Dan dengan bunyi inilah yang menjadikan beberapa orang yang dekat dengan daerah jatuhnya ibu ini mendengar. Demi mendengar suara gemuruh itu, banyak yang segera mencari tahu dan  setelah mengetahui apa yang terjadi, segeralah mereka melakukan tindakan untuk menolong ibu ini. Mengangkat tubuh lemah itu ke atas untuk diberi perawatan. Ada beberapa luka memar Nampak, juga darah yang mengalir di beberapa bagian tubuh ibu itu. Namun ibu itu tetap tersenyum, tiada.......


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH