Mengamati Perubahan Warna Buah Cabai
Mungkin pekerjaan mengamati perubahan warna pada
buah cabai adalah pekerjaan konyol dan menggelikan,oleh karenanya jarang
sekali ada orang yang mau melakukan hal
yang demikian. Namun,jika mau dan kuat mengamati perubahan warna pada buah
cabai,maka akan ditemukan banyak makna dan pelajaran berharga di dalamnya.
Malam itu, kusengaja untuk menghabiskan malamku
dengan melanjutkan menulis goresan kisah-kisah kehidupan dan sekaligus
mengamati perubahan warna buah cabai yang sudah mulai masak did lam pot
milikku. Kuletakkan pot cabai itu di meja teras,di mana aku bisa mengamati dan
menjga perubahannya sembari kumenulis di computer jinjing ini. Jam 21.00 aku
mulai beraksi. Sembari kutuangkan imajinasi dan ide,sesekali kuamati buah cabai
itu dan masih belum berubah. Lalu kulanjutkan menulis. Semilir angin kemarau
malam menggoyang daun-daun di depan rumah dan juga daun-daun cabai di meja
dekat meja tempat computer jinjingku. Dingin dan sepi. Sesekali nyamuk usil
mengganggu aku,namun kubiarkan saja mengambil setetes darahku,biar tidak
terlalu gemuklah aku ini dan sesekali berdonor natural juga tidak salah.
Saat waktu menunjukan pukul 23.17 mnit,kulihat
lagi buah cabai itu,kuperjelas dengan lampu HP yang kunyalakan dan ternyata
sedah ada perubahan. Sudah semakin tampak semburat merah. Lalu kuputuskan
menghentikan aktifitas menulisku,kufokuskan perhatianku ke buah cabai yang
dalam proses perubahn warna ini. Sambil terkadang kantuk menyerang,setia
kutatap buah cabai itu. Tidak Nampak ada kuas Illahi yang menggores kulit buah
itu. Sampai kurang lebih satu jam. Warnanya kulihat masih sama,belum berubah.
Lalu kumenulis lagi. Sekitar sejam kemudian kulihat, ternyata warnaya semakin
terlihat merah. Aku menghentikan aktifitas menulisku,namun tidak mendekati buah
cabai itu lagi. Aku memandang dar jarak sekitar satu setengah meter. Aku
merenung,betapa sulitnya memahami Karya Illahi. Sulit mengikuti dan mengamati
Tuhan yang sedang melukis ciptaanNya.
Kemudian aku menulis lagi,kubiarkan cabai itu
dilukis Sang Khaliknya. Sesekali kupandang,namun tetap sama,takkulihat
perubahan itu. Letih kemudian mamanduku bberjumpa dengan kantuk,kemudian
keduanya menggendongku dalam tidur. Tak aku pedulikan nyamuk berpesta pora
menghisap darahku.
“Pak, dah pagi,,bangunnn,,masak tidur di
teras??”,Mantan Pacarku setengah kaget dan berteriak membangunkanku. Aku
terjaga dan kemudian langsung menatap buah cabai itu. Sudah sempurna merah.
Sungguh sulit mengikuti Kebijakan Illahi,yang diperlukan manusia ternyata bukan
menguntit,membuntuti karya Illahi,namun hanya diminta menikmati dan mengamini.
Salam
Damai Dalam Kehijauan Semesta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar