Sabtu, 18 April 2015

Mencari Kesadaran melalui Perubahan Warnai Cabai




Mengamati Perubahan Warna Buah Cabai
Mungkin pekerjaan mengamati perubahan warna pada buah cabai adalah pekerjaan konyol dan menggelikan,oleh karenanya jarang sekali  ada orang yang mau melakukan hal yang demikian. Namun,jika mau dan kuat mengamati perubahan warna pada buah cabai,maka akan ditemukan banyak makna dan pelajaran berharga di dalamnya.
Malam itu, kusengaja untuk menghabiskan malamku dengan melanjutkan menulis goresan kisah-kisah kehidupan dan sekaligus mengamati perubahan warna buah cabai yang sudah mulai masak did lam pot milikku. Kuletakkan pot cabai itu di meja teras,di mana aku bisa mengamati dan menjga perubahannya sembari kumenulis di computer jinjing ini. Jam 21.00 aku mulai beraksi. Sembari kutuangkan imajinasi dan ide,sesekali kuamati buah cabai itu dan masih belum berubah. Lalu kulanjutkan menulis. Semilir angin kemarau malam menggoyang daun-daun di depan rumah dan juga daun-daun cabai di meja dekat meja tempat computer jinjingku. Dingin dan sepi. Sesekali nyamuk usil mengganggu aku,namun kubiarkan saja mengambil setetes darahku,biar tidak terlalu gemuklah aku ini dan sesekali berdonor natural juga tidak salah.
Saat waktu menunjukan pukul 23.17 mnit,kulihat lagi buah cabai itu,kuperjelas dengan lampu HP yang kunyalakan dan ternyata sedah ada perubahan. Sudah semakin tampak semburat merah. Lalu kuputuskan menghentikan aktifitas menulisku,kufokuskan perhatianku ke buah cabai yang dalam proses perubahn warna ini. Sambil terkadang kantuk menyerang,setia kutatap buah cabai itu. Tidak Nampak ada kuas Illahi yang menggores kulit buah itu. Sampai kurang lebih satu jam. Warnanya kulihat masih sama,belum berubah. Lalu kumenulis lagi. Sekitar sejam kemudian kulihat, ternyata warnaya semakin terlihat merah. Aku menghentikan aktifitas menulisku,namun tidak mendekati buah cabai itu lagi. Aku memandang dar jarak sekitar satu setengah meter. Aku merenung,betapa sulitnya memahami Karya Illahi. Sulit mengikuti dan mengamati Tuhan yang sedang melukis ciptaanNya.
Kemudian aku menulis lagi,kubiarkan cabai itu dilukis Sang Khaliknya. Sesekali kupandang,namun tetap sama,takkulihat perubahan itu. Letih kemudian mamanduku bberjumpa dengan kantuk,kemudian keduanya menggendongku dalam tidur. Tak aku pedulikan nyamuk berpesta pora menghisap darahku.
“Pak, dah pagi,,bangunnn,,masak tidur di teras??”,Mantan Pacarku setengah kaget dan berteriak membangunkanku. Aku terjaga dan kemudian langsung menatap buah cabai itu. Sudah sempurna merah. Sungguh sulit mengikuti Kebijakan Illahi,yang diperlukan manusia ternyata bukan menguntit,membuntuti karya Illahi,namun hanya diminta menikmati dan mengamini.
Salam Damai Dalam Kehijauan Semesta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH