Sabtu, 30 Mei 2015

Ruang Kerukunan



ALAT PERDAMAIAN
Perdamaian adalah sebuah keadaan di mana beberapa pihak saling mengerti dan memaklumi satu dengan yang lain,meskipun berbeda. Karena keadaan maka untuk menggapainya diperlukan media atau alat. Ada banyak media atau alat di sekeliling kita yang bisa dimanfaatkan untuk menggapai perdamaian itu dan yang penting lagi, yang namanya alat itu selalu bergantung dari si pemakainya. Ia, alat itu, bisa dipergunakan sebagai alat perdamaian namun juga bisa dipakai sebagai alat permusuhan.
Konflik Israel-Palestina, adalah noda hitam sejarah umat manusia sepanjang waktu. Entah apa sejatinya yang menjadi benih perseteruan kedua suku bangsa yang sejatinya berdekatan itu, yang pasti konflik atau permusihan keduanya telah “Menghasilkan” banyak prestasi negatif, diantaranya adalah korban nyawa diantara mereka. Berbagai alat atau media pernah dicoba dipakai untuk memperdamaikan mereka sepanjang sejarah, namun toh belum berhasil. Mereka, seolah dua kubu yang tidak saling  mengenal dan bila saling berjumpa, kosa kata yang ada dalam benak mereka berdua hanya “Dibunuh atau Membunuh”.
Sepakbola adalah pruduk budaya manusia yang di dalamnya bisa menjadi alat perdamaian ataupun alat perselisihan. Namun dalam Kongres Fifa yang baru saja berakir, media ini ternyata yang bisa membuat  dua bangsa berdekatan ini Berjabat Tangan. Meskipun hanya sederhana, namun untuk untuk dua bangsa ini, saling menjabat tangan adalah peristiwa langka.
“Sepakbola adalah urusan sepakbola,dan politik biarlah berurusan dengan dunianya”, Demikian Ofer Eini, Sekjen Federasi Sepakbola Israel mengatakan dalam pidato dan itu diamini oleh Jibril Rajoub, Sekjen Federasi sepakbola Palestina.
Sebuah keindahan dari sebuah permainan yang bernama sepakbola...

Jumat, 29 Mei 2015

Batu Akik dan Kelahiran Baru



Cara Pandang Yang Berubah
Panggah dan Maruta sedang dilanda kalut bukan kepalang. Kekalutan mereka dikarenakan sebuah hal yang terjadi di kampung kecil itu. Semua orang, warga kampung itu tiba-tiba berubah mata pencaharian, dari yang petani,pedagang maupun peternak, mereka tiba-tiba mencaji pencari batu. Bukan sembarang batu,bukan batu untuk bangunan melainkan menjadi pencari batu akik. Panggah dan Maruta, terkadang juga ikut-ikutan latah,mereka juga berbaur dengan mereka,menggali bukit batu di sebelah tenggara dusun kecil itu,yang mereka namakan Gunung Preniti. Mereka sibuk menngali dan membongari bebatuan di dinding barat bukit itu untuk menemukan batu akik.
Hingga pada suatu malam,usai mereka letih seharian membongkari bebatuan di gunung preniti, dalam perjalanan pulang, di bawah temaram sinar rembulan,mereka berdiskusi.
“Mar, sebenarnya benar nggak ta kalau di dalam gundukan bebatuan preniti itu ada tersimpan batu akik?Malah kata Lik Kacik,ujud batunya adalah kecubung. Dan katanya pula, beberapa diantara kita sudah mendapatkannya?Seperti  Saimun,Jamali,Miduk dan Si Gepeng?”, Sergap Panggah kepada Maruta.
“Tahulah Nggah, aku sendiri juga masih ragu. Aku ikut itu Cuma ingin membuktikan kebenaranya. Namun sampai hampir sebulan ini belum juga menemukan. Dan juga, aku tahu bahwa hampir semua dari warga dusun ini yang memburu batu akik itu belum juga mendapatkannya. Namun tetap saja mereka memburunya. Katanya, waktu sebulan akan cucuk harga satu biji batu akik merah delima atau kecubung seberat 200 gram sudah untukng karena dijual harganya bisa 8 juta.”, Maruta menjawab sambil menyalakan sigaret kesukaannya.
“Nggah, sejatinya para pencari Batu akik itu sudah ada sejak jaman dahulu,hanya saja tidak seheboh saat ini. Dahulu Akik hanya dilihat sebagai hiasan dan kolektor saja yang memburu,namun setelah harganya melambung,semua orang jadi berubah cara pandangnya.  Intinya, semua ini terjadi karena perubahan cara pandang.”Maruta melanjutkan penjelasannya.
Panggah manggut-manggut. Ia ingat salah satu ajaran Agama yang diyakininya bahwa Perubahan Cara pandang itu dinamakan Kelahiran Baru. Dengan Kelahiran baru,memandang sesuatu dengan sudut dan pemaknaan yang berbeda akan merubah pula pola tindakan manusia, siapapun dia. Cara beragama,beriman,bergereja,bermasyarakat,bersosialisasi, bekerja dan apapun itu akan mempengaruhi cara bertindak.
“Nggah, ayo pulang, dah lepas senja...”Maruta membangunkan Panggah dari lamunannya.
Perubahan cara pandang, itulah KELAHIRAN BARU yang diajarkan Sang GURU AGUNG Kehidupan ini.

Rabu, 27 Mei 2015

Surat Cinta..



ANTARA PANDAI DAN INGIN DILIHAT PANDAI
Sebuah catatan reflektif
Untuk saudara-saudaraku semua yang sedang bersidang..Jujur saja saya merasa risih dan bingung bukan kepalang. Kebingungan ini semoga karena ketidakmengertianku dan atau kebodohanku saja dan buka karena (maaf) kekanak-kanakan kalian. Mengapa aku sampai berbagi refleksi ini?Karena memang aku merasa aneh dengan sebuah dunia persidangan ini. Jika persidangan ini adalah persidangannya orang-orang pandai dan dewasa (karena semua minimal sarjana dan sudah berusia lebih dari 25 tahun), mengapa sulit sekali tercapai sebuah titik kesepahaman?Kesepahaman itu tidak dengan memaksakan pikiran atau konsep masing-masing namun justru ketika masing-masing saling memberikan jalan bagi pengertian satu dengan yang lainnya dan dengan demikian bisa saling mengerti mengapa masing-masing memiliki pemaknaan yang berbeda.
Semua terlihat ingin tampil dengan suara yang lantang dan terlihat jelas, meski sejatinya sedang mengulang dan mengulang susuatu yang telah dan dengan letih dipercakapkan. Apakah memang saudara semua akan menghabiskan energi hanya untuk kepuasan pribadi?Apakah dalam sebuah kebersamaan akan terwujud kepuasan bersama?Dan apakah dalam melihat serta memaknai satu obyek kehidupan, semua akan memiliki gambaran yang sama antara satu dengan yang lainnya?
Apakah bahasa –sebagai alat komunikasi- bisa mewakili sebuah realita dan dengannya semua bisa menangkap obyek dengan utuh dan sempurna?
Ahhh, kalian saudara-saudaraku. Mengapakah kalian tidak mengerti bahwa kita ini beragam dan oleh karenanya masing-masing dari kita memiliki hak dan kesempatan melihat dan memaknai sesuai deng Mata kita?Bisakah aku melihat bulan itu dengan matamu?Dan apakah aku salah jika saat bulan purnama aku melihat bulan berwarna hijau sementara kau lihat warna purnama itu perak kemilauan, padahal kornea mataku memang tidak bisa menagkap warna cahaya perak kemilauan?
Kau sering terlihat pandai saudara-saudaraku, namun sejatinya kau sedang mempertontonkan ketidakpandaianmu. Kau sering mengumbar ide liarmu dan kau paksa kami menelan mentah-mentah konsep kalian yang kau anggap paling baik,padahal sejatinya itu sesuatu yang usang juga. Kau berharap orang lain bisa melihat semua seperti yang kau lihat dan saat temanmu, tetanggamu tidak bisa melihatnya sama seperti yang kau lihat, kau ngamuk dan memaksa kami-kami yang memiliki keterbatasan pandangan memiliki kesamaan dengan hasil tangkapan matamu dan bahkan meski kami melihatnya hijau,kau paksa kami mengatakan perak kemilau?Akh...ada apa dengan dirimu saudara-saudaraku..
Lihatlah saudaraku semua yang berbahagia dan yang pandai...
Dunia ini beragam dan karenanya beragam pula hidup dan pemaknaannya. Juga dalam melihat,menerima dan memaknai segala sesuatu. Jangan pernah berpikir bahwa uang Rp.15.000 itu tidak berarti apa-apa karena kalian tinggal di kota besar dan penghasilanmu sebulan sebesar penghasilan kami sepuluh tahun, karena untuk kami yang di pinggiran, itu sangat berharga buat kami. Juga jangan paksa kami mengikuti “Nada Lagumu” yang tidak cocok dengan membran suaraku. Ayo kita nyanyikan sebuah lagu dengan indah meski kita berangkat dari nada yang berbeda. Apakah salah kalau aku menyanyikan sebuah lagu dengan nada dasar F sementara kalian menyanyikannya dengan nada dasar C?Perhatikan saudaraku..
Dalam percakapan ini,sungguh aku melihat keanehan pada diri kalian saudara-saudaraku. Aneh karena kalian selalu berjuang memaksakan konsep berpikirmu, dan dengan itu kalian tidak pernah menghargai sebuah keberagaman. Ingatlah saudaraku, kita berbeda.  Semua dalam diri kita berbeda dan oleh karenanya, mari kita saling memberi jalan untuk mengerti demi keindahan hidup bersama.
Cukup sekian dulu saudara-saudaraku,,,

Mati Lampu, adakah nilai positifnya?



KETIKA MATI LAMPU
Terang benderang. Itulah keadaan yang ada di mana kita hidup sekarang ini. Seolah siang dan malam itu tidak ada batasnya. Memang,terangnya sinar matahari dengan lampu,seberapapun terangnya, pasti akan berbeda. Namun tetap saja, siang dan malam seolah sudah membaur menjadi satu dan dengan demikian, narasi Penciptaan yang membedakan malam dan siang bisa dimaknai berbeda (meskipun sekarang sudah paham bahwa kisah penciptaan itu berangkat dan terbungkus dalam tradisi komunitas yang ada di sekitar wilayah tropis atau sub tropis). Malam dan siang ternyata bukan lagi masalah terang dan gelap.
Kegelapan seolah barang langka yang sulit ditemui di jaman sekarang ini. Karena ketakutan menghadapi gelap maka manusia berusaha membendungnya dengan berbagai macam cara yang kemudian dimanfaatkan oleh ahli dagang yang memproduksi lampu emergency. Ituah siklus kehidupan dunia ini. Refleksi malam ini tidak hendak berkisah tentang masalah lampu emergensy, namun hendak berkisah atau hendak berbagi narasi saat listrik tidak menyala di suatu saat,dan itu  adalah malam. Saat mati lampu,semua panik,semua gelisah. Tidak muda tidak tua, tidak laki-laki tidak perempuan. Semua panik dan seolah dunia berakhir saat lampu itu mati. Gelap dan gelap. Semua saling bertubrukan,saling berteriak. Belum lagi kalau mati lampunyasat malam dan hujan, bisa dibayangkan betapa paniknya.
Pada saat-saat seperti itu,terang seolah surga bagi manusia. Pada sat seperti itu manusia baru bia menghargai betapa sekerdip apapun nyala lilin, itu sangat bermakna untuk mereka yang sedang terpenjara kegelapan. Terang itu kebutuhan pokok manusia, karena ternyata manusia itu takut akan kegelapan. Oleh karena itulah, setiap agama dalam formulasi doa-doanya sellau minta jalan yang terang. Yang kemudian menjadi ujung permenungan ini adalah, apakah semua manusia siap untuk menjadi terang bagi sesama ciptaan yang lain?Ataukah malah senang dengan kegelapan demi memuluskan hasrat manusiawinya?
Saat mati lampu, saat itulah sejatinya manusia diajak untuk lebih mengerti akan hidup ini, betapa gelap itu sangat  tidak membuat manusia berbahagia, maka saatnya semua memperjuangkan terang secara bersama-sama.
Salam
Saya harus segera lanjut nulis, soalnya lampunya sudah nyala..trims..

Minggu, 24 Mei 2015

Maknailah semuanya..

SPIRITUALITAS MEMAKAI PAKAIAN
Dugaan saya, manusia memakai pakaian,apapun jenis dan modelnya,pastilah punya tujuan dasar. Tujuan dasar itu adalah untuk menjaga tubuh dari sengatan matahari dan terpaan dingin. Oleh karena itu,pakaian yang dikenakan oleh manusa akan selalu berbeda motif dan bentuknya tergantung dari wilayah,area yang didiami. Orang di daerah kutup, baik utara maupun selatan, tidak akan cocok menggunakan pakaian khas Papua,karena sangat dingin.Kemudian selain tujuan pokok (primer) itu, masih ada beberapa tujuan-tujuan sekunder,semisal demi mode,demi lebih terlihat rapi dan cantik atau tampan.  Namun yang jelas,manusia menggunakan pakaian,tujuan dasarnya adalah untuk menjaga tubuh dari ancaman panas dan dingin. Selain tujuan primer dan sekunder yang telah saya sebutkan di atas, kemudian dikemudian hari,manusia memakai pakaian juga untuk tujuan dan SIMBOL relegius,atau tujuan ritus. Dengan memakai pakaian tertentu orang akan merasa sedang menjalankan “Sebuah Perintah Illahi” dan karenanya, akan memberi argumentasi pakaiannya dengan argumentasi relegius,iman dan mungkin teologis.
Perkembangan berpikir manusia sangat cepat,ituseiring sejalan dengan laju peradaban. Modern,sekarang ini orang menyebutnya. Nah,di jaman modern ini,motif orang memakai pakaian juga semakin banyak,kecuali yang sudah saya sebutkan di atas,masih ada tambahan-tambahan yang lainnya. Namun yang paling unik adalah ketika orang menggunakan pakaian,seolah sudah menjalankan seluruh paham akan konsep keberimanannya. Jadi iman, spiritualitas relasional antara Sang Khaliq dengan Titah yang bernama manusia itu telah diredusir sedemikian parah sampai iman dan kepercayaan itu hanya sebatas pakaian.
Pergumulan ini yang dulu jugadilalui dan dirasakan oleh Raja Daud. Ia menyaksikan bahwa kehidupan beragama di jamannya sudah terdegradasi,hanya sebatas melakukan ritus. Jik asudah itu,usai. Manusia sudah merasa melakukan semua demi menjaga relasinya dengan Sang Khalig tadi.
Oiya, tentang pakaian tadi. Tidak salah sih mengidentifikasi dengan simbol budaya tertentu,itu sah-sah saja. Tidak ada larangan dan –seharusnya-juga tidak ada himbauan. Masalahnya adalah,jika dengan memakai simbol pakaian dalam budaya tertentu,yang lahirnya sangat dipengaruhi konteks iklim dan geografi, kemudian sudah merasa sah menjadi orang yang beriman dan karena itu bebas bertindak,bebas berkorupsiria,berselingkuhria,bergerombol untuk memusuhi yang lain. Jika sudah demikian,maka iman dan relegiositas hanya akan sebatas simbol,sementara tindakan kriminal tidak akan dipermasalahkan. Kalau sudah begini, sepertinya memang peradaban ini akan kembali ke siklus awal. Yang kuat akan menang yang lemah akan terbenam.
Selamat berefleksi

Jumat, 22 Mei 2015

Tuhan dan Kreasi anak Manusia..

Pikiran atau akal adalah salah satu karunia dari Sang Pencipta, dan saat itu diberdayakan, maka itulah wujud ucapan syukur. Namun sering manusia gagal memahami dan mengerti sehingga terkadang menepikan pemahaman ini..
salah satu itu adalah  http://semesta.sharethisstory.net/id-608158-2138, silakan mencoba..

Digerakkan Roh Tuhan



ROH YANG MEMBERDAYAKAN
Minggu ini, gereja mengenang peristiwa penting  dalam laju gerak hidupnya. Peristiwa itu adalah Pentakosta,hari kelimapuluh dan bersaman dengan turunnya Roh Kudus. Roh yang merupakan perwujudtan lain dari Yang Illahi di dalam menemani,menolong dan memanpukan manusia menjalani hidup dalam kebaikan Illahi.
Sejatinya, ritus ini  bukan asli milik gereja,namun milik masyarakat Agraris Timur Tengah Purba. Mereka begitu menghayati pemeliharaan Sang Illahi melalui tanah dan hasilnya yang dalam satu tahun baru bisa dinikmati hasilnya, oleh karenanya, mereka mengadakan pesta panen (Jawa Undhuh-Undhuh) setelah sebelumnya diadakan pesta pondok daun. Mereka begitu sadar akan pemeliharaan Sang Khalik, sehingga dengan tulus iklas memberikan sebagian hasil panennya untuk kelancaran hidup berimannya yang dipelihara oleh para imam di Baith Allah. Bagi mereka, persembahan itu demi iman mereka terpelihara dan buka demi kehidupan Imam. Hidup imam adalah bagian tidak terpisahkan dalam sejarah tradisi agama Israel kuno,sehingga mereka betul-betul menghargai hidup dan kehidupan imam.
Ritus ini kemudian dipinjam gereja (atau dirampas?) dan diberi makna baru karena kemudian dikaitkan dengan peristiwa turunnya Roh Kudus dalam konstelasi iman Irsael Baru. Kemudian dalam perkembangan dan sejarahnya, ritus ini dimiliki gereja di seluruh dunia, meski yang berakar kuat adalah gereja-gereja yang berbasis agraris, yang kemudian mengenangnya dengan pelaksanaan riyaya undhuh-undhuh.
Saat ini, gereja memaknai pentakosta sebagai hadirnya atau turunnya Roh Kudus yang akan mejadi penolong kehidupan umat manusia.. menolong untuk manusia mampu hidup sesuai kehendak Kristus. Roh jugalah yang akan mendewasan,jika salah diingatkan tidak ngamuk dan beralasan tradisi, jika kurang tepat lalu diberi arahan mutung, tidak seperti itu. Jika masih seperti itu, Roh Tuhan tidak hinggap dan menguasai dirinya. Demikian pula dalam tata hidup bergereja, jika ada beberapa hal kurang tepat, baik tugas dan tanggung jawabnyam jika ada yang rela hati mengingatkan, jangan selalu bersembunyi dibalik  kondisi,semua itu harus disadari digerakkan atau diberdayakan oleh Roh Tuhan.
Pentakosta adalah perayaan hadirnya Roh Kudus maka mari kita hayati dan jalani tuntunannya. Yang malas, segeralah berbenah. Baik malas belajar,malas bergaul,malas berangkat. Yang pelit, segeralah berbenah untuk suka berbagi,sehingga Kuasa Roh Kudus itu benar-benar nyata dan bukan sekedar perayaan tanpa makna.
Salam..

FIKSI Di Malam PASKAH