Sabtu, 04 April 2015

untuk direnungkan



BERCERMIN DARI HIDUP AYAM POTONG
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTlfnpzwBnrO6uQSWA-XNMnF-0kHWKzlce4MR5BhuHNk4rtvhrn2g
Hidupnya enak jika arti enak itu hanya sekedar tidak usah repot-repot mencari makan. Hidupnya enak karena semenjak telor,menetas dan besar selalu ditempat yang sudah disediakan. Hidupnya enak, karena mendapatkan perhatian, perawatan, pengamanan dan kebutuhan berbeda dari yang lain. Ketika yang lain harus mengais di tempat-tempat yang sulit dan berbahaya, dia enak bermain dengan sesamanya dengan aman, ketika yang lain selalu dalam intaian pemangsa setiap saat, ia ada dalam rumah mewah nan nyaman. Pokonya semuanya enak dan nyaman. Semua kebutuhan selalu tercukupi dan terpenuhi.
Ini berbeda dengan sesama mereka yang harus hidup liar dan bebas. Sepanjang waktu selalu berjuang untuk bisa mendapatkan makanan. Sepanjang waktu selalu berjuang lepas dari ancaman pemangsa. Untuk mendapatkan makanan mereka mesti bertarung dan bersaing yang terkadang mesti mempertaruhkan hidup mereka. Namun mereka bebas, bebas untuk banyak hal. Bebas untuk makan dan tidak makan, bebas untuk tidur atau mencari makan, bebas ke mana hendak pergi. Bebas dan lebih bebas dari yang terkurung di istana penantian.
Ayam potong berbeda dengan ayam kampung, ayam bebas. Segala kenikmatan selama hidup dirasakan oleh oleh ayam potong. Namun hidup mereka terbatas,dan pendek. Hanya sekitar empat puluh hari. Dan selama masa itu ia diberi kepuasan,kenikmatan dan kenyamanan. Namun di balik semua itu,kematian adalah kemestian dari hidup mereka. Beda dengan ayam kampung yang meski harus berjuang mencari hidup namun memiliki kebebasan. Maka, marilah kita belajar dari keduanya, hidup enak belum tentu berujung indah. Demikian pula, kesulitan hidup bukanlah lonceng kematian, karena kesulitan itu kadang akibat dari sebuah kebebasan yang dipilih untuk hidup itu sendiri.

Pakne Sesta-Mitha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH