Jumat, 28 April 2017

BELAJAR DARI POHON KELAPA



Tumbuhan ini bukan merupakan tumbuhan langka, sehingga orang sulit untuk menjumpainya. Namun sebaliknya, tumbuhan ini adalah tumbuhan populer, utamanya di daerah tropis. Dia bisa tumbuh di semua tempat, meski tetap saja memiliki spisifikasi atau spesialisasi. Tumbuhan ini akan lebih cocok tinggal di tepian pantai meskipun di gunung dan pedalaman juga sangat bisa tumbuh dan berkembang. Dialah Pohon Kelapa.

 
Lazimnya tumbuhan atau pohon kelapa hanya satu batang, amat sangat jarang dia bercabang, meskipun juga pernah ditemukan. Namun lazimnya, pohon kelapa hanya satu batang. Dia tidak berdahan, namun memiliki pelepah yang seperti ranting, hanya akan bertahan dalam periode tertentu,untuk kemudian digantikan oleh yang baru.

Pohon kelapa hanya bisa tumbuh dengan satu cara. Dari bibit kelapa. Tidak bisa dengan berbagai cara, semisal cangkok ataupun stek. Benih kelapapun bukan sembarangan, harus yang sudah benar-benar matang di pohon dan lepas sendiri atau jatuh dari “janjangannya”. Tanpa cara itu, mustahil kelapa bisa bertumbuh. Artinya, dari cara berkembang biak pohon kelapa, manusia bisa belajar apa itu kesabaran.

Pohon kelapa juga tidak bisa dipaksa berbuah, dia hanya akan berbuah sesuai musim hidup asli darinya. Butuh waktu panjang dan melelahkan menunggu berbuahnya pohon kelapa.


Pohon kelapa terkenal kuat dan kokoh. Dia tegar mski sendirian menghadapi kerasnya kehidupan. Ini brbeda dengan pohon bamboo yang kuat karena berkoloni. Pohon kelapa kuat karena waktu berprosesnya sangat lamban dan panjang. Dari batang kecil atau tunas yang nampak lembut, berganti menjadi batangan kecil, kemudian mesti hidup bertarung dengan kerasnya alam.
Berbagai ancaman diterima pohon kelapa karena pohon kelapa hanya akan tumbuh normal jika dia hidup dan berkembang di alam bebas. Dia tidak bisa di tanam di dalam pot atau sebuah ruangan, andaipun bisa, pohon kelapa tidak mungkin bisa berbuah. Oleh karena hidup di alam bebas, menjadikan pohon kelapa harus rela menghadapi semua ancaman alam.
Dari bencana alam, ancaman makluk lain, semua silih berganti mengancam pohon kelapa. Namun dia tegar, dia kuat, dia sanggup melawan semua sendirian. Hanya sambaran petir yang mampu cepat meluluhlantakkan tubuh pohon kelapa.
Akar serabut pohon kelapa sangat banyak dan rapat. Meskipun nampak kecil dan terlihat lemah, namun sejatinya akar pohon kelapa sangatlah kuat dan kokoh. Banyaknya akar di dalam tubuh pohon kelapa menjadikan kekuatan pohon kelapa sangat kuat.
Batang pohon kelapa juga luar biasa hebat. Saat menginjak dewasa, dia biasanya dilukai demi membuka jalan manusia memetik buahnya. Luka itu tidaklah menghancurkan pohon kelapa, namun justru menunjukkan keindahan dan kekuatannya. Pohon kelapa yang menjulang rentan terhantam badai, hidup dialam terbuka akrab dengan panas dan hujan, namun semua justru membuat pohon kelapa semakin tegar  dan kokoh.
Dan saat pohon kelapa sudah dewasa serta menghasilkan buah, semua yang ada di pohon kelapa bisa berfungsi. Dan yang menarik berikutnya adalah, pohon kelapa dewasa sudah mampu mandiri, hidup dalam kesendirian dan tidak membutuhkan perawatan khusus.
Jika saja hidup kita bisa meneladani proses kehidupan pohon kelapa.
Salam

Selasa, 25 April 2017

Menanam Kelapa, Sawi, Perempuan Berambut Panjang dan Lelaki Sederhana



Senja yang cerah. Nampaknya kemarau sudah mendekati waktunya, untuk menggantikan musim penghujan yang terasa sangat panjang. Cerah langit medio april 2017 ini. Dan di sebuah dusun terpencil nan permai, dengan bukit-bukit hijau mengelilinginya, birunya langit hadir bersama hijaunya dedaunan pohon di lembah dan lereng gunung.
 
Semilir angina sore menggerakkan dedaunan. Juga membuat daun-daun padi menari seirama arah angina menimbulkan zimfoni semesta indah tiada tara. Di sebuah pematang sawah, nampak sosok perepuan berambut panjang, dengan kaos putih berkerah. Ada kalung hiasan di lehernya dan anak-anak rambut yang takterkena pita penali rambut itu ikut melambai tertiup angin.

Perempuan itu melangkah dengan tenang, dengan senyuman manis, manis sekali. Melangkah dengan lembut meniti pematang yang sederhana. Celana selutut berwarna hiaju laut menambah anggun perempuan berambut panjang itu. Dan semesta seolah menyanyikan nyanyian kesempurnaan manakala di sebuah dangau, ada lelaki sederhana.

Lelaki sederhana itu bertinggi sekitar 165 cm. rambut agak ikal dan kulit sawo matang. Duduk di sebatang kayu yang nampaknya sudah lama ditinggal “pemiliknya” di tempat itu. Menatap lelaki itu ke arah laju langkah perempuan  berambut panjang yang berjalan sembari menyibakkan beberapa anak rambutnya yang tertiup angin.

“Nampaknya keindahan alam semesta ini abadi. Hanya kita sebagai manusia saja yang sering gagal membaca cerita semesta dengan segala bahasanya”, Ungkap perempuan berambut panjang itu, sembari mendekati lelaki di dangau pinggir sawah yang masih menatap langit dengan datar.

Kemudian lelaki itu menghela nafas, memalingkan pandangan ke lembah di sebelah belakang dangau, sekitar 50 meter dari Dangau itu berada. Dan perempuan berambut panjang itu juga terdiam, meski beberapa saat kemudian mendekati lelaki itu dan duduk di pematang, berhadapan dengan lelaki itu.

“Benar katamu, semesta ini selalu bersenandung, hanya kita manusialah yang ponggah dan enggan membaca serta mendengar lagu indahnya”, Jawab lelaki itu.
Udara semakin kuat bertiup hingga dedaunan pisang di dekat Dangau itu bersuara gemerisik, mengalahkan gemericik air dari pancuran di ujung pematang. Di langit, beberapa elang dan tekukur melintas sedangkan setapak mega putih ikut menghias wajah langit senja itu.

“Kau lihat pohon kelapa itu?”, Tanya lelaki itu.

“Iya, aku melihatnya. Ada apa dengan pohon kelapa itu?”, Jawab perempuan berambut panjang itu.

Lelaki itu kembali menghela nafas. Kemudian dia nampak beranjak berdiri. Mendekati tempat perempuan berambut panjang itu duduk, namun tidak hendak duduk di dekatnya, hanya d berdiri di dekat perempuan berambut panjang itu duduk. Kemudian lelaki itu bersuara.

“Almarhum bapak mengajariku kehidupan msaat beliau menanam pohon itu, sekitar 14 atau 15 tahun silam. Menurut bapak, hidup itu harus  sabar seperti petani yang menanam pohon kelapa. Ia akan lama menghasilkan buahnya namun ketika sudah berhasil, tanpa merawatpun dia akan setia dengan hasil. Berbeda dengan menanam Sawi, dia akan cepat tumbuh dan memberi hasil, namun secepat kilat juga dia akan habis. Selain itu setiap kali menanam, Sawi selalu butuh perhatian berlebih”, Urai lelaki sederhana itu.

Perempuan itu berdiri, menjajari lelaki itu, sembari membetulkan tali pengikat rambutnya yang nampak kendor. Nampak dia  enggan memakai tali itu kembali karena kemudian ia menyelipkan ke saki celananya. Dan angina semakin asyik memainkan rambut panjang perempua itu, berderai-derai dan sebagian menerpa muka orientalnya. Kemudia terdengar perempuan itu berucap.

“Aku juga paham dengan semua ajaran itu. Namun kita mesti memilih, bukankah kau selalu berkata bahwa hidup itu pilihan? Dan kita tidak bisa memilih dua-duanya. Memilih menanam kelapa atau menanam sawi juga akan menerpa kita dan aku tidak tahu, kau akan memilih mana atau malah tidak memilih dua-duanya?’, Ungkap perempuan berambut panjang itu dengan nada bergetar. Ada semacam keraguan dan beban berat menindihnya sehingga ketika mengeluarkan kata-kata, terasa pelan dan berat.

“Tidak hanya bergantung ke aku, kaupun punya peran. Andai aku memilih menanam kelapa namun engkau memilih menanam sawi, kita tidak akan pernah bertemu?”, Kata lelaki itu sembari berbalik, menghadapkan tubuhnya kea rah perempuan berambut panjang itu. Jarak mereka hanya sekitar satu mater. Dua pasang mata saling menatap dan angin masih setia mempermainkan rambut perempuan berambut panjang itu.

Diam suasana…alampun sepertinya ikut berhenti menantikan apa yang akan terjadi dengan lelaki sederhana dan prempuan berambut panjang itu…

Namun tiba-tiba….bersambung

Buatlah Kuda itu ingin minum

Seorang wirausahawan yang masih muda dan belum memiliki pengalaman yang memadai di bidang usaha merasa amat berputus asa setelah usahanya mengalami kegagalan total. 

Ia merasa sudah berjuang penuh antusias sebagaimana layaknya seorang muda yang masih penuh semangat. Namun usahanya yang pertama kini harus berakhir dengan kepahitan. Dan kegagalan selalu menghadirkan kegalauan dan kesedihan yang bila tidak terkelola, bisa menjadikannya sebuah asa yang terputus.

Suatu hari ia datang menghadap sahabatnya, yang juga berprofesi sepertinya dan menceritakan kepedihannya. Ia katakan bahwa ia sudah berusaha keras, namun kegagalanlah yang harus ia telan. 

Ingin mencoba bagaimana rasanya menabung mendapatkan Gaji?  
Lalu WA 081328273206 

Di sela-sela percakapannya, ia bergumam seakan kepada dirinya sendiri, "Pengalaman ini seakan membuktikan bahwa kita hanya bisa menggiring seekor kuda menuju sebuah anak sungai, namun kita tak dapat memaksanya minum air sungai tersebut"

Mendengar kata-kata itu, sang sahabatnya yang sudah terbilang  berhasil itu berkata, "Sahabatku, tugasmu bukanlah memaksa kuda itu untuk minum. Tugasmu adalah membuatnya merasa haus. Dalam dunia usaha, tugasmu bukanlah memaksa konsumer membeli barang daganganmu, tetapi membuat mereka merasa butuh akan barang yang sedang kau jual"

Wirausahawan muda itu mengangguk pertanda bahwa ia kini paham. Dan banyak orang di dalam memulai usaha mengalami seperti wirausahawan muda di tas dan kemudian berhenti. Kemudian dia akan merasa serta bercerita bahwa dia GAGAL. 

Kegagalan bukanlah saat keberhasilan belum menyapa namun kegagalan sudah terjadi saat enggan melanjutkan upaya dan enggan merubah paradigma.

Senin, 24 April 2017

Meniti Proses Belajar Bersama Dalijo



“Bagaimana da di mana kamu mendapatkan ikan sebanyak itu Dal? Sudah banyak, besar-besar lagi”, Tanya Sareh, suatu sore kepada Dalijo. Memang sore itu Dalijo baru saja pulang dari memancing ikan di Dung Selur, sebuah cekungan sungai di dekat rumahnya.

Ingin Jalan Dalijo?Klik INI


“Haha..itu lho Reh, di Dung Selur. Kata swargi simbah, sejak dulu Dung Selur itu memang banyak Wader dan Lelenya. Namun kalau ke sana harus super hati-hati Karenna jalurnya licin dan banyak durinya”, Jawab Dalijo santai, sembari menenteng ikan-ikan di kanthetan dengan senyum kemenagan. 

“Reh, kalau kamu mau, besok aku ajak mancing. Aku ajari carane dan juga kusiapkan semua perlengkapanne”, Ungkap Dalijo, yang melihat Sareh tertarik dengan hasil memancingnya hari itu.

“Hmm..iya Dal, aku mau ikutan mancing, aku pengen mbok ajari dan pengen belajar, biar kalau butuh ikan aku segera bisa mencarinya sendiri. Aku ingin mengalami mendapatkan ikan Dal, tidak  hanya sekedar ikut senang melihatmu dan juga Kartolo mendapatkan ikan banyak”, Jawab Sareh berbinar-binar.

Esoknya, Dalijo sudah bersiap dengan segala perlengkapan mancing, ketika Sareh datang dengan perlengkapan yang sama. Kartolo tidak nampak hadir. Dan mereka berdua segera berangkat menuju Dung Selur.

“Awas reh, lunyu..”, Ingat Dalijo.
“Iya Dal, santai wae..paling juga jatuhnya ke air” Jawab Sareh pelan sembari meniti jalan bebatuan nan licin karena berlumut.

“Aooouwww…”, San sesaat kemudian..” Byurrr..” Sareh terpeleset. Dalijo membantu menariknya naik dan basahlah sebagian pakaian Sareh.

“Teles Dal..”Sapa Sareh. “Tidak mengapa, itulah bagian dari perjuangan”, Jawab Dalijo. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan dan akhirnya sampailah mereka ke Dung Selur itu. Kemudian Dalijo menyiapkan semua perlengkapan mancing, Sareh memperhatikan dan sembari itu dia mencobanya. Kemudian Dalijo melemparkan pancing berumpan dengan kambang ke cekungan air yang sering dinamakan kedung dan di tempat  mereka mancing itu dinamakan Dung Selur.

Beberapa saat mereka fokus ke kambang amsing-masing. Setelah berjalan beberapa waktu, kambang Dalijo bergerak-gerak dan Dalijo  menariknya. Seekor Wader besar tertangkap. Sareh takjup dan kemudian mencoba menempatkan kailnya di tempat di mana Dalijo dapat. Namun lama tidak jua Saeh mendapatkan ikan.

Nyamu nyamuk  mulai mengganggu mereka dan nampak Sareh mulai kesal. Kesabarannya nampak mulai terganggu sedangkan Dalijo semakin asik dengan pancingnya yang semakin sering mendapatkan ikan.

“Dal, kok aku rungentuk balsss?”, Kesal Sareh bertanya Dalijo.
“Sabar, sareh,,,jangan buru-buru”, Jawab Dalijo enteng. 

“Jalani dan plelajari semua yang kulakukan Reh, kamu harus mengalami semua proses itu, biar nanti merasakan nikmat mendapatkan ikan-ikan banyak”, Lanjut Dalijo.

Suasana senyap, hanya gemericik air dari atas di mana ada air terjun setinggi 2 meter di atas dung Selur itu. Juga terkadang kicauan prenjak dan burung Ether-ether menemani mereka, Dalijo dan Sareh. Apakah Sareh akan bisa memancing dengan hebat seperti Dalijo?

Ingin usaha reservasi online?Klik INI

Semua bergantung bukan kepada Dalijo, namun kepada Sareh. Semua proses yang dulu dialami Dalijo sudah diajarkan ke Sareh dan Sareh sudah mengikutinya. Hanya titik kesabaran saja yang akan menentukan..
Usaha apapun pastilah akan menemui berbagai rintangan, namun bukan rintangan yang mesti disesali. Cara menaklukan rintanganlah yang perlu dialami dan diceriterakan ke semua orang.



Salam dari Temene Dalijo

FIKSI Di Malam PASKAH