Minggu, 26 April 2015

Memasak, itu bukan hanya dunia perempuan..


Spiritualitas Memasak
Karena sesuatu hal,sebuah pekerjaan yang selama ini jarang aku lakukan, akhirnya “terpaksa” aku kerjakan. Pekerjaan yang sepanjang aku tahu,bukan wilayahku,karena aku laki-laki, dan juga perkerjaan yang kurang aku sukai. Memasak.
MASAKAN MASA DEPAN 
Pagi itu, aku bangun pagi, hendak ke pasar untuk membeli bahan bahan memasak sayuran. Istriku telah membuat catatan apa saja yang harus aku beli. Jam 4 pagi,dalam dingin dan kantuk,aku ke pasar, sekitar 7km dari tempat di mana aku tinggal. Kecari apa saja barang yang dicatat istriku. Setelah kudapatkan semua yang ada dalam catatan itu,bergegas aku pulang. Dingin dan kantuk masih menemaniku dengan sangat akrab.
Sesampainya di rumah, segera kuracik bumbu, kusiapkan sayuran dan semua keperluan. Bawang merah, bawang putih,lada,garam,semua kusiapkan. Bahan-bahan itu berbeda,baik bentuk,aroma dan juga manfaatnya. Semua harus memainkan peran dan fungsinya masing-masing,harus memposisikan diri sesuai komposisinya masing-masing. Kemudian  semua itu ditempatkan dalam satu tempat dalam waktu memasukkan bebeda-beda.  Setelah beberpa waktu,diiringi aroma khas masakan itu, akhirnya selesailah seluruh proses memasak sayur pagi itu dan setelah semua selesai juga,akhirnya bisa di makan,bisa dinikmati.
Terasa enak,gurih,nikmat masakan yang telah matang itu. Rasa dari masing bahan tidak saling mendominasi,semua melebut menjadi satu aroma. Sedap.
Dalam kehidupan manusia ini, keberbedaan adalah sebuah kemestian. Semua berbeda dalam segala hal,dan semua tidak bisa hidup sendiri. Kehidupan bersama adalah sebuah kemestian. Nach, belajar dari spiritualitas memasak sayur, akan sangat indah jikalau masing-masing manusia mau meleburkan diri demi berjuang “menghadirkan” rasa sedap kehidupan bersama. Rasa yang bisa membuat orang lain merasakan senang dan terkagum. Namun sering manusia enggan mau meleburkan diri,enggan mau berkorban sedikit demi rasa yang sama. Semua sering malah berjuang mendominasi rasa,akibatnya, kacaupah rasa kehidupan bersama itu. Hidup terasa berat dan sulit.
Jika semua mau seperti bahan-bahan masakan itu,maka kesejahteraan bersama bisa dinikmati seluruh makluk denga sukacita. Masalahnya, banyak yang enggan mau meleburkan diri, semua ingin dominan dan mendominasi. Maka,belajar dari spiritualitas masakan,baik kalau manusia mau dalam hidp bersamanya saling menyatu da saling melebur. 
Semua demi kesejahteraan bersama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH