Selasa, 14 April 2015

Di mana roti dibagikan, disitulah DIA bisa dikenali


Saat Kau MEMBAGI Roti Hidupmu, Saat Itulah DIA dikenali.
Kesedihan memang salah satu “Etape” sulit dalam perjalanan kehidupan umat manusia. Dengan kesedihan itu, semua yang sejatinya enak dan meneyenangkan, akan berubah menjadi tidak enak dan menjemukan. Sesuatu yang biasa saja bisa menjadi luar biasa dan menghebohkan. Dari yang sangat kenal dan paham,namun saat dilanda kesedihan, maka pengenalan itu akan sirna. Itulah yang terjadi dengan dua orang yang sedang dalam perjalanan (Mungkin Pelarian) dari Yerusalem ke sebuah desa di pinggiran kota itu, Desa Emaus.
Dua orang itu dikisahkan adalah para Murid yang baru saja mendengar berita bahwa Guru mereka yang hari Jumat kemarin disiksa sampai mati telah bangkit. Kabar yang meungkin saja tidak begitu membuat mereka kaget,karena yang ada dalam benak mereka adalah kesedihan dan keterhilangan. Dalam perjalanan sore itu, mungkin matahari bersinar terik dan tepat diarah tujuan perjalanan kedua orang Murid itu. Sehingga manakala di tengah perjalanan mereka, ada seseorang yang hendak dan kemudian bergabung dalam perjalanan itu, mereka sama sekali tidak mengenal “Rekan Baru” mereka yang baru bergabung.
Semakin aneh manakala dalam perjalanan bersama mreka itu, salah satu dari dua orang bersedih itu berkisah tentang kejadian di Yerusalem dan juga keberadaan Guru mereka yang telah mati. Seolah-olah tentang kisah dan sejarah, mereka berdua ahli yang pasti selalu benar dan pengetahuannya di atas yang lain. Mungkin saja ketidakmengenalan mereka akan kawan yang baru saja hadir itu karena situasi. Situasi apa?
1.   Mungkin saja jalan yang mereka tempuh sangat sempit,sehingga mengharuskan mereka berjalan satu persatu dan bukannya menyamping, namun depan belakang. Jika ini yang terjadi, maka ketidak mengenalan mereka sangat wajar dan bisa dimaklumi. Namun,apakah jalan kota menuju desa terdekat itu hanya sekedar jalan setapak?Sangan lemah argumentasi ini.
2.   Teori yang kedua adalah, bisa jadi mereka sedang berjalan menatap luruh ke arah matahari terbenam. Dengan dugaan ini, bisa jadi silau sinar matahari senja menjadikan mereka takbisa mengenali waah kawan baru mereka itu.
Itu baru dua kemungkinan dan anti pembaca bisa menemukan yang lain.
Saya lanjutkan, kemudian mereka tiba di rumah salah satu dari mereka dan menginap. Sebelum mereka mkan bersama, orang baru itu mengambil roti yang dihidangkan, menengadahkan lampu dan kemudian diam. Sesaat kemudian  dia memecah-mecah roti itu dan membagikan kepada kedua orang itu. Ajaib, saat Dia memecah-mecah roti itulah dua orang itu bisa mengenali siapa yang sedari tengah perjalanan tadi bersama mereka.
Ada keanehan lain, setelah mereka mengenali siapa teman baru perjalanan mereka itu,sebelum lenyap, Sang Guru berpesan agar mereka kembali ke Yerusalem dan bercerita kepada semua sahabat Sang Guru. Bisa dibayangkan betapa letihnya. Mereka semenjak jumat (Sebelum sabat) sudah ikut berbagai prosesi iman dan juga menyaksikan drama tragedy itu,mungkin saja mereka belum bisa tidur. Lalau minggunya mereka dikagetkan dengan kabar bangkitnya Sang Guru dari kematian. Dan juga baru saja mereka menyelesaikan perjalanan senja,7 mil (Sekitar 11 km). NAmun begitu diberi perintah,mereka segera bergegas dan kembali ke Yerusalem. Bayangkan, hari menjelang malam,situasi kurang kondosip dan mereka hendak berkisah tentang pengalaman mereka.
Dari narasi singkat ini,dpapat ditarik sebuah kesimpulan , bahwa Sang Guru paska bangkit bisa dikenali saat ada Roti Yang dibagikan. Bukankah roti adalah lambing kehidupan masa itu? Dengan demikian, hidup saling berbagi adalah sebuah kemestian yang tidak boleh ditawar lagi.
Selamat merenung kawan

salam cinta untuk semesta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH