Saat
Kau MEMBAGI Roti Hidupmu, Saat Itulah DIA dikenali.
Kesedihan memang salah satu “Etape” sulit dalam
perjalanan kehidupan umat manusia. Dengan kesedihan itu, semua yang sejatinya
enak dan meneyenangkan, akan berubah menjadi tidak enak dan menjemukan. Sesuatu
yang biasa saja bisa menjadi luar biasa dan menghebohkan. Dari yang sangat
kenal dan paham,namun saat dilanda kesedihan, maka pengenalan itu akan sirna. Itulah
yang terjadi dengan dua orang yang sedang dalam perjalanan (Mungkin Pelarian)
dari Yerusalem ke sebuah desa di pinggiran kota itu, Desa Emaus.
Dua orang itu dikisahkan adalah para Murid yang
baru saja mendengar berita bahwa Guru mereka yang hari Jumat kemarin disiksa
sampai mati telah bangkit. Kabar yang meungkin saja tidak begitu membuat mereka
kaget,karena yang ada dalam benak mereka adalah kesedihan dan keterhilangan. Dalam
perjalanan sore itu, mungkin matahari bersinar terik dan tepat diarah tujuan
perjalanan kedua orang Murid itu. Sehingga manakala di tengah perjalanan
mereka, ada seseorang yang hendak dan kemudian bergabung dalam perjalanan itu,
mereka sama sekali tidak mengenal “Rekan Baru” mereka yang baru bergabung.
Semakin aneh manakala dalam perjalanan bersama
mreka itu, salah satu dari dua orang bersedih itu berkisah tentang kejadian di
Yerusalem dan juga keberadaan Guru mereka yang telah mati. Seolah-olah tentang
kisah dan sejarah, mereka berdua ahli yang pasti selalu benar dan
pengetahuannya di atas yang lain. Mungkin saja ketidakmengenalan mereka akan
kawan yang baru saja hadir itu karena situasi. Situasi apa?
1.
Mungkin saja jalan yang mereka tempuh
sangat sempit,sehingga mengharuskan mereka berjalan satu persatu dan bukannya
menyamping, namun depan belakang. Jika ini yang terjadi, maka ketidak
mengenalan mereka sangat wajar dan bisa dimaklumi. Namun,apakah jalan kota
menuju desa terdekat itu hanya sekedar jalan setapak?Sangan lemah argumentasi
ini.
2.
Teori yang kedua adalah, bisa jadi
mereka sedang berjalan menatap luruh ke arah matahari terbenam. Dengan dugaan
ini, bisa jadi silau sinar matahari senja menjadikan mereka takbisa mengenali
waah kawan baru mereka itu.
Itu baru dua kemungkinan dan anti pembaca bisa
menemukan yang lain.
Saya lanjutkan, kemudian mereka tiba di rumah
salah satu dari mereka dan menginap. Sebelum mereka mkan bersama, orang baru
itu mengambil roti yang dihidangkan, menengadahkan lampu dan kemudian diam. Sesaat
kemudian dia memecah-mecah roti itu dan
membagikan kepada kedua orang itu. Ajaib, saat Dia memecah-mecah roti itulah
dua orang itu bisa mengenali siapa yang sedari tengah perjalanan tadi bersama
mereka.
Ada keanehan lain, setelah mereka mengenali siapa
teman baru perjalanan mereka itu,sebelum lenyap, Sang Guru berpesan agar mereka
kembali ke Yerusalem dan bercerita kepada semua sahabat Sang Guru. Bisa dibayangkan
betapa letihnya. Mereka semenjak jumat (Sebelum sabat) sudah ikut berbagai
prosesi iman dan juga menyaksikan drama tragedy itu,mungkin saja mereka belum
bisa tidur. Lalau minggunya mereka dikagetkan dengan kabar bangkitnya Sang Guru
dari kematian. Dan juga baru saja mereka menyelesaikan perjalanan senja,7 mil
(Sekitar 11 km). NAmun begitu diberi perintah,mereka segera bergegas dan
kembali ke Yerusalem. Bayangkan, hari menjelang malam,situasi kurang kondosip
dan mereka hendak berkisah tentang pengalaman mereka.
Dari narasi singkat ini,dpapat ditarik sebuah
kesimpulan , bahwa Sang Guru paska bangkit bisa dikenali saat ada Roti Yang
dibagikan. Bukankah roti adalah lambing kehidupan masa itu? Dengan demikian,
hidup saling berbagi adalah sebuah kemestian yang tidak boleh ditawar lagi.
Selamat merenung kawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar