Senin, 29 Februari 2016

Maaf, Jangan dibaca ya...

SUDUT PANDANG

Sabtu sore, sekitar jam 5. Cuaca serah dan semilir angin menyejukkan suasana. Hari itu tanggal akhir bulan tersebut. Dalam keramaian jalan raya, tiba-tiba.... “Bruuaaakk.....Duarrrrr..........” Sebuah kendaraan bermotor menabrak sebuah mobil pada sebuah perempatan jalan. Motor yang ditumpangi berboncengan itu ringsek,pengendaranya luka ringan dan yang satu luka parah. Keadaannya kritis, sementara mobil yang ditabrak motor itu hanya penyok di bagian yang ditabrak motor itu. 
Pengemudinya selamat tanpa luka sedikitpun. Banyak orang mengerubungi dan beberapa waktu kemudian polisi datang ke lokasi kejadian. Diantara yang mengerubungi ada yang lama melihatnya, ada yang hanya sekilas dan bahkan ada yang hanya meminta keterangan dari yang di sekitar tempat.
Cerita tentang kecelakaan itu segera beredar, semua ingin berkisah sesuai dengan apa yang dilihatnya. Seorang karyawan pabrik yang pulang dan melewati lokasi kecelakaan,sewaktu sampai di perempatan jalan dusunnya ditanyai oleh tetangganya.

“Apa benar ada kecelakaan di perempatan jalan depan kecamatan itu, benarkah ada korban meninggal dalam kecelakaan itu?”, Tanya seorang bapak yang baru saja pulang dari kebun.
“Iya,kayaknya memang ada. Tapi saya tidak begitu memperhatikan, sudah ada polisi yang ngurusi”, jawab Karyawan pabrik itu.

Pada waktu yang hampir bersamaan,lewatlah sepasang anak muda yang nampaknya sedang dimabuk asmara. Maka saat karyawan pabrik tadi terlihat seolah enggan menjawab pertanyaan bapak-bapak yang baru pulang dari kebun itu, segera sepasang nuda-mudi itu menghentikan kendaraannya, dan menghampiri bapak-bapak itu. Tanpa diminta kemudian bercerita panjang lebar dan sangat detail terkait kecelakaan yang baru saja terjadi.dari motor yang melaju sangat kencang, menyalib dari sebelah kiri, mobil yang tertabrak,korban,rintihan korban dan banyak yang lain.

Dua kisah di atas hendak memberikan cermin untuk kita semua,bahwa suasana hati sangat berpengaruh terhadap konsep atau sudut pandang  di dalam melihat segala sesuatu. Saat kondisi batin sedang kacau, tanggal tua, maka karyawan tadi enggan melihat kecelakaan itu sebagai obyek yang mesti diceritakan. Sementara. Bagi sepasang muda-mudi yang dilanda demam, demam asmara tadi,  apapun realita di sekitar yang dijumpai terasa menarik dan perlu diceritakan.

Manusia bersikap dan bertindak selalu berdasar suasana hati. Saat suasana hati senang ia akan bertindak baik dan bermartabat. Sebaliknya, saat suasana hati kacau, maka sikap dan tindakannya sering terasa cuek dan semaunya sendiri.  Tinggal saudara yang membaca tulisan ini, sedang dalam suasana hati ceria ata bermuram durja. Jika ceria maka bacaan ini bisa jadi mengispirasi positif saudara, namun jika saudara manyun dan memajang tampang menyeramkan, membaca tulisan ini akan tumbuh aneka dugaan aneka tafsir, aneka intepretasi.

Wah, terlalu ngelantur nih, sudahlah, silakan baca, jika berguna silakan lanjutkan berkunjung ke ruangan ini yang lain, jika tidak bermanfaat segera tutup dan jangan lagi berkunjung ke ruangan saya ini ya..karena bisa jadi saudara akan menemukan tulisan-tulisan yang telah lampau dan saat saudara baca merasa menyinggung saudara. Dari pda tersinggung, ya mending gausah baca saja...

'Lho..kok anda masih membacaya tah?',"tetapi terima kasih lho ya, udah mau membaca tulisan ngawur ini...Namanya juga tulisan ngawur, maka jika ada yang masuk akal ya itu kecelakaan,tapi kalau tidak ada yang masuk akal, ya rapapa, namanya juga ngawur..Tapi, sengawur-ngawurnya ngawur,lebih ngawur yang tidak mau menulis..hehe.


Salam cinta sayang..eh, salam cinta semesta saja deh...

Sabtu, 27 Februari 2016

Berteman dengan Kekurangan, Membangun Kepercayaan Diri

Berteman dengan Kekurangan, Membangun Kepercayaan Diri Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1
Setiap manusia mempunyai kekurangan sekaligus bakat, kemampuan dan keunikan tersendiri. Sayangnya, tak cukup banyak orang mempunyai kepercayaan diri dan hidup bahagia. Bagi saya, liputan seputar pesta pembukaan Paralympic ke 13 di Beijing-Cina bulan Agustus 2008 lalu memberi pelajaran berharga tentang bagaimana berteman dengan kekurangan dan pentingnya kepercayaan diri untuk meraih kebahagiaan.
Pembukaan acara tersebut diawali oleh aksi Hou Bin, yaitu seorang pemegang 3 medali emas lompat tinggi paralympic. Semula ia duduk di kursi rodanya. Dengan penuh percaya diri ia menarik tambang hingga posisi tubuhnya sedikit demi sedikit terangkat.
Sekali waktu ia mencoba istirahat. Sementara itu tepukan dan teriakan penonton semakin membahana untuk memberinya semangat. Perjuangan yang tak kenal lelah membuatnya sampai di ketinggian 40 meter dan berhasil menjalankan misinya menyalakan obor pembukaan Paralympic ke 13 Beijing 2008.
Sesudahnya acara diisi dengan tarian para penari tuna runggu. Diantara mereka ada seorang gadis kecil berusia 11 tahun. Li Yue, kakinya cacat tertimpa reruntuhan bangunan akibat gempa bumi di propinsi Sichuan 12 Mei 2008, menari dengan penuh semangat dan senyum yang terkembang indah.
Sekalipun hanya duduk di kursi roda, ia mencoba mengikuti alunan musik dengan tariannya. Li Yue kemudian berkata, ”Gempa bumi bisa meng
... baca selengkapnya di Berteman dengan Kekurangan, Membangun Kepercayaan Diri Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu

Cara Aku Mengingatmu..


Pada Sebuah Pagi
Sebuah kenangan tentang sosok ibu (simbok)

Tidak seperti biasanya, aku terlelap ketika jarum jam belum melintasi angka 12. Mungkin letih,mungkin juga aku kekenyangan. Yang pasti aku terlelap, bersama kedua anak. Entah apa sebabnya pula, saat hampir dini hari, aku terjaga,kemudian sadar bahwa tugas dan tanggungjawab belum usai,maka segera kuberingsut menuju ruangan tempatku biasa berkarya.

Saat separo jalan aku mengerjakan pekerjaan yang menjadi tanggungjawabku,aku mendengar ayam jantan berkokok. Hal yang biasa tentunya, karena memang kokok ayam jantan pada pagi hari –dulu- sering dipakai sebagai penanda bahwa hari telah berganti. Suara itu tidak tidak sendiri ternyata, bersama dengan azan dan peringatan bahwa waktu  sudah tiba.

Bukan kedua suara itu yang menarik perhatianku. Justru dengan suara kokok ayam di waktu sepagi ini seolah memanggil ingatanku akan sebuah waktu. Yah,,,waktu dulu yang telah berlalu,waktu masih ada ibu (simbok). Dulu, sepagi ini beliau sudah bangun meski selalu berangkat tidur saat larut telah tiba. Dulu, beliau selalu paling awal membuka hari, saat semua orang di dalam rumah masih sibuk dengan segala mimpi dalam dekapan selimut kusam dan tikar robek yang terkadang baunya sangat khas dan sulit dilupakan.

Ibu, selalu menghadirkan rinduku. Rinduku untuk mengenang dan mengingatmu. Terkadang banyak hal kujumpai memanggil rinduku akan sosok dirimu. Sosok yang sabar dan penuh semangat bekerja, meski baru kutahu setelah berpulangmu bahwa ternyata dalam tubuhmu,kau simpan sembilu yang justru melukaimu. Seandainya dulu aku kau beri tahu dan aku kemudian berjuang, mungkin saat ini engkau akan masih bersama dengan kami. 

Masih bisa kberharap melihatmu menimang danmenggendong serta memanjakan dua cucumu  dariku. Karena aku tahu ibu, itulah yang selalu kaurindu.
Sepagi ini, dulu, engkau telah bersibuk diri di dapur. Menyalakan tungku, merebus air, erebus kedelai untuk membuat tempe. Takpernah engkau membangunkan kami, karena engkau selalu berpendapat,” Wong turu kui wong sing paling merdika, mula aja pisan-pisan ngganggu. Yen wis wancine tangi ngko lakyo tangi,,,”. 
Sungguh mulia kesadaranmu itu. Dan manakala aroma masakan sederhanamu hinggap di hidungku, terjagalah aku. Sebelum kau berangkat berkeliling menjajakan sayuran dan tempe buatanmu, kau berpesan “Sebelum berkarya, sarapanlah dulu”. Dan itu selalu aku lakukan meski aku juga tahu, hal itu malah takpernah kau lakukan. Kau berjuang sedari wagi sampai malam, mengelilingi desa demi desa tuk menjajakan sayuran dan tempe. 

Terkadang uang lembaran-lembaran kumal rupiah kau dapatkan,terkadang kepingan-kepingan logam,terkadang barteran barang-barang kau kumpulkan dan bahkan malah terkadang ada yang berbisik lirih,”Aku ngutang sik yo,,,”. Dan senyumu, walau letih terlihat dari sebening keringat di dahimu, masih kau sunggingkan.

Saat pagi ini, kepingan-kepingan kenanganku bersamamu terlintas jelas kembali. Suara air kau tuangkan dari Jun dan ember yang kau ambil dari sumur tetangga, dan itu kau lakukan manakala aku masih tertidur,jelas menggema kembali dalam ruangan kenangan ini. Sesuatu yang terkadang memanggil air mataku tuk menetes, meski lamban dari ujung mata ini. 
Kenangan yang juga akan terpanggil saat malam, sepulangku dari aktifitas harianku dan kudapati sosok bapak yang terggolek lemah dalam kelumpuhannya,kudapati pada tiga sosok yang terlelap,istri dan kedua anakku. Aku ingat pesanmu, sesaat sebelum kau akhiri derita akibat sakitmu, kau memintaku untuk menjaga bapak. Aku sudah lakukan bu,wis tak lakoni mbokk…Juga welingmu untuk segera membangun rumah tangga, juga sudah aku lakukan. Sekarang, gurauan dan teriakan saling berebut mainan dari dua buah kasihku selalu menemani hari-hariku ibu. Aku tidak tahu dengan jelas, apakah engkau bisa melihat dari alammu tentang keadaanku sekarang ini, harapku kau bisa dan dengan itu,kau bisa tersenyum meski kami takbisa menyapamu langsung. 
Terkadang, sengaja kukatakan pada kedua cucumu cerita-cerita tentangmu. Dan si kecil.yang oleh bapak dipanggil “Kunil” karena belum mau makan nasi,sampai usia dua tahun akan bertanya dalam ceracaunya,’bapak,,mbbbah mimi,,,mbahh mimi,,”Akh,,,betapa bahagiamu ibu andai saja kau dengar langsung suara itu meski aku yakin dan percaya, saat ini kau lebih bahagia.

Saat pagi seperti ini,aku selalu merindumu ibu. Sekarang,aku akan mantapkan langkah,akan kusediakan selalu waktuku, selalu sepagi ini untuk memanggil rinduku untukmu…
Kuangkat wajahku,kulihat benda penunjuk waktu. Ternyata sejam telah berlalu kugerakkan jemariku pada tuts computer portable ini. Dan di monitor juga menunjukkan hitungan waktu yang sama. Akh,,,ternyata rinduku padamu ibu,memanggil gairah semangat hidupku,,

Suara mercon itu kemudian mengakiri kenangan rinduku untukmu saat ini, dan juga diikuti tangisan si Kunil yang memanggilku tuk dibuatkan minuman. Salam kangen dari kami ibu…


AGAMA

SIAPA AKU?
Kata orang-orang, aku itu salah satu ajaran agama yang popular dan bahkan termasuk terbesar diantara agama-agama besar. Katanya, aku selalu dipercakapkan,dibicarakan,dipelajari,diteriakkan dan dijadikan produk unggulan agama mereka, kan agama sekarang ini sudah seperti perusahaan, promosi terus dan yang diperjuangkan bukan ruhnya namun saling berjuang banyak-banyakan pengikut. 

Sudah persis seperti partai politik, okeh-okehan pendukung dan agama juga sudah seperti supporter bal-balan, tersinggung ngamukkkk,,,ngrusak,,,.
Memang benar sih, sering dan bahkan hampir selalu saya mendengar nama saya disebut-sebut di setiap perkumpulan-perkumpulan mereka. Mereka yang suka menyebut-nyebut namaku itu sering berkumpul di gedung-gedung indah,ada loncengnya,ada banyak hiasan-hiasannya, bahkan tidak jarang mereka berkumpul di hotel-hotel berbintang. 

Pakaian mereka juga bagus-bagus lho…mobilnya juga hebat-hebat. Selalu saja mereka berisik menyebut-nyebutkan namaku. Menggunggu tidur dan istirahatku. Pernah sekali waktu, aku kaget saat namaku tiba-tiba diteriakkan oleh mereka. Aku kaget, sangat kaget.

Mereka biasanya akan ramah saat ada di gedung-gedung  mewah itu,namun sekeluarnya dari gedung itu, mereka sudah lupa menyebutkan namaku, apalagi mengajaku dalam hidup mereka..hmmmm mustahallll... Selalu mereka makan-makan setelah berkumpul,dan makanan mereka enak-enak. Anehnya, mereka makan itu ngambil sendiri,eee,,lha kok ya tidak habis,,mereka itu lucu,,gelar akademiknya hebat-hebat,tapi mengukur kuota makan diri sendiri saja sulitnya ampun dehh…

Sering aku mengintip perkumpulan mereka dan mereka terlihat khusuk mendengar yang memimpin acara mereka, bahkan sampai khusuknya sampai mereka tertidur, dan kalau tidak tertidur, mereka memainkan apa saja yang mereka pegang. Akhir-akhir ini,mereka senang dengan sebuah benda yang kecil dan berwrna-warni, aku tidak begitu jelas apa namanya, namun yang sering aku dengan dari obrolan mereka, mereka menamakannya bermacam. Ada yang mengatakan gadged,ada yang mengatakan hape,ada yang mengatakan blekberi juga ada yang bilang androit. Entahlah,aku tidak begitu paham dengan dunia mereka itu.

Namaku juga sering mereka tuliskan di tempat-tempat strategis mereka, di rumah,kamar,mobil dan banyak tempat sering bertuliskan namaku. Kadang aku risih sendiri melihat namaku terluliskan di mana mana. Bagaimana tidak risih,lha mereka itu ternyata banyak yang tidak mengenal siapa aku. Mereka hanya sukanya ngomong tentang aku dan seolah paham tentang aku,padahal sejatinya mereka itu sama-sekali tidak mengerti tentang aku….Seolah aku ini sebuah lipstick bagi mereka, hanya digunakan ditempat-tempat dan situasi tertentu, namun tak terpakai dalam semua hal hidup mereka,,,Tapi ya biar saja wong saya juga tidak rugi ini…

Setahuku, aku ini adalah sebuah nafas kehidupan yang di dalamnya ada semangat untuk berbagi,semangat membangun, semangat memperhatikan,semangat peduli,semangat berkorban,semangat  berjuang. Kata orang-orang, aku bukan untuk dibicarakan dan juga bukan untuk ditulis dengan tulisan-tulisan indah. Aku seharusnya menjadi nafas kehidupan yang menemani kehidupan semua orang. Dan juga sebenarnya aku malu selalu disebut-sebut namun mereka tidak mengenalku dank arena tidak mengenalku maka mereka tidak  mau mengajakku dalam perjalanan hidup mereka. Mereka itu hanya ngomongin aku namun enggan mengajaku hidup bersama mereka.

"Mereka berteriak melayani yang lain namun lebih suka dilayani, mereka berteriak ayo kepedulian namum mereka lebih suka diperhatikan dan dipedulikan namun enggan mempedulikan, mereka bersuara nyaring mengampuni namun sulit mengampuni namun menuntut diampuni, mereka berteriak lantang membantu,namun sulit membantu namun senang jika ada yang membantu." 

Lha waktu orang yang bernama Lik Trimo yang kerjaanya ngarit itu sakit dan seharusnya dibawa ke rumah sakit, karena tidak punya duit,ya tidak ada yang ndulit. Namun mereka dengan entengnya selalu menyebut namaku…


Akkhhhh,,kenapa aku malah :ngrasani” orang-orang itu ya….biar sajalah, mereka ngomong apa saja tentang aku,aku tidak akan marah. Aku juga tidak akan marah jika ruang kerjaku,lingkup hidupku juga sudah dibatasi hanya di gedung-gedung mewah dan hanya dibicarakan satu jam dalam satu minggu, tidak mengapa. Aku ihklas, bahkan jika aku mau dimuseumkanpun atau hanya dibuatkan bingkai kecilpun, aku siap,,tidak masalah…oiya, lupa,,,namaku Kasih….sampai jumpa..

Sebuah Pertempuran

Sebuah Nasehat dari Induk Ayam

Pagi yang cerah, udara dan langit seolah berkompromi untuk memberikan keindahan untuk penghuni semesta. Kicau burung-burung yang masih tersisa di alam bebas seolah ikut membuat suasana semakin menyenangkan. Beberapa warga masyarakat sudah mulai beraktifitas sesuai dengan panggilan hidupnya, dan ternyata pagi itu banyak senyum yang terlontar dari wajah-wajah polos mereka.

“Wajah-wajah penikmat kehidupan yang sejati, tanpa terlalu berat memikirkan persoalan dengan berlebih meskipun mereka juga memanggul banyak persoalan”
Sambil menggendong senik, beberapa ibu-ibu sudah harus menyibak dinginnya pagi untuk dereb,beberpa tukang angon bebek juga sudah menggiring bebek-bebek mereka menuju sawah-sawah yang usai dipanen. Juga beberapa pak tani yang bersiul sambil memanggung pacul menuju sawah mereka. Sungguh pemandangan yang mempesona, kehidupan alam yang penuh harmoni dan cinta sejati.

“Itulah Nyanyian Kehidupan Sejati yang sudah ada sejak perbakala. Namun Nyanyian itu sekarang mulai jarang diperdengarkan”

Tiba-tiba seekor induk ayam berteriak dan beberapa anaknya berlarian menuju bawah sayap-sayapnya. Suaranya menyiratkan bahaya sedang mengancam mereka. Dan ternyata memang iya, dari ketinggian,di pagi yang cerah itu, seekor elang menukik cepat mencoba menyambar salah satu dari anak-anak ayam itu. Beruntung sang induk mampu menjaga, mampu melindunginya, meski dengan bertaruh nyawa. Elang itu kemudian kabur setelah ada beberapa ekor kambing keluar kandang menuju tempat penggembalaan.

Dua unggas berlainan jenis/spesies itu pada pagi yang indah sudah harus saling menyabung asa demi bertahan hidup. Si Elang, sepagi mungkin mencari santapan dengan kemampuan istimewa yang diberi oleh Sang Khaliq, sementara si Induk Ayam  berjuang semampunya menjaga keberadan diri dan calon keturunannya. Bukan masalah siapa yang gagal dan berhasil, namun keduanya mengajari kepada kita, betapa hidup ini adalah sebuah upaya bertahan demi menjaga eksistensi.

“Hidup adalah perjuangan, gagal atau berhasil itu tidak selalu menjadi tujuan. Yang paling utama adalah seberapa jauh masing-masing telah berjuang dan berupaya”

Keadaan kemudian kembali tenang, dan si induk ayam mulai melepas anak-anaknya kembali. Mereka kembali bermain dan bekerja mencari makan, sampai kemudian si induk menemukan makanan. Dengan suaranya yang khas, si induk memanggil anak-anaknya, kemudian mereka berkumpul, menikmati makanan hasil jerih induknya, karena bapaknya tak tahu entah ke mana.
Induk ayam itu mengajari manusia, betapa perjuangan itu terkadang bukan untuk “diri” melainkan demi yang lain. Sudahkah anda lebih berani berkorban seperti induk ayam itu?

Selamat Pagi Sahabat


Jumat, 26 Februari 2016

DUA CARA MELIHAT

BEDA PIKIR MANUSIA DAN SANG TUHAN

Manusia selalu berpikir dalam dua ketegangan, atas-bawah, jauh-dekat,salah-benar, surga-neraka. Cara berpikir demikian selalu mengakibatkan korban. Yang salah akan selalu mendapatkan hukuman, yang benar akan selalu mendapatkan anugerah atau pahala. Dalam keadaan seperti ini, sebuah peristiwa pasti akan dilihat dari perspektif ini. Kekurangan, kelaparan,penderitaan akan dilihat sebagai akibat dari salah atau dosa, sementara kesehatan, ketenangan dan kekayaan dilihat sebagai anugerah.

Sang Guru Agung Kehidupan dengan tegas menolak konsep berpikir ini. Sewaktu ada peristiwa mengerikan, adanya korban meninggal dengan cara tertimpa tangga dekat rumah ibadah, Dia dengan tegas menolak konsep pikir orang banyak yang mendatangiNya.

Sang Guru paham bahwa orang banyak yang  mendatangiNya ingin memperoleh pembenaran atas apa yang dipikirkan mereka. Inilah penyakit manusia, dan juga orang beragama, selalu meminta legitimasi atas konsep atau cara berpikir mereka. Untungnya Sang Guru Agung Kehidupan itu menolak konsep berpikir seperti itu. Menurut Sang Guru Agung Kehidupan, keberadaan hidup jasmaniah tidak berbanding lurus dengan pola hidup imaniah. Dalam hal ini yang Sang Guru Agung Kehidupan pentingkan adalah PERTOBATAN. Pertobatan yang sejati, yang benar, yang sejalan dengan kehendak Tuhan. Pertobatan apakah itu? PERTOBATAN YANG MENGHASILKAN BUAH.

Mengapa hal itu yang ditekankan Sang Guru Agung Kehidupan?Karena sering kata-kata pertobatan hanya sebagai ungkapan biasa tanpa memaknai, hanya kata-kata manis belaka namun tiada menghasilkan buah. Perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah semakin menegaskan pesan Sang Guru Agung Kehidupan terkait pertobatan yang sejati,yang menghasilkan buah itu. Dalam pandangan Sang Guru Agung Kehidupan, pertobatan merupakan fokus utama kehidupan manusia. Sang Guru Agung Kehidupan tidak menolak ritus atau kesalehan agamawi, karena sering kesalehan itu hanya wujud kemunafikan.

Dalam narasi selanjutnya, Sang Guru Agung Kehidupan memberi teladan bahwa pertobatan dengan tindakan sangat penting. Tindakan nyata itu melintasi aturan-aturan agama,karena Sang Guru Agung Kehidupan memberi teladan dengan memberi contoh penyembuhan di hari Sabbat. Dalam konep kesalehan agama waktu itu, sabbat adalah waktu untuk istirahat total, namun Sang Guru Agung Kehidupan mendobraknya. 
Sang Guru Agung Kehidupan memberi teladan seperti apa pertobatan yang menghasilkan buah,dan juga  memberi waktu untuk “Pohon ara” yang belum berbuah itu berbuah. Tinggal kita sebagai “Pohon Ara-Pohon Ara” jaman sekarang, sadarkah bahwa waktu yang ada pada kita sejatinya kesempatan untuk berbuah, sudahkah kita berbuah?


Salam Semesta

Saling Mengerti Kunci Keluarga bahagia

KETIKA ANAK_ANAK PANAS

Salah satu tujuan membangun keluarga adalah melanjutkan keturunan. Oleh karena itu, dalam banyak tradisi, keluarga yang tidak memiliki anak dianggap memiliki suatu masalah. Berkebalikan dengan itu, yang punya anak dianggap mendapat berkat(h) dari Yang Maha Kuasa. Malah dalam tradisi Jawa muncul istilah “Banyak Anak Banyak Rejeki”, namun benarkah demikian?Semua bergantung dari yang memaknai.

Kembali ke persoalan Keluarga dan anak. Memiliki anakpun bukan jaminan tidak akan menghadapi masalah, justru terkadang anak bisa menjadi pemicu munculnya persoalan atau masalah. Saat sakit, saat butuh biaya sekolah, saat bertengkar dengan anak tetangga. Yang hendak saya tulis ini adalah persoalan yang timbul manakala anak ada yang sakit. Jika hanya memiliki satu anak da sakit tidaklah sebegitu berat,namun jika punya tiga anak dan semuanya sedang tidak sehat, bisakah saudara membayangkan?

“Sakit itu bagian sempurna dari sehat, maka di saat mengalami sakit,rasakan itu sebagai wujud kesempurnaan berkat Tuhan untuk lebih mengerti apa itu sehat”

Sewaktu anak-anak sakit, dan pada saat itu tidak sedang di rumah, bisa dibayangkan betapa kacau pikiran ini. Memikirkan sakitnya anak-anak,kerepotan ibu dari anak-anak dan juga rewelnya anak-anak. Itu yang saya alami suatu waktu. Anak-anak panas, meriang dan saya sedang ada di tempat berbeda yang agak jauh. Keadaan semakin menguatirkan saat hujanpun tiba. Hanya kegelisahan yang ada dalam benak pikiran ini. Itu belum ditambah saat berkabar melalui sms istri tidak segera ditanggapi. Hufhh...sempurna semuanya.

Kekuatiran berkuasa, ketakutan bersinggasana. Takut dan gelisah menjadi ciri kehidupan. Namun semua sirna saat sampai di rumah, meski terguyur hujan dan dingin malam. Anak-anak tidur dengan sangat pulas, demikian juga ibunya. Lega rasa ini, lepas sudah kuatir dan takut itu. Pikirku, ibunya anak-anak tertidur, namun ternyata tidak. Dan saat kusapa, dia hanya bilang. “Sakit dan sehat itu bagian utuh dari hidup bahagia kita, maka jangan terlalu kuatir saat sakit dan jangan terlalu  gembira saat sehat”

saat pasangan mengerti keberadaan kita. Dan untuk itu dibutuhkan perjuangan, proses dan pengorbanan.

Salam sehat untuk semuanya..


Doa Dalam Pelukan Samudera Hindia

SAAT DOA DITITIK SEPI

Dalam keadaan normal, manusia beriman sering berkelakuan luar biasa. Juga dalam perihal doa. Seolah hendak menunjukkan bahwa kesalehan itu diukur hanya dengan doa,pakaian agamis,kata-kata santun dan rajin pergi ke gedung ibadah. Namun iman mereka belum teruji dalam ancaman maut, dalam keadaan bahwa batas antara hidup dan mati sudah tidak bisa dilukiskan kembali.

"Doa dalam keadaan sejahtera hanya sebuah drama kemunafikan. Doa dalam titik terendah kehidupan, itulah doa Sejati"

Hari itu kami harus mengunjungi sebuah tempat di sekitar kepulauan di dekat propinsi sumatra barat. Kami mesti bertarung dengan samudera Hindia yang terkenal dengan ombaknya yang ganas (hanya) dengan sebuah sampan  sangat kecil dan keadaan semakin mengerikan saat motor sampan ini mati. Pada posisi jauh, puluhan kilometer dari lepas pantai, saat perhiasan samudera Hindia bernama ombak sedang menari dengan tarian keras, pada saat itulah hidup seolah tidak merasa apapun.

Hanya diam. Diam dengan kepasrahan total. Tidak ada bayangan apapun selain diri,alam dan Sang Pencipta. Tidak ada bayangan orangtua, istri, anak apalagi rekan dan sahabat. Saat itu, diam adalah tindakan paling sempurna. Mulut terkunci untuk mengunggah doa,mata terpejam. Kata-kata sudah tiada mampu terucap karena keadaan sangat kritis. Diam dan diam yang bisa dikerjakan. Dan dalam diam itulah justru perasaan menjadi lebih menyatu dengan alam. Menyatu dengan ombak,dengan angin, dengan seluruh samudera. Dalam posisi bahwa batas antara hidup dan mati , dalam dengung ombak yang menggelora,doa dalam diam itulah tindakan sempurna.

"Doa adalah komunikasi ciptaan dengan Sang Pencipta, saat berkata, sejatinya dia sedang merampas waktu Sang Pencipta. Diam berarti memberi ruang dan waktu untuk Sang Pencipta Bersabda"

Pada posisi itu kesalehan ritus tidak ada maknanya, pakaian agamis tidak berfungsi, kata-kata  santun juga tidak bermakna. Yang bermakna adalah diam dan diam. Dalam ke-diam-an itu, diri manusia sedang sangat dekat dengan Sang Pencipta. Diamlah doa yang paling sempurna. Diamlah komunikasi sejati manusia dengan Sang Pencipta, karena saat diam, justru itu sedang memberi waktu Sang Penguasa Bersabda.

Sabda Sang Pencipta untukku saat itu adalah ombak, sampan kecil dan lautan luas. Di situlah aku merasa sebagai ciptaan yang penuh batas. Dari situlah ketakutan bukan sesuatu yang mesti diusir pergi, namun mesti diajak berefleksi. Di pelukan samudera Hindia dengan segala ombaknya, aku semakin mengerti ke-Maha-an Sang Pencipta.

Salam


Kamis, 25 Februari 2016

REFLEKSI KEHIDUPAN SEMESTA

BUKU ini berisi 64 Tulisan tentang pengalaman hidup. Semuanya Istimewa, karena semua pengalaman adalah istimewa. Saat membaca kumpulan tulisan dalam buku ini, saudara diajak seolah bercermin bahwa yang sedang saudara baca itu adalah anda sendiri. Mungkin anda tertawa, mungkin geram..Silakan..itu hak saudara. Jika berminat, silakan kontak by email ke paramithasemesta@gmail.com
atau kontak by sms ke 081328273206. Harga ebook ini damai dan ramah. Rp.49.000,-
Salam..

MENENGOK JEJAK-JEJAK LANGKAH HIDUP

Hidup adalah sebuah perjalanan yang berawal dari kelahiran dan berakhir saat maut menjemput. Di dalamnya, perjalanan itu, pastilah ada beraneka macam pengalaman,perjumpaan,pergumulan. Baik atau buruk,senang atau  sedih tidak perlu diperdebatkan, yang penting adalah bagaimana kita memaknai semuanya. Buku ini adalah kumpulan kisah yang saya rekam dengan sederhana, supaya bisa dinikmati, juga dengan sederhana. Tawa dan air mata adalah bumbu kehidupan...silakan download...

DOWNLOAD EBOOK

Tak Ada Jembatan, Rakitpun Bisa

Pada Sebuah Tepian sungai

Dua orang pemuda dan pemudi. Nampaknya mereka sedang dimabuk cinta. Selalu berdua, bergandengan tangan, bercanda layaknya kanak-kanak.  Apakah memang, jatuh cinta membuat hidup kembali seperti anak-anak?Lepas,bebas dan rasa malu itu menguap entah kemana?Akh..entahlah...Mereka sedang berjalan di sebuah taman. Taman yang indah dan menarik. 

Aneka bunga dan hewan-hewan hidup bebas tanpa dikerangkeng layaknya Kebon Binatang di negeri ini. Taman itu memang indah, pada sebuah lembah yang hijau. Perbukitan mengelilingi taman itu. Pada bagia utara, barat,selatan dan sebagian timur. Semua adalah perbukitan. Di bawah bukit sebelah timur ada telaga buatan manusia,jika senja, sinar matahari yang menyentuh permukaan air danau buatan itu sungguh menawan. Orang-orang memberi nama taman itu Mundu,,,mungkin dahulunya di tempat itu penuh dengan phon buah-buahan yang oleh masyarakat di desa itu diberi nama Mundu. Pohonnya rimbun dan buahnya jika sudah masak, kuning kemilauan.

Akh.. jadi lupa, dua pemuda dan pemudi tadi masih asyik berduaan, memetik beberapa kuncup mawar. Beberapa kupu-kupu terbang menjauh takut mengganggu kemesraan keduanya. Terdengar suara sebuah lagu jaman kuna, jaman dahulu. “Dipuncak Bukit Berbunga”, dinyanyikan, kalau tidak salah oleh Jayanti Mandasari..akhh, benar-benar romantis. Hanya bisa membayangkan saja, dan sepertinya sulit, karena tugas keseharianku yang hanya tukang cari rumput. 

Suasana siang yang cerah, semilir angin yang manja, burung-burung yang berkejaran semakin membuat nuansa sempurna mereka berdua.
Perjalanan kedua pemuda-pemudi itu akhirnya sampai ke tepi sebuah sungai. Sungai yang bening dan elok karena bebatuan gunung bisa dilihat dari tepian, bebatuan yang ada di dasar sungai itu. Ikan-ikan berkejaran dalam teduhnya air bening sungai . kedua pemuda pemudi itu masih nampak asyik dan mesra. Dan mereka pun kemudian melihat ke seberang  sungai. Sebuah tempat berjarak 15 meteran, namun tiada jembatan untuk menyeberanginya.

“Mas, aku ingin kita menyeberang ke tepi yang sebelah sana, di sana aku melihat burung-burung bermain di rerumputan”, rengek gadis itu. Pemuda itu diam. Dia nampaknya sadar bahwa hanya dengan membangun jembatan mereka bisa sampai ke seberang dengan selamat. Kemudian, dia , pemuda itu, menghampiriku yang termangu menatap kemesraan mereka. Pemuda itu meminjam sabitku, lalu mendekati serumpunan pohon bambu liar di tepian sungai. Dengan sigap pemuda itu menebang beberapa batang. Sesekali terdengar mengaduh karena tersayat dan menjadi luka. Hingga akhirnya, tersedia sekumpulan batang bambu, dibuatnya rakit dan kemudian dipakainyalah rakit ittu untuk menyeberang.
Semakin iri aku melihat kemesraan mereka. Dengan sabit di tangan, setelah aku mengangguk saat pemuda itu berucap terima kasih, aku menatap mereka. Ada getir, namun juga ikut bahagia, melihat tekat mereka berdua...

pada tepian sungai, suatu ketika..


BELAJAR DARI PENGALAMAN

Sebuah kumpulan kisah-kisah menarik dari para konselor menghadapi pergumulan hidupnya. Ada suka, ada duka, ada yang menggelikan...semua tersaji dengan sederhana dan jujur...Harga kumpulan tulisan ini hanya Rp. 44.000
Jika berminat, silakan kontak by email
paramithasemesta@gmail.com

Rabu, 24 Februari 2016

SEnAnDUNG LUMPUR dalam sebuah Nyanyian


Memilih hidup sebagai petani bukan pilihan populer. Maka jika ada yang memilih itu, akan menemukan banyak tantangan,sindiran dan dianggap salah jalan. Kumpulan cerpen ini mengajak kita semua menghadapi realitas lain,bahwa pilihan itu adalah pilihan jiwa jika dijalani dengan totalitas..
selamat membaca..
DOWNLOAD EBOOK


DOWNLOAD


Cara Menilai Segala Sesuatu

TENTANG POHON DAN BUAH

“Bapak, mengapa pohon itu tidak berbuah?Apakah ada yang salah?Daun-daunnya rimbun, terlihat subur sekali. DI manakah letak kesalahannya?” Seorang anak, saat senja bertanya kepada bapaknya.  Udara senja itu segar, langit cerah. Sinar matahari senja menyapu  perbukitan di sekitar kampung itu.

“Mungkin ada yang salah nak dengan pohon itu. Mungkin saja pemilik kebun pohon tiu salah memberinya nutrisi dan pupuk sehingga yang nampak hijau hanya daunnya”, Jawab Si Bapak dengan sabar.

“Kalau tidak berbuah, lebih baik tebang saja pohon itu, bisa diganti dengan pohon yang lain yang bisa memberi buah yang lebih baik”, Si Anak  memberi usulan agar pohon yang tidak mengeluarkan buah segera dihabisi, ditebang dan diganti dengan pohon yang baru.

“Jangan terburu menghakimi pohon itu anakku, apakah memang yang dibutuhkan dari pohon itu hanya buahnya saja?Bukankah rimbun pohon itu dibutuhkan untuk kesegaran pandangan kita?Bukankah kokohnya pohon itu dibutuhkan untuk menjaga tanah dari ancaman longsor?Bukankah cabang-cabang pohon itu dibutuhkan untuk  sarang burung, rumah semut dan banyak binatang yang lain?” Bapak itu menjelaskan dengan penuh semangat

Senja semakin mendaki menuju puncaknya dan kemudian berganti menjadi gelap malam, namun senja masih muda, masih terang. Si Anak itu manggut-manggut  pertanda mengerti maksud dari ucapan bapaknya. Dengan penuh kesabaran, bapak itu mengelus-elus rambut di kepala si anak itu. Bahagia nampak dalam wajah mereka. Kemudian dua orang lain muncul, dua perempuan. Mereka bagian dari keluarga itu, dan nampak kebahagiaan di wajah-wajah mereka saat senja menyapa.

Terkadang manusia sering cepat mengambil kesimpulan dan mengambil keputusan. Karenanya, keputusan itu sering tidak tepat. Hanya gara-gara sebuah pohon tidak berbuah maka dia dihukum tebang,. Manusia gagal melihat “Peran” lain dari keberadaan sebuah pohon. Untuk itu, berhati-hatilah, bersabarlah dalam membaca tanda-tanda kehidupan. Sebuah realita tidak hanya memiliki satu fungsi, namun banyak yang bisa dipetik dari sebuah realita.

Salam senja..


Selasa, 23 Februari 2016

Kenapa Mesti Berdoa dan Beragama?

Kenapa Mesti Berdoa dan Beragama? Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Terdapat sebuah penelitian yang sangat menarik berkenan dengan niat. Benjamin Libet, pakar saraf, pernah melakukan penelitian dengan menghubungkan beberapa orang dengan alat pengukur gelombang otak, Electro-encephalograph (EEG). Hal yang menakjubkan kemudian terjadi. Apakah itu? EEG kemudian menampakkan sebuah aktifitas gelombang otak yang muncul sebelum seseorang memiliki keinginan sadar untuk melakukan sesuatu.

Penelitian Libet kemudian menemukan bahwa sebuah niat muncul sekitar seperlima detik sebelum sebuah tindakan; dan secara jelas juga terlihat sebuah aktifitas gelombang otak muncul sekitar sepertiga detik sebelum munculnya niat. Dengan kata lain, ketika Anda membuka situs www.pembelajar.com dan meng-klik artikel saya, maka sesungguhnya pilihan tersebut bukanlah merupakan pilihan sadar Anda, tetapi faktanya adalah sebuah aktifitas gelombang di otak Anda telah memberi sebuah sinyal sebelumnya agar Anda memiliki sebuah dorongan untuk meng-klik artikel saya, dan kemudian muncullah niat Anda yang muncul ke kesadaran sehingga Anda kemudian memilih untuk meng-klik artikel saya.... baca selengkapnya di Kenapa Mesti Berdoa dan Beragama? Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu

Buku Yang akan Memandu Bahagia Keluarga



Sebuah Keluarga dibangun bertujuan menggapai bahagia, namun terkadang sengsara yang di dapatkannya. Mengapa demikian?Karena tidak paham jalan yang meski ditempuhnya. Tidak banyak panduan untuk membuat keluarga bahagia. Buku ini menawarkan panduan untuk menggapai bahagia itu...
Dengan harga 33 ribu rupiah, maka semua bisa menemukan kebahagiaan itu...
Jika berminat bisa lewat email paramithasemesta@gmail.com, akan segera dikirim lewat email dalam bentuk pdf..

Senin, 22 Februari 2016

Cara Rembulan Mengajariku Setia

KESETIAAN REMBULAN


Minggu malam,tanggal 21 februari 2016, setelah seharian diguyur hujan. Dingin masih setia menyelimuti alam semesta. Semuanya terasa tenang, diam dan tak menunjukkan gerak yang berlebihan. Ketenangan alam saat malam memang terkadang membuat suasana mencekam.

Demi pilihan hidup yang telah kuambil sebelas tahun silam, diantara rengek tangis anak-anakku,kubergegas meninggalkan tempat tinggal. Menembus malam,rintik lembut gerimis,kabut tipis. Jalan masih basah,malah terkesan becek,beberapa genangan air menggenangi lekukan-lekukan jalan yang rusak, mengapa belum diperbaiki?Aku sendiri tidak tahu.

Sampai tujuan, mengadakan percakapan. Usai, kemudian bergegas kembali menuju tempat tinggal. Hening malam semakin terasa. Kabut semakin tebal dan dingin semakin menunjukkan kuasanya yang menggenggam malam. Menelusuri jalanan  desa dengan keletihan raga luas biasa. Melewati  beberapa desa dengan rumah-rumah yang sudah sepi, mungkin terlelap sudah semua penghuninya. Hanya lampu-lampu saja yang dibiarkan setia berjaga sepanjang gelap dan dingin malam.

Saat melintasi persawahan, kabut semakin tebal. Dan sepi semakin terasa. Malam ini semestinya gulita ikut menyelimuti suasana, namun aneh. Ada sedikit nuansa terang hadir dalam malam yang semakin beranjak ke pusatnya. Kabut itu tidak menambah gulita, namun justru terlihat putih keabu-abuan,laksana selimut bidadari alam dongeng masa kecil kami. Penasaran, aku berhenti, persis di jalanan tengah persawahan. Gemericik air bening dari sungai kecil mengairi sawah terdengar lembut.

Suasana luar malam itu sungguh senyap dan dingin terasa menghujam tulang. Langit tidak segelap malam-malam lain karena Almanak menunjukkan tanggal 12, berarti Sang rembulan semestina berkilau malam ini. Namun mendung dan kabut menghalangi cahaya peraknya. Mendung di atas selalu bergerak, tidak pernah dia diam, dan dalam dinamika geraknya terkadang melepas tutupnya dari sinar rembulan. Saat itulah cahaya indah rembulan menyapa bumi, dan saya di dalamnya. Ternyata rembulan itu tetap bercahaya meski cahayanya tidak sampai ke bumi karena terhalang kabut dan mendung.

Dalam dingin aku bersyukur karena ajaran alam ini. Rembulan itu selalu bersinar meski tidak selalu dirasakan sinarnya. Juga untuk manusia, belum tentu yang tidak terlihat baik itu tidak melakukan kebaikan, bisa jadi kebaikannya tertutup. Yang menutupi bisa saja bagian dari hidupnya, seperti mendung dan kabut yang merupakan bagian dari alam semesta, bersama rembulan juga.

Untuk saudaraku semua, janganlah cepat menuduh bahwa tidak ada kebaikan pada sahabat,saudara atau rekan di sekitar. Bisa jadi kebaikannya sedang tertutup oleh yang lain. Juga, jika sinar baik dari tindakan kita tidak dirasakan orang lain, jangan marah,jangan mundur, jangan kecewa. Bisa jagi sedang ada sesuatu yang menghalangi. Tetaplah bersinar..

Sudah terlalu malam kawan, biarlah rembulan tatap setia dengan jalan hidupnya. Letih raga ini memanggilku menuju alam peraduan.. 
Selamat Bersinar..




Minggu, 21 Februari 2016

Luka yang menjadi awal keberhasilan

Belajar dari Pohon yang dilukai

Siang itu, saya melewati sebuah rumah yang tergolong masih sangat luas untuk ukuran jaman sekarang. Halaman yang luas itu ditanami dengan aneka pohon buah-buahan. Ada mangga, durian, belimbing,sawo,rambutan,apukat dan masih banyak lagi yang tidak mungkin saya sebutkan semua. 

Udara panas, karena kemarau sedang berada di puncaknya. Seorang laki-laki setengah baya, dengan pakaian etnik sederhana sedang berada di salah satu pohon mangga. Saya menyempatkan diri mendekat untuk sekedar menyapa.
Ternyata, setelah saya mendekat dan melihat dengan jelas, bapak pemilik rumah dan kebun ini sedang membacok-bacok dahan pohon mangga yang sebenarnya tumbuh subur dan rimbun serta termasuk mulus batang pohonnya. 
Aneh, mengapa bapak ini malah melukai pohon yang sehat, rimbun dan subur ini?
“Lho, pak,,kok malah dibacok itu memangnya kena apa?” Demikian saya menyapa demi mencari jawab akan kegelisahan saya. “Kalau tidak dibacok, pohon ini sulit berbuah ,,” Demikian bapak itu menjawab pertanyaan saya. Dari hasil percakapan sebentar itu, saya jadi mengerti betapa semua yang dilakukan bapak tadi berangkat dari pengalaman dan kejelian. Betapa pohon yang terlihat subur dan rindang namun sulit berbuah perlu dilukai untuk mampu berbuah dengan baik dan berguna.


Luka, terlukai,melukai tidak selalu mengandung kejelekan, namun justru bertujuan baik. Dengan luka itu, pohon buah bisa berbuah maksimal. Berarti, jika manusia pernah atau sedang mengalami luka, berarti ada tujuan baik yang sedang dikerjakan Sang Pemilik Kehidupan. Karena itu, jangan cepat-cepat marah dengan luka dalam kehidupan kita. Selamat menghayati “Kelukaan” dalam kehidupan,,

Tulisan ini pernah dimuat di www.satuharapan.com

dari nyamukpun kita bisa berhutang

PELAJARAN BERHARGA DARI GIGITAN NYAMUK

Hampir semua orang benci dengan nyamuk, entah karena bentuk dan keusilannya, juga karena virus yang dibawanya. Maka, karena kebenciannya itu, tidak ada orang yang mencoba iseng memelihara nyamuk atau menjadikannya simbol untuk kehidupannya. Semua mencoba mengusir dan menyirnakan nyamuk dari kehidupannya. Namun, benarkah nyamuk itu tiada berfungsi untuk manusia?


Pagi itu,seorang pendeta berkisah bahwa hampir saja ia terlambat bangun karena kesibukan hari sebelumnya. Mau tidak tidur takut kondisi semakin lemah, namun mau tidur takut tidak bangun. Jika sudah letih mendera, suara alarm tidak mampu mengusik nyenyak tidurnya. Dalam kebingungan dan deraan letih, ia tertidur. Tak pernah ia berpikir akan tugasnya esok hari, letih tubuh telah mengantarkanya ke dunia tidur nan nikmat. Waktu terus bergulir dan pagi hampir mendekati puncaknya. 
   Ingin JAdi Agen Tiket Pesawat?



Suara alarm HP bordering mencoba memanggilya, namun takjua ia bangun sampai sebuah gigitan nyamuk memudarkan mimpi dan tidurnya. Bergegas ia melihat jam dinding, waktu semakin mendekati panggilan tugasnya. Untung ada gigitan nyamuk, begitu dia berguman.


Terkadang, sesuatu yang takdianggap, takpernah dipikirkan dan bahkan selalu dihindari dan dibenci juga bisa mermakna dan berguna. Semua tergantung dari sudut mana kita melihat dan memaknainya. Perihal digigit nyamuk hampir semua orang pernah mengalaminya, namun selalu dalam pemahaman kebencian, namun jika bisa memberi makna baru dan sebagai bagian dari kelengkapan hidup, maka itu akan terasa indah. 
Gigitan nyamuk itu telah menyelamatkan seseorang dari kemungkinan terlambat, dan mungkin juga manusia lupa berterima kasih kepada nyamuk itu.

tulisan ini pernah dimuat di www.satuharapan .com

Sabtu, 20 Februari 2016

Wiro Sableng #140 : Misteri Pedang Naga Suci 212

Wiro Sableng #140 : Misteri Pedang Naga Suci 212 Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1WIRO SABLENG

Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212

Karya: Bastian Tito

Episode : 113 LORONG KEMATIAN

Wakil Ketua melangkah cepat memanggul tubuh Hantu Muka Dua. Setelah melewati sebuah pintu besi, dia hentikan langkah dan berpaling pada Satria Pocong yang berjalan mengikutinya.
"Untung tadi Yang Mulia Ketua tidak sampai Menanyakan soal caping milik Kakek Segala Tahu. Kau sempat memeriksa benda itu ?"
"Sudah, tapi saya tidak menemukan gulungan kain putih yang kita cari."

"Apa ucapanmu bisa kupercaya?" tanya wakil ketua barisan manusia pocong 113 lorong kematian sambil dua matanya menatap lurus dan tajam pada sepasang mata anak buahnya.

"Saya tidak berdusta. Saya tidak punya keperluan apa apa atas benda itu." Menjawab Satria Pocong.

"Yang Mulia Ketua pernah bilang benda itu luar biasa penting. Menyangkut kelangsungan masa depan seratus tiga belas lorong kematian dan rencana pembentukan sebuah partai yang bakal menguasai seantero rimba persilatan tanah Jawa dan tanah seberang."

"Saya pernah mendengar hal itu..." ucap Satria Pocong.

Lalu dan balik jubah putihnya orang ini keluarkan caping milik Kakek Segala Tahu. "Silahkan Wakil Ketua meme
... baca selengkapnya di Wiro Sableng #140 : Misteri Pedang Naga Suci 212 Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu

Sekilas Usul Usil Tentang LBGT

Mengintip LGBT dari sudut Kitab Suci

LGBT atau elgebete sedang populer belakangan. Entah berproses secara alami, artiya memang sedang populer atau sengaja dipopulerkan, saya tidak tahu dan tidak hendak memotret hal tersebut. Saya hanya iseng saja, dan semoga keisengan ini berguna. Berguna secara positif, menjadikan orang berpikir lebih dalam atau secara negatif, marah dan ngamuk, ya silakan. Itu semua hak para pembaca yang budiman.

Saya ikutan mengamati kisah LGBT (elgebete, istilah pakde Student Law, Siswopranoto  lagibete) karena isu ini riuh rendah dipercakapkan. Kaum akademisi,pejabat,tukang sayur, agamawan, semuanya ikutan demam LGBT. Ada yang mengutuk, ada yang membela. Semua dengan argumentasi yang sangat luar biasa. Saya bingung, mau menolak atau mendukung, karena tidak punya argumentasi yang mumpuni, yang saya punya hanyalah leptop jadul dan waktu untuk menulis pemikiran saya. Sekali lagi, ini pikiran kaum pinggiran (istilah teman dari Pekalongan, https://www.facebook.com/dwiargomursito?ref=ts&fref=ts ), jadi ya, silakan dipahami dari kaca mata pinggiran, bukan dari pusat akademis.

Karena saya mahkluk beragama, maka saya akan mengintip dari sudut pandang ini. Intipan saya mungkin berbeda, sekali lagi silakan anda, para pembaca budiman yang menilainya. Dalam teks Kitab Suci, paling tidak agama yang saya anut, dikisahkan bahwa Yang Mahakuasa (ini istilah saya, biar adil tidak menyebut nama versi agama tertentu) menciptakan manusia itu LAKI-LAKI  (Bahasa Jawanya LANANGAN) dan Perempuan (Wedokan). Titik!!!! Tidak ada Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender. Itu semua tidak tertulis.

Nampaknya inilah yang dijadikan acuan oleh kaum penolak LGBT dan penolakan itu berbasis agama. Kalau melihat Kitab Suci dari sudut pendekatan Naratif, konsep penolakan ini sah-sah saja. Namun jika menggunakan pendekatan historis dan konteks keterbatasan narasi, maka perlu diperdebatkan. Kitab Suci ditulis (meminjam bahasa tetangga sebelah, diwahyukan) tidak dalam ruang hampa. Namun tertulis dalam konteks sosial tertentu. 

Bisa jadi dalam konteks Kitab suci ditulis, memang tidak ada itu yang namanya Lesbian, Gay, Biseksual dan transgender. Nah, kalau memang tidak ada, dan juga para penulis kitab suci tidak pernah/belum pernah sama sekali menjumpai realitas sosial LGBT, tidak mungkin mereka menuliskannya. Seperti analogi ini, tidak mungkin anak istri saya (saya tidak pernah mengandungnya, maka saya menyebutnya anak istri saya) akan bisa membayangkan  Victoria Beckham dalam angannya, karena belum pernah mengenal siapa Victoria Beckham.

Sedikit ulasan itu semoga bisa menyadarkan bahwa berpijak dari Kitab suci untuk menolak LGBT  dengan segala realitasnya, tidaklah tepat. Lalu pertanyaannya, lha anda itu menulis untuk mendukung atau menolak LGBT tah?Sebentar, saya akan lanjutkan.
Mendukung LGBT berdasar Kitab Suci juga penuh dengan persoalan. Apa saja itu?Jelas dalam sejarah peradaban dunia, manusia itu mahkluk yang berkembang biak dengan berhubungan seksual. Nahh, kalau LGBT itu “Salah Cetaknya” yang di sono, berarti alur berpikir orang beragama juga perlu ditata ulang. Masak “yang disono” salah cetak?

Jika demikian (yang mendukung LGBT) berarti memang LGBT itu kecelakaan sejarah. Oleh karena kecelakaan maka perlu dibenahi, perlu dibenarkan, perlu dibuat menjadi sesuai dengan garisnya.

Kembali ke fenomena LGBT. Itu semua terjadi, menurut saya lho ya, karena kontruksi kehidupan yang ada disekitarnya. Itu juga didukung oleh faktor biologis, bahwa misalnya hormon tubuhnya tidak ideal. Tidak idela seperti apa?semisal begini,fisiknya berjenis kelamin laki-laki, namun secara hormonal dia cenderung perempuan. Semua itu diperparah lingkungan sosial. Dia bergaul dengan keluarga yang didominasi perempuan,tetangga dan sanak saudara kebanyakan perempuan. Konsepnya tentang dunia hanya dari sudut perempuan, maka jadilah dia berfisik lelaki namun berperilaku perempuan.  Ini beda jika secara fisik dan hormon seperti di atas, namun kemudian diberi pendidikan yang proporsional, hidup dalam lingkungan ideal, keluarga yang ideal, maka potensi penyimpangan akan tereduksi.

Wah, kok panjang juga ya?Okelah, sekarang terkait persoalan utama. Lha kalau LGBT sekarang sudah menjadi fenomena, sudah ada, akan dikemanakan mereka?Agama banyak yang menolak, komunitas sosial pada jijik, lingkungan kerja terbatas, pemerintah juga belum sepenuhnya mewadahi, trus pie jal?

Menurut saya, sekali lagi menurut saya lho ya.., Yang sudah ada, ayo kita terima,kita rangkul mereka,kita tempatkan dia/merea menjadi bagian utuh dari kebhinekaan kita di Semesta ini, sembari secra perlahan disadarkan untuk kembali ke kitrahnya. Sementara itu pendidikan mengenai gender, seksual,sosial dengan segala realitasnya menjadi prioritas di sekolah-sekolah.  Dengan cara ini, persoalan LGBT bisa tertangani dengan tepat. Oiya, menangani persoalan dengan baik dan benar itu juga salah satu cara melaksanakan dhawuh KITab SUCI lho ya..

Sudah dulu akhh, nanti kalau banyak banyak malah membuat banyak orang BT..

jangan pada bete ya,

Jumat, 19 Februari 2016

Cara rayap Bertahan Hidup..

KETEKUNAN RAYAP

Binatang ini tubuhnya kecil,bahkan sangat kecil. Hidupnya berkoloni, tidak bisa binatang ini hidup sendirian. Semua hal dikerjakan secara bersama-sama. Mungkin filosofi mereka,senang bersama,susah bersama, mungkin, wong saya tidak pernah tahu bahasa mereka. Nama hewan ini berbeda-beda sesuai dengan tampat, bahasa dan budaya yang memberinya nama. Namun, saya mau menyebutnya Rayap.

"Masalah nama, biarlah dikembalikan ke masing-masing budaya dan bahasa, jangan ada yang mendominasi, biar agama saja yang selalu berjuang mendominasi"

Dia hidup tidak di tempat yang terang, selalu menyepi dan berada di tempat yang lembab dan gelap. Karena sering merusak barang-barang milik manusia, maka kebanyakan manusia kurang suka terhadap hewan ini. Ketidak sukaan manusia semakin terbukti nyata bahwa belum ada catatan sejarah yang melaporkan ada orang yang memelihara rayap. 

Mungkin ada namun tidak terlaporkan, atau sudah dilaporkan namun saya saja yang kurang informasi. Saya tidak hendak berbagi tentang hewan ini terkait biologinya, karena saya tidak paham. Saya bukan dokter hewan, saya hanya hendak mengajak kita belajar ketekunan, keuletan,ketangguhan hewan ini menjalani hidup.

Di tempat kami tinggal, ada gudang. Tempat itu jarang sekali dikunjungi, karena memang tidak ditempati. Hanya sering dibersihkan, sering disapu. Paling tidak 2 hari sekali ruangan itu dibersihkan, dan saya kerap melakukannya. Yang membuat saya heran, setiap kali menyapu ruangan itu, ada bangunan tanah sebesar lidi, dan ternyata itu rumah rayap. Setiap saya sapu, saya runtuhkan bangunan itu, namun 2 hari kemudian, muncul bangunan yang sama. Begitu terus hingga hampir saya bosan dengan “Ulah” si rayap ini.

"Selalu, alam semesta ini menggelar pembelajaran kehidupan dengan tanpa batas, tergantung kita, mau mengambilnya atau membiarkannya tertelan jaman"

Kemudian saya coba tidak dua hari, melainkan sehari saya sapu. Ternyata tetap saja hewan ini membangun dan membangun kembali rumahnya. Seolah tidak ada kata putus asa dalam konsep hidup mereka. Membangun dirobohkan, bangun lagi, dirobohkan lagi..terus dan terus.. Sungguh luar biasa, akhirnya saya mencoba menarik pelajaran dari semangat hidup si rayap ini. Hidup adalah berjuang jika gagal teruslah berjuang, terus dan terus. Jangan pernah  membatasi perjuangan sampai batas itu dibuat oleh Sang Maha Kuasa..

Salam Sore..


FIKSI Di Malam PASKAH