Sabtu, 11 April 2015

hati hati dengan benci

ANTARA KACA MATA HITAM DAN KEBENCIAN
“Kaca mata rayben itu membuat penampilan seorang pemuda terkesan macho,gagah,tegar dan berwibaya”,Guman seorang gadis sambil masih asyik memainkan keypad BB dalam percakapan dengan seorang perempuan muda,entah itu teman atau hanya kenalan dalam penantian bus di halte itu.
“Hmm,,iya juga sehh, tuhh lihat,gaya rambutnya,samping tipis,belakang ada variasi ekor,celana jeans-nya semakin membuat cowok itu terkesan gagah dan berwibawa”,Balas perempuan yang satunya.
Aku hanya duduk sambil berusaha mencari bus jurusan Solo-Semarang. Mencari yang agak longgar sehingga bisa duduk dan kemudian tidur. Kuperhatikan sekeliling,kucari mana sosok yang sedang diperbincangkan dua perempuan muda itu. Pandangan mataku menyisir seluruh area sekitar halte itu dan kemudian kudapati,lelaki berkaca mata rayben itu. Hmm, anak sekarang,,cowok degil kaya gitu dikatakan gagah dan berwibawa. Lalu kulihat cowok berkacamata hitam itu beranjak,hendak menuju ke dekat kami. Kacamata hitam itu masih dipakainya. Jalannya agak bergaya,orang Jawa bilang agak kemaki. Dan tiba-tiba,,,”Bruuakkk….!!!!. Semua kaget dan mencari ke arah sumber suara, ternyata lelaki muda berkaca mata hitam itu jatih tertelungkup,sepertinya menabrak lantai samping halte ini.
“Walah mas,,mbokya yang hati-hati ta,,,masak jalan awan-awan (siang-siang) kaya gini masih kesandung juga?”,Sapa ibu penjual minuman di dekatnya. Wajah anak muda itu terlihat merah menahan malu.
“Nggak apa-apa bu,,ngga apa-apa, suerr,,,!”Sambil bersaha bangun ia memberi penjelasan. Lalu ada bus berhenti dan beberapa pengantri di halte itu naik. Halte jadi sepi,tinggal aku dan lelaki muda berkaca mata reyben yang ada. Kaca mata itu masih dipakainya. Mungkin berbeda tujuan, sebelumnya demi sebuah gaya,dan sekarang demi menutupi rasa malu.
“Pak,minta koreknya”,Tiba-tiba lelaki muda itu meminta api (bukan korek) ke aku. Sengaja aku ingin mengajaknya bercanda. “Wah,,korek saya Cuma satu mas,,lha kalao sampeyan minta lak yo habis” Ku jawab dengan logat Solo sebisaku. Tersipu lelaki muda itu,kemudian kuberikan korek api gas yang aku bawa. Akhirnya kami memulai obrolan. Dari obrolan  itu aku tahu,dia tidak lulus SLTA, orantuanya telah berpisah. Dia bekerja ikut pemborong dan minggu kemarin pulang karena mbah putrinya sakit. Dia juga jujur mengatakan bahwa kaca mata hitamnya itu ia pakai demi banyak tujuan. Bukan untuk terlihat gagah atau macho,bukan. Ia memakai kaca mata hitam itu karena sudah muak dengan sekitarnya. Muak dengan orang-orang yang mengaku beragama. Terlihat rajin dan tekun namun menyimpan belati dan pedang dibalik baju ibadah itu. Terlihat tersenyum namun justru ia melihat taring-taring menyeruka dari mulut-mulut mereka itu.
“Saya sebel pak dengan kemunafikan, saya benci dengan mereka semua. Beragama namun pendendam,beriman namun takmau mengampuni” Demikian sekilas lelaki yang ternyata kutahu bernama Sutrimo itu panjang lebar menceriterakan kisah  hidupnya.
“Mas, dengan kaca mata hitam njenengan itu, semua akan Nampak hitam. Tak ada yang putih mas,tak ada yang hijau,kuning,merah. Pokoknya semua hitam”,Aku mencoba membuka jawaban.
“Tidak mengapalah pak,saya melihatnya hitam semua. Namun saya tidak membenci mereka. Saya mengasihi,menghormati mereka. Meski mereka selalu menyakiti saya,menuduh dan mengatakan saya anak haram,anak takberbapak,anak takberakte.
“Semarang,,semarang,Solotigo,mbawen,,,!!!Kosong,kosong,,tarip biasa,,,”Suara parau kenek bus membuyarkan percakapan kami. Dan kemudian kami berpisah. Di dalam bus kurenungkan pengalaman tadi. Kaca mata hitam. Dengan memakai kaca mata hitam maka semua akan nampak hitam,semua akan terlihat kusam dan parahnya,manusia terlanjur membenci hitam. Apapun akan terlihat hitam jika kita memakai kacamata hitam. Akhh,,,berarti jika boleh kuandaikan,kaca mata hitam itu sebagai kebencian,maka semua akan hitam jika dilihat dengan kaca mata kebencian.
Akhh,,kebencian,mengapa kau masih selalu kerasan menaungi kehidupan bersama ini?Dan mengapa kau manis membungkus diri dengan senyuman,dengan sapaan,dengantawaran-tawaran menggiurkan?Sampai kapan kau akan menggoda kami kebencian,sampai kapan kau akan melekat dalam pandangan kami?
Untuk saudara-saudaraku yang masih bercumbu dengan kebencian
Suatu Siang di Halte Kota Solo..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH