Sabtu, 29 Oktober 2016

Dalijo, Pini pacarnya dan Buah Mangga



Suatu hari, Dalijo berkunjung ke rumah cewek yang sudah lama ditaksirnya, mungkin sudah ada 5 tahun Dalijo naksir cewek itu. Namun karena takut di tolak jika mengungkapkan perasaanya, Dalijo tidak berani menyatakan rasa yang ia miliki. Saat tiba di rumah Pini, cewek peujaanya itu, Dalijo menerima hidangan istimewa. Pini dengan rambut dikucir ekor kuda, kaos oblong warna biru laut, menyambutnya dengan menghidangkan sepiring irisan buah mangga yang menggiurkan warna dan aromanya.
 
“Wah, mangganya harum dan manis sekali Dik, ini buah pohon mana?” ujar Dalijo sambil menikmati irisan buah  mangga yang dihidangkan Pini.
Dengan tersenyum Pini, gadis pujaan Dalijo itu menjawab menjawab, “Mas Dal, ini pohon yang nanam mas Dal lho. Ingat tidak dulu,waktu dolan bareng-bareng sama teman-teman, waktu mas masih malu-malu mengungkapkan rasa mas ke aku, kita makan mangga. Lha mas Dal kan melempar bijinya mangga ini ke kebun lewat jendela ta?  Nah, ini hasilnya mas Dal,pohon mangga itu aku rawat dan  telah bertumbuh menjadi pohon mangga dan sekarang sedang kau nikmati buahnya” Jawab Pini dengan santai, namun nampak antusias, karena Dalijo datang.

“Sungguhkah dik Pin  buah mangga ini hasil keisenganku dulu yang tidak disengaja? Wah, hebat Jos tenan ya dik, aku iseng tapi bisa menghasilkan buah yang seger dan ranum, apalagi jika aku serius ya dik?” Dalijo tertawa gembira sambil menyantap dengan nikmat mangga dihadapannya. 

Pini lalu  melanjutkan jawaban, “Mas, walaupun mas Dal tidak sengaja melempar biji mangga di halaman itu, tetapi karena tanah lahannya subur dan kemudian aku pelihara, dia tetap akan bertumbuh. Dan sesuai hukum alam, saat musim buah tiba, dia pasti akan berbuah. Sedangkan rasa buahnya manis atau tidak adalah sesuai dengan bibit yang kita tanam"

Dalijo manggut-manggut sembari mengunyah irisan buah mangga , lalu merenungkan perkataan Pini, gadis berambut panjang pujaan hatinya. Karena merasa penasaran, diambilnya biji buah mangga sisa di meja dan dibelahnya menjadi 2, dia ingin tahu sebenarnya apa yang ada di dalam biji buah mangga itu sehingga bisa menghasilkan rasa manis yang membedakan dengan biji buah mangga yang lain. Ternyata dia tidak menemukan perbedaan apapun.

Melihat tingkah Dalijo, Pini kemudian berkata lagi,  “Mas Dal, semua biji buah, tampaknya dari luar sama semua. Tetapi sesungguhnya, unsur yang ada di setiap biji buah itu berbeda, perbedaan itulah yang akan menghasilkan rasa, aroma dan warna setiap pohon mangga berbeda pula. Semuanya tergantung inti buahnya mas Dal.  Demikian pula dengan manusia, tampak luar, setiap manusia adalah sama tetapi yang menentukan dia bisa berhasil atau tidak adalah kualitas unsur-unsur yang ada di dalamnya. Nah, ternyata alam mengajarkan banyak kepada kita mas, bila ingin hasil yang baik, harus memiliki unsur kualitas yang baik pula “

Dalijo tersenyum sendiri  dan dalam hati berujar, "Hmmm..pancen jitu pilihan hatiku, tak percuma aku menungga 5 tahun, ternyata dik Pini memang gadis yang top markotop. Sudah cantik,manis,meski agak item sedikit dan pinter  lagi...."

"Massss....lha kok mesam-mesem sendiri, ada apa mas,adakah aku salah mas Dal?", Desak Pini. Dalijo menggelng,mereka tersenyum dan ternyata irisan mangga habis, karena saat Dalijo mau mengambil, tinggal sendoknya saja... 

Saudara, hukum alam pada kisah Dalijo dan Pini, pacarnya tadi mengajarkan pada kita 2 hal. 
1. Apa yang telah kita tabur, entah disengaja atau tidak, diingat atau dilupakan, entah kapanpun juga. Hukum alam mengajarkan, apa yang kita tanam kita pasti akan menuai hasilnya. 
2. Bahwa manusia mempunyai kemiripan dengan inti biji buah mangga, tampak luar sama, tetapi kualitas unsur yang ada di dalam inti buahnya yang membedakan rasa, aroma dan warna si buah mangga. Demikian juga dengan manusia, Kualitas mental yang didalamlah yang membedakan dan menentukan keberhasilan manusia di masa depan.
Mari kita perbaiki sikap, perhalus budi pekerti, jaga kebersihan hati dan selalu menggali potensi diri agar kesuksesan sejati bisa kita nikmati suatu hari nanti.

MUJUR ATAU MALANG?




Ada sebuah cerita kuno, tentang seorang laki-laki tua yang sikapnya dalam memandang kehidupan berbeda sama sekali dengan orang-orang lain di desanya. Keanehan itulah yang sering menjadikan orang-orang disekitarnya  menjadi bingung, dan sulit mengerti alam pikir si laki-laki tua tersebut.

Rupanya laki-laki tua ini hanya mempunyai seekor kuda, dan pada suatu hari kudanya kabur. Para tetangganya datang dan menaruh belas kasihan kepadanya, dengan mengatakan kepadanya betapa mereka ikut berbela rasa atau  sedih karena kemalangan yang menimpanya.
Namun jawaban dari laki-laki tua itu  membuat mereka, orang banyak itu, heran.

"Tapi bagaimana kalian tahu itu kemalangan?" dia bertanya.
                                        
Beberapa hari kemudian kudanya  yang sempat dinyatakan hilang itu pulang, dan ikut bersamanya dua ekor kuda liar. Sekarang si laki-laki tua punya tiga ekor kuda. Kali ini, tetangga-tetangganya mengucapkan selamat atas kemujurannya.

"Tapi bagaimana kalian tahu itu kemujuran?" dia menjawab.

Pada hari berikutnya, sementara sedang berusaha menjinakkan salah seekor kuda liar, anak laki-lakinya jatuh dan kakinya patah.
Sekali lagi, para tetangga datang, kali ini untuk menghibur si laki-laki tua karena kecelakaan yang menimpa anaknya.

"Tapi bagaimana kalian tahu itu kemalangan?" dia bertanya.

Kali ini, semua tetangganya menarik kesimpulan bahwa pikiran si tua kacau dan tidak ingin lagi berurusan dengannya.

Walaupun demikian, keesokan harinya penguasa perang datang ke desa dan mengambil semua laki-laki yang sehat untuk dibawa ke medan pertempuran. Tetapi anak si laki-laki tua tidak ikut diambil, sebab tubuhnya tidak sehat!

Kita semua akan menghayati kehidupan yang lebih tenang kalau kita tidak terlalu tergesa-gesa memberikan penilaian kepada peristiwa yang tejadi. Bahkan apa yang paling kita benci, dan yang masih menimbulkan reaksi negatif kalau terpikirkan oleh kita, mungkin memainkan peranan positif dalam hidup kita.





Jumat, 28 Oktober 2016

TRANSFORM DISAPPOINTMENT


Disappointment shines a light on the problem, and once that happens there’s no need to continue with the disappointment. Get over it, and get busy making a positive change.

Whether it’s disappointment with yourself, or someone else, or the world at large, there’s a way to make a change for the better. So figure out what you can do, and do it.
No, you can’t solve all the problems of the world before dinner. Yet you can nudge your little corner of the world in a beneficial direction.

Though you’ll find plenty of blame to go around, refuse to dwell on assigning or maintaining that blame. Today is a new day, and an opportunity to think, act and feel in new ways.
Initially, disappointment connects you in a powerful way to what you care about, which is very useful. Keep in mind, though, that holding on to disappointment is a sad waste of your time and energy.

Feel the disappointment, then quickly transform it into positive, effective activity. Don’t let disappointment hold you down, because you have a whole lot of better things to do.

Kamis, 27 Oktober 2016

DALIJO IKUT DEMO



“Jo, mau ke mana kok nampaknya sangat sibuk?”, Sareh mencoba menanyakan tujuan Dalijo sibuk mempersiapkan sesuatu. Nampaknya Dalijo akan melakukan perjalanan Jauh. Tas punggung disiapkan,beberapa potong baju dimasukan, sarung dan handuk juga menadi property yang disiapkan Dalijo.
“Aku mau ke Jakarta Reh, aku dapat Job. Lumayan meskipun Cuma beberapa hari,bisa sekalian dolan ke Jakarta, ke Ibukota Negara kita. Ke kota metropolitan”, Sahut Dalijo sembari masik menyibukkan diri menata semua kebutuhannya,meski Sareh,sahabat karibnya sudah datang agak lama. Kemudian Sareh membuka jendela,juga pintu  yang jumlahnya ada  tiga di rumah limasan kuno itu.
Reh, gelem melu ra kowe? Ini pekerjaan menarik dan menyenangkan lho, ke Jakarta, kerja cuma beberapa jam, hanya jalan-jalan sambil ikutan teriak-teriak,dibayar satus seket ewu sedina, makan minum gratis dan ongkos PP,naik bis eksekutif ditanggung”, Ungkap Dalijo penuh semangat, dengan masih sibuk mempersiapkan sesuatu yang mungkin ia rasa masih kurang.
Sareh diam,seperti namanya, dia tersenyum,sembari duduk di kursi tua,di sisi barat posisi rumah Dalijo. Mengambil majalah berbahasa Jawa yang nampaknya majalah terbitan lama,terlihat dari kumalnya sampul majalah itu. Di bolak-baliknya Majalah berbahsa Jawa itu,kemudian terlihat asyik membacanya. Dalijo hampir selesai menyiapkan property untuk kepergiannya ke Jakarta, yang katanya hanya sekitar tiga hari, kerja sekalian wisata. Sampai kemudian Dalijo nampak mendekati Sareh untuk duduk. 

Dalijo ikut duduk,sembari mengeluarkan rokok Djarum Super yang bungkusnya sudah kumal. Dalijo menarik satu batang,menyalakan korek dan menyulut rokok, kemudian meletakkan bungkus rokok itu di meja depan mereka duduk.
Reh, iki Ses’e. ayo nikmati hidup,jangan terlalu banyak dipikirkan,ada peluang sikat. Dengan begitu hidup menjadi enak”, tutur Dalijo dengan gaya sok bijak.
“Dal, sapa ta yang mengajakmu kerja di Jakarta itu? Masak kerja Cuma 3 hari, bayaran 150.00,makan minum gratis, biaya pulang pergi gratis. Jan-jane apa kerjaanmu itu Jo?” Tanya Sareh penuh perhatian.
“Itu, kemarin Songko ngesemes aku. Dia ditelfun temen Jakarta,suruh datang awal bulan depan,ada pekerjaan menarik. Lha aku ya langsung jawab iya. Tiga hari aku bisa dapat 450.000, makan gratis,tidur gratis dan ongkos PP juga gratis. Siapa yang tidak tertarik. Lha wong kata Songko kerjane Cuma ikutan jalan bersama,pakai baju seragam dan sudah disiapkan. Kami hanya diminta ikut,teriak ikut, jalan juga ikut. Pokoknya yang penting ikut. Enak kan Reh”, Dalijo memberi penjelasan dengan penuh semangat.
“Lha iya, trus nama pekerjaan kamu itu apa Dal?”, Serang Sareh dengan Tanya yang substansinya sama. Sareh ingin sahabatnya itu jujur,meski sebenarnya dia mengerti  atau tepatnya bisa menerka,jenis pekerjaan apa yang akan dijalani Dalijo. Ada seberkas rasa iba untuk sahabatnya yang sangat sederhana ini. Dalijo tidak mengerti akan tugas dan yang meski ia kerjakan di Jakarta itu. Sareh sadar, bahwa Dalijo adalah korban,yang dalam kepolosannya berpikir dan meniti hidup,sering diperdaya pihak lain yang memiliki agenda licik.
“Reh, gausah ngalamun. Kalau mau ikut,ayo bersiap. Berangkatnya masih besok agak siang, jam 12 san. Kita ikut Bis eksekutip. Nanti tinggal aku esemes Songko, tambah satu,pasti sangat senang dia. Karena Songko diberi tugas korwil untuk membawa orang sebanyak-banyaknya”, Dalijo menegor Sareh serta membujuknya ikut ke Jakarta. Dengan sangat santai dan terlihat bersemangat, Dalijo menghisap cigaretnya mantab.
Sareh diam,masih terlihat asyik membaca majalah yang dipegangnya. Namun sesaat kemudian nampak menutup majalahnya,meletakkannya di atas meja,tempat semula dan memandang kea rah jendela. Sareh memandang sawah yang mulai menguning, gunung yang tetap hijau,dedaunan yang tertiup angina. Kemudian pelan  namun mantab berkata.
“Dal, kamu ngerti enggak dengan pekerjaan yang akan kamu kerjakan selama 3 hari di Jakarta?”
Dalijo diam, kemudian dalam kepolosannya,menjawab.
“Ya tahuku ya kerja,ikutan orang banyak dan di bayar. Itu saja Reh”
Sareh tersenyum,namun nampak segurat keprihatinan di wajahnya,juga nampak dari tarikan nafasnya. Dan kemudian melajutkan ucapanya untuk Dalijo sahabatnya.
“Dal, kamu itu disuruh demo. Kamu diajak grudak-grudug melakukan protes akan sesuatu yang tidak kamu ketahui. Yang kamu bayangkan  hanya 150 ribu per hari. Kamu tidak sadar sedang diperalat oleh mereka yang menginginkan Negara ini tidak pernah maju. Uang 450 ribu selama tiga harimu itu,ditambah ongkos PP dan makan minummu,sejatinya untuk pertaruhan mereka yang berkepentingan. Dan jika berhasil,maka kita akan tetap menderita selamanya Dal. Coba kamu pikirkan itu. Aku tidak keberatan kamu ke Jakarta, kesempatanmu melihat ibu kota Negara, tapi kamu mesti sadar yang terjadi sebenarnya”, Sareh menjelaskan dengan penuh semangat.
Dalijo manggut-manggut,nampak ada segurat keraguan di wajahnya yang polos. Namun,tekad ke Jakarta, ibukota Negara telah bulat. Namun pesan Sareh,sahabatnya itu akan ia kenang dan pegang. Dalijo juga berjanji,akan ikut mengamati dan melihat dari dekat apa yang dikuatirkan Sareh Sahabatnya itu..
Dalijo tetap akan berangkat ke Jakarta,maka mari kita tunggu ceritanya dari Jakarta,ikutan demo..

TAK BISA MELAWAN KESEIMBANGAN SEMESTA


“Kau kupu-kupu, kau harus sadar akan posisimu. Bahwa tugasmu dalam membantu pohon buah hanya menjadi perantara,bukan menjadi penikmat,apalagi pemilik buah”, Demikian Jawaban Malaekat ketika  seekor kupu-kupu mengungkapkan keinginannya, tidak sekedar menjadi pembantu penyerbukan,namun ingin menikmati buahnya.

Meskipun sudah ditolak serta disadarkan oleh Malaekat mengenai tugas dan kewajibannya sebagai kupu-kupu, yang hanya bertugas menjadi perantara penyerbukan, namun kupu-kupu tetap nekad. Ia enggan hanya sekedar menjadi perantara penyerbukan,ia ingin lebih tinggi lagi,menjadi penikmat buah dari penyerbukannya.

Begitulah kemudian, banyak pekerjaan kupu-kupu yang terbengkalai,semua karena keengganan si kupu-kupu melakukan tugas dan kewajibanya. Sempat ada hewan lain yang protes,semisal luak dan codot, karena kemudian tidak ada yang bisa mereka makan. Namun karena bentuk fisik Luak dan Codot yang kalah jauh dengan Kupu-kupu, maka suara mereka tidak di dengar oleh Malaekat. Dan ternyata pula, Malaekat itu bisa pilih kasih juga..

Waktu berganti dengan santainya. Kupu-kupu masih setia dengan keinginannya,ingin juga menjadi penikmat buah,meski  secara alami dia bukanlah yang demikian. Karena kedekatannya dengan Malaekat,ia bisa melakukan itu. Namun ia tidak  sadar,bahwa dia tercipta juga sebagai bentuk kesempurnaan dan keseimbangan Alam Semesta. Maka ketika keseimbangan semesta terganggu, maka yang lain juga merasakan harmoni yang terganggu.

Saat semesta terganggu,barulah semua merasakan ketidakberesan. Itu semua terjadi hanya karena hasrat Kupu-Kupu yang menolak jati diri sebagai perantara penyerbukan buah dan menginginkan menjadi penikmat buah. Sesuatu yang tidak salah sebagai sebuah hak untuk memilih, namun tidak sadar akan jati diri panggilan hakikinya.

Begitupun manusia, jika gagal memainkan perannya dengan benar,maka keseimbangan semuanya akan terganggu. Maka,jalan sederhana yang mesti dilakukan, kerjakan apa yang menjadi bagianmu,jangan melampaui dan jangan mengurangi. Jika  kalian adalah petani, lakukan tugas ke-petan-an dengan baik dan benar, jika kalian pedagang, lakukan tugas dagang dengan baik dan benar, jika kalian tukang bangunan, lakukan dengan tepat, jika kenek bangunan,juga lakukan dengan tepat. Jangan melakkan tugas sopir jika kalian adalah petani, jangan melakukan tugas berjaga jika kalian adalah akuntan. Jaga keseimbangan dengan baik.

Kembalilah kepada hakekat kehidupanmu dan juga tugas dan tanggung jawab aslimu
Salam.

MARVEL AT THE MAGIC


Stop searching for situations where you can be joyful. Start expressing joy in whatever situations you’re in.
GET YOUR MAGIC 
Don’t keep striving to create the perfect circumstance. Live richly, with meaning, integrity, authenticity and fun in every circumstance.
Happiness is not something to be defined in advance. Happiness is yours to choose in each moment.

Yes, be ambitious, set goals, work toward them. Just remember that there is much goodness, life, fulfillment to be enjoyed along the way.
Marvel at the magic of living in a world where so many amazing experiences are available to you every day. With a constant sense of awe and gratitude, seek to more fully earn the abundance that’s already yours.

Let go of the conditions you’ve placed on joy, and open yourself to all its possibilities. Be joy, live joy, here, now, and with whatever may or may not come.

FIKSI Di Malam PASKAH