RETSLETINGMU
MASIH TERBUKA KAWAN.
Sudah ku katakan sedari awal kawan, bahwa ada yang
tidak beres dengan dandananmu. Aku sudah mengajakmu menyingkir, bercakap berdua
di ruang pertemuan itu. Tujuanku adalah mengingatkanmu, bahwa retsleting
celanamu belum tertutup. Namun engkau tidak menggubrisnya, malahan kau
berteriak bahwa aku ingin mencemarkan nama baikmu. Jujur kawan, aku tidak
bertujuan untuk itu.
Aku hanya ingin engkau tampil dalam keutuhan dan
tanpa kekurangan, tanpa cacat. Salahkah aku, yang selalu kau bilang sahabat
sejati, mengingatkan kekurangan darimu?Bukankah sering juga kau menegorku,
mengingatkanku bahaw ada yang kurang dari penampilanku?Dan kau tahu kawan, aku
selalu berinstrospeksi atas tegoranmu?
Saat aku melihatmu, masih ada uang kurang, dan
karenanya bisa memicu pergunjingan, aku menarikmu, mengajakmu bercakap berdua.
Namun kau bergeming, kau katakan “Retsleting Terbuka” itu kesalahan tukang
jahit yang bodoh dan tidak profesional. Andai benar tukang jahit itu tidak
profesional, harusnya kau benarkan retsletingmu itu, tidak kau diamkan,karena
itu akan mempermalukan dirimu.
Kawan, selalu saja kau mempersalahkan yang lain
saat salah itu mendekati dan menyapamu. Kau enggan bercermin bahwa terkadang,
kau juga bersalah atas keteledoranmu,ke-alpha-anmu melihat diri dan
performamu?Kau juga terlalu sering mengabaikan nasehat kawan-kawanmu yang lain,
karena kau lebih suka mendekati orang yang menyanjungmu. Tidakkah kau ingat
kata-kata Paklik Thukul bahwa sanjungan itu teror?Tidak sadarkah kau kawan,
bahwa pelukan mesra pendukungmu selama ini justru adalah cekikan yang mematikan
hidupmu?
Namun sungguh kau keras kepala kawan. Kau tegar
tengkuk. Jika sampai pada saat kau tampil di panggung pentas kehidupan disoraki
penonton, jujur, aku ikut malu. Aku ikut bersalah gagal mengingatkanmu. Namun
semua sudah terjadi. Kata bapak saya, nasi sudah menjadi bubur (meski malah
lebih mudah menelannya), dan tidak mungkin dijadikan beras lagi.
Jika saat itu kau mau mendengar tegoranku, mungkin
kau tidak akan dipermalukan seperti ini. Tidak ingatkah kau kawan, bahwa kau
tidak sendiri/kau punya keluarga,anak,istri dan yang lain?Tidakkah kau sadar,
bahwa mereka juga ikut merasa malu akibat “Retsletingmu” yang terbuka itu?
Sekarang keadaan semakin kacau kawan.. Dan untuk itu,
aku hanya ikut prihatin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar