Jumat, 03 April 2015

Mengusir Kebisingan hidup



PINTU YANG DIKETOK
Malam sekitar pukul 20.00 menit, hujan rintik semenjak sore menjadikan suasana malam sepi. Untuk mengusir sepi, kami sekeluarga mencari kesibukan sendiri-sendiri, ada yang membaca buku, ada yang membaca koran, ada yang nyeterika, ada yang menonton televisi. Makin malam, hujan belum berhenti juga dan justru disertai angin yang menggoyang dedaunan sehingga menghasilkan berisik suara.
Tiba-tiba anak kami menghentikan aktifitas membaca bukunya dan sambil agak kaget berujat,”Sepertinya pintu depan ada yang mengetok”. Serentak kami menghentikan aktifitas dan mencoba memperhatikan, namun televisi masih menyala meski volume suaranya tidak keras. “Mana, tidak ada suara apa-apa?”. Hampir semua penghuni rumah serentak dan sepertinya tidak menyetujui reaksi pendengaran anak kami. Aktifitas kembali kami lanjutkan, dan beberapa saat kemudian anak kami yang atdi merasa mendengar ada pintu yang diketok kemali menutup bukunya dan meminta semua mendengar dengan seksama. Namun suaran ketokan pintu itu takjua kami dengar dan kami kembali melanjutkan aktifitas dengan anak kami yang masih termangu. Dan malampun meniti waktunya dengan terseok dengan kepulasan masing-masing.
Esok paginya,jeritan ibu yang pertama kali membuka pintu membangunkan kami smeua. Di depan pintu ada sesosok bapak=bapak, berusia sekitar 70 tahun, tergolek lemah di teras,menggigil dengan suara lemah. Dorongan belas kasih menarik kami tuk bereaksi dan menolong bapak ini. Ternyata benar, semalam ada yang mengetok pintu dan pintunya terketok. Namun suaranya tidak kami perhatikan, kami jadikan angin lalu. Akibatnya, ada yang terlambat tertolong.
Kehidupan kita kadang seperti rumah yang penuh dengan kesbukan dan aneka kebisingan. Karenanya, ketika ada ketokan, ada rintihan,ada teriakan minta tolong, kita tidak bisa mendengar. Rumah kehidupan kita telah disibukan dengan berbagai keinginan dan kesenangan pribadi dan itu membuat tuli telinga kehidupan kita. Pintu rumah belas kasih kita ada yang mengetok dan kita tidak mendengar, padahal ada sahabat yang membutuhkan pertolongan namun terlambat. Karenanya, marilah kita tajamkan telinga pendengaran kita dengan belajar mendengar dan itu harus berani mengusir kebisingan hidup atau menghindari kebisingan itu sendiri,,,

Pakne Sesta-Mitha

1 komentar:

FIKSI Di Malam PASKAH