Sabtu, 27 Januari 2018

HATI-HATI




Sering kali kita menerima pesan dari orang-orang terdekat kita, agar selalu bertindak hati-hati. Mau berpisah diminta hati-hati, mau bepergian diminta berhati-hati, mau merantau juga diminta berhati-hati. 

Tujuan dari saran atau himbauan  itu jelas, agar yang diberi pesan tetap waspada atau hati-hati. Kalau untuk soal hendak melakukan tindakan atau perkerjan berbahaya, diminta hati-hati itu sesuatu yang normal, namun pernahkan saudara yang membaca tulisan ini diminta untuk berhati-hati ketika hendak menjalankan tindakan ritual ibadah? Semisal hendak pergi ke gereja, lalu diminta oleh orang terdekat untuk berhati-hati selama beribadah? 

Nampaknya hal ini amat sangat jarang terjadi karena  banyak yang berpikir bahwa situasi ibadah pastilah sebuah situasi yang steril, bebas dari ancaman jahat.

Namun benarkah yang demikian itu selalu terjadi?Mari kita simak narasi dalam Markus 1:21-28. Di situ, sebuah tempat ibadah Yahudi, sedang saatnya beribadah dan tentunya banyak orang. Yesus juga sedang di situ, di kota Kapernaum, karena hari Sabat maka Yesus juga beribadah. Tentu kita sebagai pembaca berpikir bahwa di dalam ruang ibadah itu steril, karena tempat suci dan bahkan ada Yesus. Namun apakah demikian?Ternyata tidak. Justru di situ malah hadir kuasa jahat, yang mencoba mengusik Yesus dengan segala kuasaNYa.

Lalu pertanyaannya adalah, apakah dengan demikian kuasa Yesus tidak Nampak sehingga si jahat hadir? Banyak pertanyaa bisa dimunculkan dari dalam narasi Markus 1:21-28, namun dalam renungan ini, saya hanya hendak mengajak semua yang membaca tulisan ini sadar, bahwa kuasa jahat bisa hadir di mana saja dan bahkan di dalam ruang dan situasi ibadah. Ini menjadi menarik untuk kita renungkan bersama bahwa situasi yang terlihat relegius dan rohani, bisa jadi di dalamnya ada kuasa jahat. Wujud kuasa jahat ini bisa dalam rupa kesombongan, keangkuhan, kebencian, dendam,sakit hati, egoism, kemunafikan dan kecurigaan. Semua itu baisa hadir dan bahkan menguasahi setiap orang yang sedang beribadah dan di ruang ibadah.

INFO 

Oleh karena itu, sikap hati-hati tetaplah perlu diperkuat. Bisa jadi dalam persekutuan kta, kelompok PA kita, blok atau wilayah kita sedang diincar oleh kuasa jahat itu. Dan jika memang itu yang sednag terjadi, maka teladan akan sikap dan tindakan Yesus mutlak harus kita teladani. “Diam, dan keluarlah dari padanya!”. Hardikan Yesus  sangat berkuasa dan  berwibawa yang menjadikan si jahat ketakutan, lalu pergi. 

Nah, jika saat ini, saat membaca tulisan ini, masih ada kedengkian, kemarahan, dendam, sakit hati, kesombongan, ketidakedulian dan semua yang jahat dalam diri kita, ayo kita hardik. “Hai, segala yang jahat dalam diriku, keluarlah dari diriku!!!”. Dan iklaskah si jahat pergi, meski kadang “merawatnya” sepertinya menyenangkan egoism kita.
Mak, mari kita senantiasa waspada dan berhati-hati..

Salam Hati-hati

Selasa, 23 Januari 2018

INSPIRASI PAGI NAN INDAH*



Anda mudah tersinggung dan marah?

Seorang laki-laki yang berbeda paham dengan seorang Guru Spiritual mengeluarkan kecaman dan kata-kata kasar, dan meluapkan kebenciannya kepada Sang Guru yang bijak.
Sang Guru hanya diam, mendengarkannya dengan sabar, tenang dan tidak berkata sepatah kata pun.

Setelah lelaki tersebut pergi, dan muridnya yang melihat peristiwa itu penasaran dan bertanya,"Mengapa Sang Guru diam saja tidak membalas makian lelaki tersebut..?"

Sesaat kemudian Sang Guru pun berkata kepada si murid:
“Apakah jika seseorang memberimu sesuatu,  dan kamu tidak mau menerimanya, lantas menjadi milik siapa kah pemberian itu..?”
"Tentu kembali menjadi milik si pemberi,"  Jawab si murid dengan lugas.
“Betul...... begitu pula dengan kata-kata kasar tersebut,"  tukas Sang Guru.
“Karena aku tidak mau menerima kata-kata itu, maka kata-kata tadi akan kembali menjadi miliknya. Dia harus menyimpannya sendiri."

Dia tidak menyadari, karena nanti dia harus menanggung akibatnya di dunia atau pun akhirat; karena energi negatif yg muncul dari pikiran, perasaan, perkataan, dan perbuatan hanya akan membuahkan penderitaan hidup."

Kemudian, lanjut Sang Guru:”Sama seperti orang yg ingin mengotori langit dengan meludahinya. Ludah itu hanya akan jatuh mengotori wajahnya sendiri."

"Demikian halnya, jika di luar sana ada orang yg marah-marah kepadamu... biarkan saja … karena mereka sedang membuang SAMPAH HATI mereka. Jika engkau diam saja, maka sampah itu akan kembali kepada diri mereka sendiri, tetapi kalau engkau tanggapi, berarti engkau menerima sampah itu.....”

“Hari ini begitu banyak orang di jalanan yg hidup dengan membawa sampah di hatinya, baik itu sampah kekesalan, sampah amarah, sampah kebencian, dan lainnya  … maka jadilah kita orang yg BIJAK”*

Sang Guru melanjutkan nasehatnya:
“Jika engkau tak mungkin memberi, janganlah  mengambil,
 Jika engkau terlalu sulit untuk mengasihi, janganlah membenci,
 Jika engkau tak dapat menghibur orang lain, janganlah membuatnya sedih,
 Jika engkau tak bisa memuji, janganlah menghujat,
 Jika engkau tak dapat menghargai, janganlah menghina,
 Jika engkau tak suka bersahabat, janganlah bermusuhan"

Inilah saatnya - kita melatih diri untuk membuang semua sampah yg ada di hati kita...            Semangat pagi, smangat berkarya bagi Tuhan dan  sesama berikan senyummu kepada siapa saja yang kita cintai  dan juga mungkin (sedang) membenci......

Salam hangat

Minggu, 21 Januari 2018

Belajar Dari Embun Pagi



Gerimis pagi ini kurasakan berbeda karena membuatku gagal menikmati embun yang senantiasa jernih dan cemerlang. 

Gerimis pagi ini juga kurasakan berbeda, saat kawanku di pagi buta berkabar dan memintaku mencarikan sesuatu. Sudah kuupayakan semampuku,,namun gagal. Maaf kawan, aku gagal memberimu bantuan, meski sederhana. Dan Sang Khaliq memberimu jalan dengan cara berbeda, hadirnya jasa trasportasi online.

Gelisah saat gagal memberi bantuan kepada kawan yang sungguh membutuhkan. Dia dari kota lain di mana aku tinggal. Ke kota tempat aku tinggal karena tugas panggilan hidupnya dan oleh karena itu, keluarga ia bawa. Namun keadaan berkata lain, mantan kekasihnya sakit dan mesti kembali ke kotanya, pagi ini juga. Gelisahku sebenarnya diawali saat aku gagal menemukan karibku saban pagi, yaitu embun.

Jujur saja, sempat aku membenci hadirnya gerimis saat pagi menjelang, karena gerimis akan mengusir embun pagi nan sederhanan namun senantiasa cemerlang. Gerimis kurasakan merampas hakku menikmati indahnya  embun pagi. Semua terasa sempurna saat aku harus berjuang mencarikan sesuatu. Embun kuabaikan dan marahku terhadap gerimispun menguap entah ke mana. Dan saat ada kabar dari kawanku, bahwa apa yang dibutuhkannya sudah ditemukan, ada sebaris suka menggores pagiku.

Kulangkahkan kaki menuju ujung halaman tempat aku numpang hidup dan kemudian kumatikan lampu. Pohon jambu rumah abadi embun pagi itu sudah ditebang hanya demi membeton halaman dan aku tidak punya hak sama sekali menghentikan penebangan itu. Langit di ufuk timur mulai menyibak mendung tipis dan beberapa ekor kelelawar, mulai pulang ke rumah peristirahatannya.

Dingin masih menjagaku dan pagi ini bersama basah, menjadikan suasna semakin bernuansa air. Tak kutemukan lagi embun di cerahnya daun-daun jambu pagi ini, namun ada butiran-butiran air hujan yang menyapa dalam rupa gerimis. Air itu beraneka cara untuk berjumpa dengan pasangan kekalnya, yaitu tanah. Ada yang langsung menghujan dari angkasa, ada yang harus bercumbu dengan dedaunan, namun mereka semua menikmati caranya serta jalannya untuk sampai ke tanah.

Embun pagi ini lebur bersama air hujan dan mereka sepakat bersatu menyapa kekasih abadinya, tanah. Di sana mereka akan bercumbu sesuka hati mereka. Di sana mereka akan berbaur demi memberi kehidupan untuk smeesta ini. Tak ada kebencian embun kepada hujan, meski haknya terpangkas. Tak ada amarah embun meski air hujan menepikan warna hadirnya, justru mereka menyatu demi memberi kehidupan semesta ini lebih berarti dan semakin hidup.

Tanah semakin terang dan aku harus kembali melanjutkan aktifitasku. Salam untuk kawanku dan doaku untuk istrinya, yang juga kawanku di suatu waktu di kota Pelajar. Cepat sembuh kawan dan untuk suamimu..lakukan tugasmu dengan senang hati meski hatimu juga harus memikirkan kesehatan istrimu.

Tuntang, 210112018

Sabtu, 20 Januari 2018

SIAP DILIBATKAN DALAM KARYA AGUNG ALLAH


Nampaknya manusia memang mendambakan kenyamanan, baik kenyamanan secara spiritual maupun kenyamanan secara ekonomi.

Oleh karena itu, untuk menggapai kenyamanan itu semua cara ditempuh, semua jalan dilalui, hanya untuk sampai pada wilayah yang bernama kenyamanan itu.

Namun ada juga orang yangberpandangan bahwa kenyamanan itu adalah saat tidak melakukan apa-apa, hanya pasrah kepada keadaan atau nasip. Nyaman adalah tanpa bergerak, tanpa upaya dan tanpa perjuangan.

Nyaman adalah menuruti kehendak hatinya sendiri tanpa pernah berdialog dengan situasi di sekelilingnya.

Minggu ketiga Januari 2018 ini refleksi iman kita diaja untuk menggumuli makna kehidupan kita. Hanya sekedar hidup demi kesenangan sendiri atau ada tujuan lain dari hidup yang kita yakini sebagai karunia Illahi ini? Bacaan-bacaan Alkitab dalam ibadah minggu ini menolong kita untuk sadar, betapa kita hidup diciptakan oleh Tuhan dan semestinya harus siap ”Dilibatkan dalam Karya Illahi”

Yunus, awalnya menolak dilibatkan dalam karya Illahi untuk mengajak bangsa Niniwe berbalik arah, dari memberontak melawan Allah menjadi taat kepada Allah (Yunus 3). Alasan Yunus (mungkin) rasional, Niniwe bukan bangsaku, Niniwe bangsa kafir dan selalu berbuat dosa, untuk apa ditobatkan. Mungkin begitu yang ada dalam konsep berikir Yunus. Baru setelah “diingatkan “ Tuhan , Yunus kemudian baru sadar.

Yunus awalnya enggan dari “zona nyaman berpikir” tentang panggilan hidup, namun Tuhan memiliki caraNya untuk menyadarkan. Mungkin setelah diingatkan, Yunus memiliki keyakinan kuat karena kemudian sadar bahwa semua akan diatur, ditatadan dilindungi oleh Tuhan, seperti refleksi Daud dalam Mazmur 62,bahwa Tuhanlah Sang Gunung Batu kehidupannya.

Nasehat Rasul Paulus untuk jemaat di Korintus menyadarkan kita semua bahwa waktu yang kita miliki untuk bermakna itu sangat terbatas (I Kor 7), oleh karena itu, manfaatkan waktu yang ada dengan tindakan-tindakan yang bermakna.

Nampaknya Rasul Paulus melihat, jemaat di Korintus banyak menggunakan waktu untuk sesuatu yang sia-sia, sesuatu yang berbeda dari kehendak Tuhan.

Keluar dari zona nyaman, itulah yang nampaknya dikehendaki Yesus. Dan itu semua diwujudkan dengan memanggil para muridNya sewaktu mereka dalam keadaan bekerja dan bukan saat mereka diam. Memanggil para murid saat situasi seolah nampak nyaman, apalagi dalam aspek ekomoni, karena para murid yang dipanggil dalam Markus 1 ini semuaya dalam keadaan sedang bekerja.

Yesus menghendaki manusia terlibat dalam karya Agung Illahi sesuai dengan kebijaksanaan Tuhan dan tentunya sesuai dengan talenta atau bakat yang telah Tuhan anugerahkan.

Jumat, 19 Januari 2018

Menjadi Berarti untuk Kehidupan


Emas berkata pada tanah, “Coba lihat pada dirimu, suram dan lemah, apakah engkau memiliki cahaya mengkilat seperti aku.......???
Apakah engkau berharga seperti aku....... ???”

Tanah menggelengkan kepala dan menjawab,
“Aku bisa menumbuhkan bunga dan buah, bisa menumbuhkan rumput dan pohon, bisa menumbuhkan tanaman dan banyak yang lain, apakah kamu bisa....... ???”

Emas pun terdiam seribu bahasa......!!!!!

Dalam hidup ini banyak orang yang spt emas, berharga, menyilaukan tetapi TIDAK bermanfaat bagi sesama.

Sukses dalam karir, rupawan dalam paras, tapi SUKAR membantu apalagi peduli.

Tapi ADA juga yg spt tanah. Posisi biasa saja, bersahaja namun ringan tangan siap membantu kapanpun.

Makna dari kehidupan BUKAN terletak pada seberapa bernilainya diri kita, tetapi seberapa besar bermanfaatnya kita bagi orang lain.

Jika keberadaan kita DAPAT menjadi berkah bagi banyak org, barulah kita benar2 bernilai.

Apalah gunanya kesuksesan bila itu TIDAK membawa manfaat bagi kita, keluarga dan orang lain.

Apalah arti kemakmuran bila  TIDAK berbagi pada yang membutuhkan.

Apalah arti kepintaran bila TIDAK memberi inspirasi di sekeliling kita.

Karena hidup adalah proses, ada saatnya kita memberi dan ada saatnya kita menerima........
NIAT BAIK,
Caranya Harus BAIK,
HASIL BAIK.

Sebuah Catatan kehidupanku..

Jumat, 12 Januari 2018

Jadilah Kecil

Jadilah Kecil Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Suatu sore saya makan di sebuah rumah makan di sebuah jalan besar. Ketika hendak menyendok nasi, saya terkejut karena ada sebuah paku bengkok berkarat. Saya tentu saja menyampaikan hal itu kepada pemiliknya. Pemiliknya hanya diam saja dan membuang paku itu serta mengganti nasi saya. Hanya itu. Sejak saat itu saya tidak pernah makan di tempat itu lagi.

Kisah sejati di atas mengingatkan saya akan humor. Suatu kali ada seorang ibu yang makan di restoran. Dia begitu terkejut ketika di mangkuk supnya ada sebuah sekrup. ?Pak, di sup saya ada sebuah sekrup!? protesnya.

Dengan kalem penjualnya berkata, ?Bu, harga sup itu hanya sepuluh ribu rupiah. Jangan harapkan Ibu mendapatkan traktor di dalamnya!?

Sikap dan tindakan pemilik rumah makan yang menyepelekan masalah ?kecil? di atas bukan tindakan terpuji. Jika kita membiarkan dosa ?kecil-kecil? di dalam hidup kita, maka kita akan celaka.

Hal-hal kecil apa yang berbahaya?

Rubah: ?Tangkapl
... baca selengkapnya di Jadilah Kecil Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

HIDUP BAGI ALLAH




Narasi Alkitab untuk minggu 14 Januari 2018 ini mengajak semua pembaca (termasuk saudara yang membaca tulisan ini) untuk memahami maksut Tuhan memanggil. Dan yang lebih menarik untuk direfleksikan adalah cara atau metode Allah memanggil siapa saja yang dikehendakinya dengan cara yang unik dan selalu berbeda.   

Keunikan dan aneka model Tuhan memanggil ini semestinya menyadarkan kita semua betapa di hadapan Tuhan, semua ciptaan akan difungsikan untuk terlibat dalam melaksanakan misi Illahi demi terselenggaranya kehendakNya. Dan yang perlu di sadari secara mendalam adalah bahwa metode atau cara Tuhan memanggil demi teselenggaranya kehendakNya adalah dengan cara yang unik dan berbeda.

Cara Tuhan memanggil Samuel unik. Keunikannya adalah terkait usia,posisi dan di mana Samuel berada. Sebenarnya agak aneh kalau membaca narasi Alkitab tentang panggilan Samuel, yaitu usianya yang masih teramat sangat muda. Soal tempat dipanggilnya Samuel juga unik, karena justru Tuhan tidak berbicara melalui Imam Eli, yang lebih tua dan menduduki jabatan penting dalam konstelasi iman Yahudi kala itu. Kemudian kwantitas atau jumlah panggilan terhadap Samuel, juga menarik untuk dijadikan cermin kehidupan bersama, yaitu mesti harus menunggu hingga panggilan ke empat.

Refleksi kita akan semakin lengkap manakala kita membaca narasi Yohanes 1 ayat 43-51, tentang cara dan gaya Yesus memanggil para muridnNya. Cara Yesus memanggil (sebenarnya saya lebih suka dengan istilah mengajak) Filipus, Nathanael, Yohanes, Yakobus dan Petrus tidak selalu sama dan di dalamnya selalu ada keuinikan. Ada yang langsung, bersoal jawab dan bahkan Yesuspun menggunakan metode “MLM” seperti dalam kasus Filipus mengajak Nathanael. Dan dari semua metode panggilan itu, semua ditanggapi dengan sama, yaitu bersedia. Namun mereka tidak satu model panggilan lho ya…jadi gaboleh memaksa semua harus satu model..hehe..

Lalu pertanyaannya kemudian adalah, mengapa mereka semua mau menanggapi panggilan atau ajkan Tuhan? Pemazmur dan Paulus menolong kita menyadari bahwa hidup ini adalah dari Allah, oleh karena itu sudah sepantasnya bahwa hidup inipun harus untuk Allah. Dengan paham demikian, maka panggilan atau ajakan dipahami oleh Samuel dan para murid Yesus sebagai karunia, dan bukan beban yang harus dihindari. Karena memahami panggilan (entah dengan bahasa apa) sebagai karunia, maka mereka menanggapi itu dengan sukacita atau gembira. Ini yang menarik, menanggapi panggilan dengan sukacita dan gembira. 

Lalu adakah para murid Yesus yang menanggapi panggilannya dengan tidak bersukacita?Kalau tentang Yudas Iskariot? Narasi empat Injil tidak ada yang melaporkan model panggilan terhadap Yudas Iskariot, yang kita ketahui semua dikemudian hari mengingkari panggilan atau ajakan Yesus.

Dari sedikit narasi di atas, mari kita mencoba menarik poin-poin untuk direfleksikan. Ada poin kebimbangan seperti  Samuel dan dengan bimbangnya Samuel mencari tahu ke imam Eli. Kadang kitapun masih gagap dan bimbang dengan panggilan kita, maka perlulah kita belajar dari Samuel. Ada poin panggilan berantai, seperti Filipus ke Nathanael, dari sana kita bisa belajar kerendahatiannya Nathanael yang tidak complain ke Yesus mengapa cara memanggilnya beda atau tidak sama, harusnya Yesus satu cara dong di dalam mengajak atau memanggil para murid..hehe.

Semua bisa terjadi karena mereka, baik Samuel dan para murid menyadari akan hidupnya dan tujuan hidupnya, yaitu untuk Tuhan Allah. Itulah syarat mutlak untuk mau diajak terlibat dalam karya Tuhan Allah.

Selamat Menikmati Panggilan Tuhan

FIKSI Di Malam PASKAH