Jumat, 10 April 2015

Luka itu adalah wujud cinta yang sejati



ANTARA CINTA DAN LUKA
Sering orang menafikan dua hal ini. Bahwa cinta dan luka adalah sesuatu yang tidak mungkin ada dalam ruang yang sama. Cinta selalu diidentikan dengan keadaan senang dan bahagia, sementara luka,selalu dimengerti sebagai sesuatu yang berseberangan dengan cinta. Namun demikian, benarkah dua hal ini memang “Dari Sananya” harus selalu terpisah dan seolah menjadi sesuatu yang berseberangan?

Kisah Penampakan Yesus usai kebangkitanNya dari kematian sering diikuti dengan penunjukan luka oleh Yesus. Saat Ia mengunjungi dengancara menerobos pintu-pintu rumah yang terkunci kepada para MuridNya, Yesus menunjukkan luka itu kepada mereka, dengannya, Ia ingin menyatakan keberadaan diriNya yang seperti disaksikan para Murid saat penyiksaan dan penyesahan yang berujung pada kematian di Kayu Salib Bukit Tengkorak. Lalu apa tujuan prinsip Yesus dengan menunjukkan luka itu?Bukankah dengan segala kuasa dan kelebihannya sebagai Allah yang sejati Ia mampu menghapus luka-luka itu?Bukankah dengan menghapus luka-luka itu juga sekaligus sebagai sebuah demontrasi kemahakuasaanNya?
Dengan menunjukkan luka-luka itu, baik di kaki dan telapak tangan, sejatinya Yesus hendak memberikan sebuah pengajaran tentang relasi CINTA dengan LUKA.  Bagi Yesus, antara Cinta dan Luka itu bagaikan dua keeping mata uang logam yang satu dengan yang lain tidak pernah bisa dipisahkan. Keduanya akan selalu ada dalam kebersamaandan tampil dalam ruang dan waktu yang berbeda, dengan luka itu, Yesus ingin mengajar bahwa Cinta tanpa luka adalah omong kosong belaka, sementara luka tanpa cinta adalah sebuah kesia-siaan hidup.
Dengan luka itu, Yesus hendak memberitaan diriNya yang dengan total menyinta meski ditolak dan disiksa. Penyiksaan tidak akan pernah menghapuskan dan menghilangkan cinta yang sejati. Dengan demikian, jika dalam hidup ini, kita berteriak lantang tentang cinta atau kasih namun enggan terluka, maka sejatinya itu adalah kemunafikan belaka. Jauh setelah Yesus, dalam perpektif yang hampir sama, Bunda Theresa berkata bahwa cinta yang mulai merasakan luka adalah bukti nyata kesejatian cinta. Maka, mari kita mencinta apa saja dengan siap sedia mendapatkan luka.
Selamat berefleksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH