ANTARA
CINTA DAN LUKA
Sering orang menafikan dua hal ini. Bahwa cinta
dan luka adalah sesuatu yang tidak mungkin ada dalam ruang yang sama. Cinta selalu
diidentikan dengan keadaan senang dan bahagia, sementara luka,selalu dimengerti
sebagai sesuatu yang berseberangan dengan cinta. Namun demikian, benarkah dua
hal ini memang “Dari Sananya” harus selalu terpisah dan seolah menjadi sesuatu
yang berseberangan?
Kisah Penampakan Yesus usai kebangkitanNya dari
kematian sering diikuti dengan penunjukan luka oleh Yesus. Saat Ia mengunjungi
dengancara menerobos pintu-pintu rumah yang terkunci kepada para MuridNya,
Yesus menunjukkan luka itu kepada mereka, dengannya, Ia ingin menyatakan
keberadaan diriNya yang seperti disaksikan para Murid saat penyiksaan dan
penyesahan yang berujung pada kematian di Kayu Salib Bukit Tengkorak. Lalu apa
tujuan prinsip Yesus dengan menunjukkan luka itu?Bukankah dengan segala kuasa
dan kelebihannya sebagai Allah yang sejati Ia mampu menghapus luka-luka
itu?Bukankah dengan menghapus luka-luka itu juga sekaligus sebagai sebuah
demontrasi kemahakuasaanNya?
Dengan menunjukkan luka-luka itu, baik di kaki dan
telapak tangan, sejatinya Yesus hendak memberikan sebuah pengajaran tentang
relasi CINTA dengan LUKA. Bagi Yesus,
antara Cinta dan Luka itu bagaikan dua keeping mata uang logam yang satu dengan
yang lain tidak pernah bisa dipisahkan. Keduanya akan selalu ada dalam
kebersamaandan tampil dalam ruang dan waktu yang berbeda, dengan luka itu,
Yesus ingin mengajar bahwa Cinta tanpa luka adalah omong kosong belaka,
sementara luka tanpa cinta adalah sebuah kesia-siaan hidup.
Dengan luka itu, Yesus hendak memberitaan diriNya
yang dengan total menyinta meski ditolak dan disiksa. Penyiksaan tidak akan
pernah menghapuskan dan menghilangkan cinta yang sejati. Dengan demikian, jika
dalam hidup ini, kita berteriak lantang tentang cinta atau kasih namun enggan
terluka, maka sejatinya itu adalah kemunafikan belaka. Jauh setelah Yesus,
dalam perpektif yang hampir sama, Bunda Theresa berkata bahwa cinta yang mulai
merasakan luka adalah bukti nyata kesejatian cinta. Maka, mari kita mencinta
apa saja dengan siap sedia mendapatkan luka.
Selamat berefleksi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar