Senin, 24 Agustus 2015

Seorang Wanita dan Seorang Atheis

Seorang Wanita dan Seorang Atheis Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Ada seorang wanita Kristen yang tinggal di sebelah rumah seorang yang atheis. Setiap hari, ketika wanita itu berdoa, pria atheis itu selalu mendengarnya. Ia berpikir, "Wanita itu gila, berdoa setiap saat... Apakah dia tahu kalau Tuhan itu tidak ada?"

Setiap kali wanita itu berdoa, pria itu langsung bergegas ke rumah wanita itu dan melecehkan keyakinan wanita itu, dan berkata. "Hei, Nona!! Mengapa kau berdoa setiap waktu? Sadarkah kamu bahwa Tuhan itu tidak ada?" Tetapi wanita itu terus melanjutkan doanya.

Suatu hari, wanita itu kehabisan bahan makanan. Seperti biasanya, ia berdoa kepada Tuhan menjelaskan keadaannya dan berterima kasih kepada Tuhan atas apa yang akan Tuhan lakukan. Dan seperti biasanya juga, atheis itu mendengar doa wanita itu dan lagi-lagi ia jengkel, "Ummm, Awas dia nanti!!!!"

Maka pria itu pergi ke pasar membeli bermacam-macam bahan makanan dan membawanya ke rumah wanita itu, meninggalkannya di depan pintu, kemudian membunyikan bel, lalu bersembunyi di belakang semak-semak untuk melihat apa yang akan wanita itu lakukan.

Ketika wanita itu membuka pintunya dan melihat bahan makanan tersebut, ia mulai berdoa dan memuji Tuhan dengan segenap hati, melompat-lompat kegirangan, bernyanyi, dan berteriak-teriak ke sekeliling rumah.

Athei
... baca selengkapnya di Seorang Wanita dan Seorang Atheis Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Minggu, 23 Agustus 2015

ANTARA HIBURAN DAN JALAN HIDUP



ANTARA SAMBAL YANG PEDAS DAN MENGIKUT TUHAN
Alkisah, serombongan wisatawan sedang ada dalam perjalanan wisata. Mereka nampak riang gembira menikmati perjalanan wisata itu. Dalam sebuah kesempatan, mereka akan menikmati makan malam dan untuk itu mereka bersepakat untuk mencari restoran yang unik demi pengalaman yang unik pula. Akhirnya mereka membuat kesepakatan untuk makan bersama  di restoran SS yang merupakan Akronim dari Sambal Super. Pada waktu yang sudah disepakati, mereka akhirnya menuju ke Restoran SS, Sambal Super, di kota yang sedang mereka kunjungi. Memang benar jika restoran itu bernama Sambal Super karena memang semua ornamen restoran itu berupa gambar cabai dan ulekan cabai. Nuansa sambal sungguh mendominasi ruangan rumah makan itu.
Sambil menuliskan pesanan masing-masing pengunjung, beberapa waiters,memberi penjelasan bahwa semua menu makanan di dalam restoran itu Pedas karena minimal akan memakai sambal dengan cabai di atas 20 buah setiap menunya, dan cabai itu adalah cabai setan, cabai yang tingkat pedasnya di atas rata-rata. Semua pengunjung nampak bisa menerima dan ingin segera merasakan sensasi Sambal Super di restotan/rumah makan itu.
 Setelah semua pesanan siap,mereka semua, para wisatawan itu memakan dengan lahapnya. Rasa pedas yang sedari tadi hanya dibayangkan bisa mereka rasakan langsung. Peluh mengalir dan warna merah menghiasi wajah-wajah para wisatawan itu, juga terdengar di sana-sini desisan-desisan lembut pertanda bahwa rasa panas dan pedas itu sungguh mereka rasakan. Setelah beberapa waktu, semua wisatawan yang memesan dan memakan menu Sambal Super itu mengakiri pesta makan pedas mereka.  Mereka kemudian keluar Restoran dengan merah menyala di wajah-wajah mereka dan desisan-desisan akibat rasa pedas masih terdengar dari mereka. Usai makan malam itu mereka melanjutkan perjalanan menuju hotel untuk beristirahat. Sesampainya di Hotel, sejatinya mereka hendak beristirahat untuk esok harinya melanjutkan perjalanan wisata mereka, namun apa daya, serbuan pedasnya Sambal Super itu membuat mereka semua kesulitan untuk tidr. Beberapa diantara mereka malah beberapa kali ke toilet karena perut terasa mulas dan mual, meski tidak sampai muntah. Sepajang malam,mereka semua sulit untuk tidur,ada beberapa yang menyesali makanan di restoran Sambal Super itu namun ada pula yang memanfaatkan kesulitan mereka tidur itu untuk bercakap,berdiskusi,bersharing dan juga ada yang menarasikan pengalaman mereka itu. Semua menanggapi akibat makan sambal super itu dengan berbeda-beda.
Dalam sebuah pengajaranNya, Sang Guru Agung pernah memberikan ilustrasi atau perumpamaan yang “mirip” dengan kisah di atas. Dia, Sang Guru Agung itu mengandaikan diriNya sebagai Roti untuk tubuhNya dan Anggur untuk darahNya. Roti dan anggur adalah makanan  dan minuman pokok  masyarakat dimana Sang Guru Agung itu hidup. Dengan memakan serta meminum  Tubuh dan darahNya, maka siapa saja pasti akan mengalami sebuah akibat. Akibat itu paling tidak merasakan rasa kenyang dan puas. Kenyang dari rasa lapar dan puas dari rasa haus. Setelah kenyang dan puas, maka siapa saja yang memakan makanan itu pasti akan memiliki sumber energi baru untuk berkarya. Adalah aneh jika sudah memakan makanan dan meminum minuman yang disediakan, maka tidak merasakan kenyang dan haus. Itu adalah sebuah penipuan,tindakan manipulatif .
Apa yang diajarkan oleh Sang Guru Agung itu jelas, siapa saja yang mengikutiNya,haruslah siap mengalami pemgalamanNya. Dan pengalaman itu tidak hanya yang menyenangkan saja (Ingat dalam kisah rombongan wisatawan yang sedang menyantap menu makanan di restoran sambal Super tadi?Selain puas dan kenyang mereka juga mengalami rasa mual/mulas dan sulit untuk tertidur),namun juga siap menerima akibat yang tidak menyenangkan. Cara Sang Guru Agung mengajar cukup tegas dan berwibawa, hal ini yang mengakibatkan  banyak dari mereka yang mengikutiNya dan mendengarkan kotbanNya perlahan-lahan mengundurkan diri. Mereka semua nmapaknya hanya ingin merasakan senang dan enaknya saja dan enggan merasakan sakitnya.
Pengalaman Sang Guru Agung sewaktu melihat betapa banyaknya para pendengar dan pengikutNya mengundurkan diri dariNya masih nampak dengan jelas (Bahkan sangat Jelas) dalam kehidupan sekarang ini. Semua manusia, apapun agama yang dianutnya hanya ingin menikmati sesuatu yang menyenangkan,memuaskan dan membuatnya kenyang tanpa mau menerima resiko lain. Seperti saat memakan sambal super,mereka hanya ingin kenyang dan puas namun tidak sipa dengan mulas dan mualnya perut mereka dan saat mereka mengalami rasa mulas dan mual itu, mereka mengutuki peristiwa yang terjadi dan bahkan makanan yang mereka makan.
Beragama bukan menjadi sebuah “Jalan Hidup” namun hanya sebagai pilihan hiburan hidup, maka saat “Hiburan “ tidak menyenangkan dirinya, maka undurlah manusia dari apa yang dipilihnya sendiri. Jika beragama merupakan jalan hidup, maka apapun resiko dari jalan hidup itu akan diterima dan dijalani dengan sungguh dan serius, namun manakala agama itu hanya dijadikan hiduran, maka jika menemui sesuatu yang kurang memnuhi selera, maka kaburlah manusia itu. Ajaran Sang Guru Agung itu sungguh sangat jelas, jika manusia mengikuti jalan hidupNya –yang diandaikan dengan istilah makan daging dan minum darah- maka mereka harus bersiap menerima semua yang Guru Agung itu alami. Jika sang Guru Agung itu mengalami kemuliaan maka sang Pengikut akan mengalami kemuliaan demikian juga jika Sang Guru Agung itu mengalami penderitaan, maka semestinya sang pengikutpun harus mengalami penderitaan pula.
Diakhir permenungan ini,saya akan menarasikan sebuah pengalaman anggota TNI yang sedang berlatih. Dalam satu bagian mereka harus melewati sebuah jalan merunduk yang di dalamnya ada kotoran kerbau. Semua peserta wajib mengikuti namun tanpa pengawasan. Jiwa tentara adalah taat total,maka saat usai latihan di episode jalan sulit dengan kotoran kerbau itu, semua diperiksa oleh komandan. Dan memang, semua peserta masih memiliki “aroma tai kebo” dan juga sisia-sisa kotoran itu di dalam pakaian mereka, artinya mereka semua mengikuti jalan yang ditentukan atasan.
Bagaimana dengan kita,adakah kita semua mau mengikuti jalan hidup Sang Guru Agung itu?Ataukah kita hanya mau menempatkannya sebagai hiburan?Silakan dipilih sendiri. Resiko ditanggung Pembaca. salam

Jumat, 21 Agustus 2015

Sudah Bebaskah Saudara?



MEMAKNAI HIDUP SETELAH DIMERDEKAKAN KRISTUS[1]


Siang yang panas, saat waktu tepat menunjukanpukulm12.05. waktu istirahat siang bagi semua pegawai di daerah itu. Dua orang perempuan berjalan bersama menuju sebuah kios penjual makanan. Dua perempuan itu adalah karyawan salah satu Perusahaan di sebuah kawasan Industri, itu bisa terlihat dari pakaian seragam yang dipakai mereka berdua. Meski langkah mereka terlihat santai dan nampak riang, namun di wajah mereka nampak sedang memendam sesuatu. Lapar. Yah, mereka nampak sedang merasakan kelaparan. Dan mereka sadar bahwa waktu istirahat mereka tidaklah lama, maka mereka harus memanfaatkan waktu seoptimal mungkin. Mereka akhirnya sampai pada sebuah kios penjual makanan,namun agak aneh,meski saat itu waktu istirahat yang semstinya kios itu ramai oleh karyawan yang hendak makan siang, namun kios itu tergolong cukup sepi dari pembeli. Kemudian mereka berdua masuk untuk memesan makanan, dan nampaknya mereka akan meminta dibungkus untuk dimakan di dekat tempat istirahat mereka daripada dimakan di kios makanan itu. Saat memsan makanan, mereka berdua mendapati sesuatu yang unik. Si Penjual makaanan itu sama sekali tidak bersikap ramah kepada mereka berdua saat melayani pesanan mereka. Hal itu yang membuat salah satu perempuan yang memesan  makanan itu cemberut dan kemudian juga meladeni tindakan tidak ramah si Penjual makanan.
Hal ini berbeda dengan perempuan satunya, yang terlihat lebih santai,lebih tenang dan selalu tersenyum menanggapi perlakuan Si Penjual Makanan itu. Hal ini yang membuat temannya,perempuan yang satunya heran dan semakin merasa kesal bahwa tindakannya menanggapi ketidakramahan penjual makanan itu tidak didukung oleh rekannya. Maka, setelah usai membeli makanan dan mereka berbegas menuju tempat beristirahat untuk menikmati makanan itu, dalam perjalanan perempuan yang menanggapi kecemberutan Si Penjual Makanan itu menegor atau mengklarifikasi sikap kawannya yang tidak menanggapi kecemberutan Si Penjual itu dan malah tetap tenang menyikapinya. Dengan santai pula Perempuan yang tidak menanggapi sikap Si Penjual Makanan itu  menjawab, bahwa ia telah merdeka,telah bebas dari kemungkinan perangkap sikap dan tindakan orang lain. Ia akan bersikap baik meski orang lain tidak bersikap baik terhadapnya. Ia telah bebas.
Narasi di atas hendak mengajak kita merenungkan makan merdeka dalam hidup kita. Merdeka atau bebas yang sejati adalah ketika tindakan hidup kita sebagai manusia tidak tergantung atau dipengaruhi oleh apa dan siapa saja. Filsuf Imanuel Kant memaparkan idenya tentang manusia dan tindakan, yang salah satunya mengatakan bahwa bertindak baik bukan karena dipengaruhi oleh apa dan siapapun namun karena ingin bertindak baik. Dua perempuan dalam narasi di atas hendak mewakili pilihan sikap hidup kita, mau bersikap atas dasar sikap orang lain atau bersikap atas dasar jiwa kebenaran (Jiwa Illahi) dalam hati nurani kita. Sejatinya sikap perempuan yang menanggapi ketidakramahan penjual makanan tadi adalah wujud “Keterjajahan” hidup. Ia (Perempuan itu) masih tertawan atau terjajah oleh sikap atau tindakan yang lain untuk menentukan sikap dan tindakannya. Sementara rekannya tidak, ia bersikap dan bertindak sesuai dengan suara Illahi benar dalam dirinya sehingga tidak terpengaruh oleh sikap dan tindakan tidak baik yang lain.
Dalam sebuah surat cintanya kepada Jemaat di Galatia, Rasul Paulus memberikan nasehat tentang bagaimana memaknai kemerdekaan setelah menerima kemerdekaan. Menurut Paulus, kemerdekaan atau kebebasan itu adalah keadaan asli atau murni dalam setiap diri atau pribadi manusia tanpa adanya tuntutan dari pihak manapun,baik itu sistem beragama,tradisi nenek moyang dan juga peraturan-peraturan yang lain. Menurut Paulus pula, berbuat baik (taat kepada Tuhan/Allah) itu bukan semata karena peraturan agama atau semata itu tuntutan agama, namun berbuat baik karena ingin berbuat baik. Ini sejatinya sebagai sebuah kritik bagi kaum beragama, yang melakukan kebaikan dan ritus agam hanya karena keinginan untuk tidak dikatakan jahat. Sama seperti para pengendara kendaraan bermotor di negeri ini yang taat menggunakan atribut berkendara bukan karena panggilan batin namun hanya karena takut ditilang polisi. Mungkin juga sama dengan saudara-saudara di sini yang hadir dalam ibadah hari ini (jumat) hanya karena tidak tahu meski mengisi waktu kosong dengan kegiatan apa, atau datang hanya karena ajakan (bahkan paksaan) dari teman.
Dalam konteks pergumulan jemaat Galatia, perihal kebebasan atau kemerdekaan memang menjadi masalah pokok. Dua kubu jemaat berbeda latar belakang budaya memiliki pandangan berbeda tentang bagaimana menjalani iman mereka. Dalam konteks inilah Rasul Paulus memberi nasehat untuk memaknai kebebasan/kemerdekaan sesuai dengan panggilan hati nurani dan bukan sekedar sesuai dengan aturan-aturan agama. Hukum agama bukan jalan namun hanya penunjuk arah sebuah perjalanan, jadi betapa keblingernya manusia yang menjalani hidup hanya sesuai dengan petunjuk dan bukan melewati jalan itu sendiri. Beberapa jemaat Galatia yang berbudaya Yahudi memaksakan aturan agamnya untuk diikuti secara umum siapa saja dan dari latar budaya apa saja, ini yang dikecam Rasul Paulus. Dan gaya beragama seperti ini ironisnya justru marak di jaman yang oleh kaum pandai dinamakan jaman Post Modernisme. Semua mencoba mengindentifikasi sebuah budaya dan peradaban ribuan tahun yang lalu yang sisa-sisa peninggalannya telah tertimbun debu jaman.
Kita semua telah merdeka, baik sebagai pribadi atau sebagai bangsa, namun masalahnya adalah, sejauh mana kita memberi makna bebas atau merdeka ini?Sejauh suara batin yang di dalamnya kita yakini bersemayam Yang Illahi atau sejauh hukum-hukum agama saja?
Selamat bergumul
salam


[1] Disampaikan dalam renungan pembinaan Rohani Karyawan PT Apacinti, Kec. Bawen Kab Semarang pada hari jumat tanggal 21 Agustus 2015 jam 11.30 WIB.

Minggu, 16 Agustus 2015

Senyuman di Langit Awangga

Senyuman di Langit Awangga Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Awan mendung menggelayut langit Awangga. Angin dingin berhembus menerkam kebahagian. Semua berganti muram. Awangga telah lelah dipermainkan oleh alam. Dan saat ini negara itu telah jatuh dalam kemurungan. Kesedihan melanda seluruh istana.

Tangisan lirih menggema dari sudut ruangan besar di kaputren. Sebuah ranjang tergeletak dengan sesosok tubuh diatasnya. Terdengar suara isak tangis tertahan. Hari ini apa yang telah dikuatirkan oleh Dewi Surtikanti benar-benar terjadi.

Sejak semalaman kegelisahan dan kebimbangan hatinya terus hinggap, meskipun kata-kata penenang terucap dari Prabu Karna. Semalam adalah malam tersingkat dalam hidupnya. Ia merasa tidak ada lagi yang mampu menopang hidupnya kali ini. Semua telah pergi.

Orang yang dicintainya telah tiada untuk selamanya. Masih terngiang jelas di benaknya. Sentuhan lembut suami tercinta. Masih terasa di tangannya genggaman cinta yang diberikan oleh Prabu Karna. Masih terdengar suara menenangkan suaminya, ketika meminta ijin untuk pamit pergi kesokan hari. Masih tergambar roman muka penuh cinta yang ditampakkan oleh Prabu Karna kepadanya. Bahkan Dewi Surtikanti masih terbayang kecu
... baca selengkapnya di Senyuman di Langit Awangga Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Terlibat itu Menghadirkan Berkat



SEPULANG DARI KENDURI
Malam yang dingin. Di sebuah kampung yang sepi,dengan lampu-lampu listrik pinggiran jalan yang menyala redup. Dari sebuah rumah limasan sederhana,keluarlah hampir seluruh warga dusun itu sekitar jam 9 malam. Mereka semua keluar dengan membawa bungkusan plastik hitam. Semua yang keluar tidak terkecuali menjinjing bungkusan plastik hitam itu dan keluar mereka disertai dengan senyum ceria. Penasaran dengan pemandangan yang dialami, seorang perempuan muda,yang kebetulan sedang live in di daerah itu mengikuti langkah beberapa orang dari mereka. Karena semakin penasaran maka munculan keberaniannya untuk mencari tahu tentang apa yang telah terjadi sehingga semua orang itu membawa bungkusan plastik itu.
“Selamat malam pak, maaf, bolehkah saya bertanya sesuatu?”, Dengan santun gadis itu membuka pertanyaan. Beberapa bapak-bapak yang mendengar pertanyaan itu kemudian menoleh dan masih sambil berjalan, meski agak sedikit melambatkan langkahnya,salah satu dari bapak- itu, yang agak gemuk,berkumis dan berjenggot panjang menjawab.
“Oh, tidak mengapa nak,silakan bertanya, semampu kami akan kami jawab”, Dengan sangat santun dan ramah bapak itu menanggapi pertanyaan gadis itu. Sama sekali tidak terlihat ke-sangar-an jawab meski wajahnya nampak begitu sangar dan menyeramkan.
“Bapak-bapak ini dari mana,kok semua membawa bungkusan palstik hitam dan semua nampak ceria?”.Dengan polos juga gadis kecil itu menganyakan kegelisahan hatinya. “Hehe, kami baru saja pulang dari kenduri nak, itu tetangga sebelah, Pak Karto namanya, sedang bersyukur karena anaknya lulus ujian dan tinggal menunggu wisuda sarjana. Kami semua warga dusun ini diundang dan sepulang dari kenduri selalu diberi berkat untuk kami bagikan di rumah kami masing-masing agar semua bisa ikut merasakan berkat dari sesama warga kampung ini”, Dengan jelas dan sederhana bapak berjenggot dan berwajah sangar itu menerangkan semua pertanyaan gais kecil itu.
“O begitu ya pak, terima kasih pak atas jawaban dari ketidaktahuan saya”, Sapa gadis kecil itu yang dijawab pula dengan senyum ramah bapak bertampang sangat itu.
Hidup di dunia ini tidak sendiri namun bersama dengan yang lain. Saling menghargai dan menghormati satu dengan yang lain adalah sebuah kemestian. Kebersamaan yang indah itu juga akan melahirkan kedamaian yang indah pula. Semua warga kampung itu mendapatkan berkat yang sama karena mau datang, mau hadir di rumah Pak Karyo yang sedang bersuka cita.tanpa kehadiran langsung memang bisa mendapat titipan berkat melalui tetangga terdekat. Namun alangkah malunya mereka jika tidak terlibat dan hadir namun menerima berkat itu. Sang Guru Sejati itu sejatinya juga sedang mengadakan Pesta dan mengundang kita semua untuk datang dan kemudian ikut pesta sukacita. Itu belum cukup, seusai pesta itupun kita yang menerima dan menanggapi undanganNya pasti akan diberi berkat yang lain.
Selamat hari minggu dan selamat menghayati panggilanNya untuk kita hadir dalam “Kenduren IllahiNya”
Salam..

Jumat, 07 Agustus 2015

Makna Keseimbangan



Akibat Ketidakseimbangan
Demi menuruti keinginan anak-anaku, maka dalam beberapa hari belakangan ini saya harus mengantarkan mereka melihat eskavator memulai membongkar tanah dan bukit untuk pembangunan jalan tol Bawen-Salatiga. Sore itu, seperti biasa, usai tidur siang dua anakku sudah ribut ingin melihat monster pengeruk tanah itu berkarya. Ada baiknya juga sih, anak-anakku jadi mau tidur siang demi sorenya melihat eskavator bekerja. Saat kami datang ternyata sudah banyak sekali warga desa yang bersama anak-anak mereka melihat bagaimana eskavator itu bekerja.
Nampaknya ada kegembiraan terpancar dari wajah bocah-bocah kecil itu melihat eskavator bekerja, mereka tidak mungkin bertanya atau menanyakan dalam diri mereka bagaimana keseimbangan ekologi terganggu dengan pengerukan seperti itu. Mereka hanya ingin bergembira dengan melihat mesin pengeruk itu berkarya. Saking ramainya maka motor yang parkirpun juga ramai. Beberapa motor berjejal di pinggir jalan denga teratur, sampai akhirnya datang seorang gadis dengan adiknya. Gadis itu nampaknya kesulitan mencari tempat parkir motor yang ideal saking penuhnya pinggir jalan itu. Beberapa menyarankan agar diparkir menjauh namun nampaknya gadis itu enggan. Maka dengan seenaknya ia parkirkan motor miliknya di dekat tempat yang paling ramai dan enak memandang eskavator bekerja. Namun dengan motor terparkir seenak sendiri sesuai kemauan pemilinya itu, lajur jalan menjadi lebih sempit dan jika ada mobil melintas-meski jalanan kampung- pasti akan terganggu.
Benar saja,beberapa waktu kemudian ada truck akan melintas jalur kami melihat eskavator bekerja. Tepat di jalur motor gadis itu,laju truk diperlambat,namun tetap saja sulit masuk. Karena si gadis sibuk melihat eskavator dan si sopir truk juga agak tergesa,dipaksakannyalah truk itu melewati jalan diantara parkiran motor-motor yang teratur itu dengan satu motor milik gadis yang tidak teratur itu.
“Braaakkkk...!!!”, Sebuah suara terdengarjelas dan banyak mata mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara itu. Ternyata motor milik si gadis itu tersenggol truk itu dan ambruk. Truk berhenti,crew turun membenarkan posisi motor, si gadis segera datang dan tampak memarahi serta memaki-maki para crew Truk namun kemudian dilerai oleh salah seorang yang ada di situ.
“Seharusnya kamu yang minta maaf, sudah menaruh motor tidak teratur. Mending bapak sopir mau berbaik hati,coba kalau nekat menyetir banter,pasti motormu remuk!”, SI gadis diam meski nampak masih kesal.
Keseimbangan itu perlu dan akan memudahkan segala sesuatu. Jika kita abai menjaga keseimbangan apa saja, maka akan ada resiko yang terjadi, dan itu biasanya sesuatu yang merugikan. Maka. Silakan menjaga keseimbangan kehidupan.
Salam

FIKSI Di Malam PASKAH