Minggu, 31 Januari 2016

SEMBILAN DETIK

Pagi yang cerah, setelah semalaman hujan deras. Cerahnya pagi sangat menyegarkan jiwa kehidupan. Demi menuruti keinginan para junior, maka berangkatlah kami menuju sebuah tempat wisata yang di dalamnya ada kolam renang. Junior-juniorku memang sangat menyukai air dan dunia sekitarnya.
Jarak dari tempat tinggal kami menuju tempat wisata itu sekitar 13 km, dan yang hendak saya bagikan melalui tulisan ini adalah sebuah kisah yang terjadi di sebuah perempatan jalan. Di perempatan jalan propinsi itu, ada lampu pengatur lalu lintas. Di tempat itu sering teradi kecelakaan lalu lintas yang merenggut banyak korban jiwa.
Dalam suasana cerah pagi itu, kami berangkat dengan riang gembira. Sepanjang perjalanan menuju kolam renang di tempat wisata itu, junior-juniorku bernyanyi dengan riangnya. Dunia kanak-kanak memang selalu penuh dengan riang gembira dan sukacita. Dunia anak adalah  dunia yang merdeka, mungkin juga surga kehidupan ada dalam diri dan hidup anak-anak itu.
https://www.blibli.com/?a_blibid=56a2f1b40249b
Beberapa kilometer menjelang lokasi, kami mesti berhenti di perempatan jalan yang ada lampu pengatur lalu lintasnya. Perempatan itu yang naik menuju kopeng, lurus menuju Solo dan Boyolali, sementara yang belok kiri menuju kota Salatiga. Kebetulan saat kami sampai di lokasi nyala lampu sedang merah. Kami berhenti dan saat berhenti sembari melihat sekeliling dengan santai. Dari arah Solo hijau dan kendaraan sudah mulai sepi, dalam keadaan sepi, dari arah atas,yang semestinya masih menyala merah, tiba-tiba meluncur sebuah kendaraan bermotor. Dari arah solo, yang masih hijau juga ada mobil yang melaju..dan di tengah perempatan itulah terjadi...Brrraaaakkkk....
Tabrakan tidak terhindarkan,meski tidak ada korban jiwa. Pengendara motor terpelanting,jatuh sementara mobil bisa berhenti karena sudah mengerem setelah sadar ada motor nyelonong. Terjadi adu argumen, sopir mobil marah kepada pengendara sepeda motor. Ini yang menarik, jawaban pengendara sepeda motor itu sangat santai..
“Saya lihat pak, memang masih nyala merah, tapi kan keadaannya udah sepi..daripada kelamaan, masih 9 detik,,ya saya serobot saja”
Dari jawaban pengendara motor yang nyelonong saat lampu lalu lintas masih menyala merah tadi, bisa dibaca sebuah wajah bangsa ini. Demi kepentingan pribadi,seringkali manusia melupakan keselamatan dan kepentingan orang lain. Hanya tinggal menunggu sembilan detik,rela mempertaruhkan keselamatan diri dan orang lain.
Kejadian di perempatan itu, mengajak saya berpikir, jangan-jangan seringnya terjadi kecelakaan itu memang karena orang Indonesia ini memang tidak menghargai kehidupan?
Halahh...emuhlah..

salam

Sabtu, 30 Januari 2016

Kekuatan dari Minat

Kekuatan dari Minat Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Ketika saya memotivasi para mahasiswa di Ponorogo beberapa hari yang lalu, seorang mahasiswa bertanya pada saya: ” Kenapa Mbak Eni memilih untuk menulis, kok gak yang lain?”

Saya menjawab, karena bidang yang saya minati adalah menulis. (Karena banyak yang bertanya soal menulis, maka kolom selanjutnya saya membahas tentang menulis).

Ketika saya balik bertanya kepada mereka: “Apa bidang yang paling diminati sebagai bekal untuk hidup?” Kebanyakan dari mereka belum siap dengan pertanyaan saya. Hanya beberapa gelintir saja yang telah memiliki tujuan yang jelas.

Saat menjadi mahasiswalah saat yang paling tepat untuk menekuni bidang yang paling diminati. Masa menjadi mahasiswa adalah masa belajar dan berlatih sehingga ketika lepas kuliah diharap telah menjadi ahli di bidangnya. Nyatanya, kebanyakan dari mereka -yang mungkin bisa mewakili rekan-rekan mahasiswa dari perguruan tinggi lain- masih santai, sebagian lagi masih bingung. Hal ini dikarenakan oleh kondisi mereka yang belu
... baca selengkapnya di Kekuatan dari Minat Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu

DUA CARA BERPIKIR

TERBUKA DAN TERTUTUP

Lawan dari kata terbuka adalah tertutup. Jika tertutup adalah sebuah keadaan yang mana semua akses terbatasi maka terbuka adalah sebuah akses yang tidak ada batasnya. Tertutup identik dengan kesendirian,ketidakmauan,keengganan dan keegoisan yang tidak mau memberi ruang untuk yang lain. Sementara keterbukaan adalah sebuah keadaan di mana kebersamaan, kerelaan,kesediaan berbagi menjadi bendara yang terkibarkan.
Terbuka dan tertutup,tidak saja berkenaan dengan benda namun juga berkenaan dengan keberadaan atau cara pandang/cara berpikir manusia. Cara berpikir yang terbuka akan selalu berupaya menempatkan semua keadaan sebagai buku yang harus di baca dan dipelajari untuk dipetik inti sari hidup yang baik. Cara berpikir tertutup adalah sebuah keadaan di mana yang dianggap benar adalah diri dan kelompoknya. Yang di luar diri dan kelompoknya adalah salah,dosa dan karena ini layak untuk dimusuhi.
Bagi orang yang bergaya pikir tertutup, melihat semua yang di sekitarnya adalah ancaman. Karena ancaman maka dia menutup diri,menjaga diri supaya tidak dipengaruhi oleh lingkungan,meskipun sejatinya dia selalu berjuang mempengaruhi lingkungan. Cara berpikir yang demikian ini menjadikan sebuah relasi yang kaku,kolot dan beku. Semua diukur dengan salah dan benar. Aku benar kamu salah!
Berbeda dengan cara berpikir terbuka, manusia yang memiliki cara berpikir terbuka akan terlihat lebih lentur dalam hidupnya. Lentur berelasi,lentur berkomunikasi, lentur melihat lingkungan. Cara berpikir demikian menjadikan rasa hidupnya renyah, lingkungan sekitar (apapun keadaannya) dijadikan sebagai guru kehidupan.baik dan tidak baik keadaan dipahami sebagai guru kehidupan.  Karena dijadikan sebagai guru kehidupan, maka seburuk apapun perlakuan dan pengalaman kehidupan selalu diterima oleh yang berpolapikir terbuka dengan sesungging senyum. baca juga..http://ppsetyasemesta.blogspot.co.id/2015/04/bukalah-pintu-kehidupanmu.html
Suatu waktu, saat Sang Guru Agung kembali ke kampung halamanNya, kemudian mengajar terjadilah pergolakan. Permasalahannya sepele, Sang Guru memberi contoh tindakan baik yang dilakukan oleh orang lain. Tindakan baik dan tercatat sejarah itu justru tidak dilakukan oleh kelompok atau sukunya,maka marahlah orang-orang di tempat itu. Mengapa mereka marah?Karena mereka berpikir tertutup, sehingga orang yang berbuat baik juga harus dalam kelompoknya, kalau bisa juga se-Agama dengannya.
Orang Indonesia juga sangat suka berpola pikir demikian. Kalau ada yang berbuat baik,mestinya yang sekelompok dan seagama dengan aku,jika tidak akan di doakan biar menjadi sekelompok dan seagama dengan aku. Cara berpikir demikian adalah racun yang berbahaya, virus ganas yang bisa mengancam keutuhan kehidupan bersama.
Nahhh, jika benar pikiran saya, bahwa cara berpikir tertutup itu membahayakan kehidupan, ayolah...kita membukanya biar lebih segar, pengetahuan dan pengalaman selalu baru..Bagaikan ruangan yang pintu dan jendelanya selalu terbuka,udaranya segar....segar..seperti pagi ini..
Catatan umum persiapan sermon esok pagi,


Jumat, 29 Januari 2016

AWASSS...ADA YANG CURIGA..

 PENJARA bernama CURIGA

Rasa ini sepertinya dimiliki oleh semua manusia,atau bahkan semua makluk hidup. Karena dengannya, Si Makluk hidup itu bisa memiliki sistem pertahanan diri dari kemungkinan ancaman dari musuh-musuhnya. Dengan rasa curiga maka setiap makluk hidup akan mencoba mengamati gerakan apapun yang ada  di sekelilingnya. Seekor Jangkrik akan berhenti mengerik manakala mendengar ada gerakan aneh di sekitarnya.
Pun demikian dengan manusia. Rasa curiga bisa membawanya pada dua situasi. Yang pertama, dia akan selalu waspada terhadap apapun kemungkinan ancaman yang mendekatinya, sehingga berhati-hati. Sewaktu merasakan ada hawa panas, maka manusia akan mencoba mencari tahu sumber panas itu dan jika sudah tahu, pastilah akan menghindarinya. Dengan demikian, amanlah ia dari ancaman sengatan panas itu.
Itu perihal curiga yang bernuansa positif. Lalu seperti apa yang bernuansa negatif? Nahh, ini dia. Jika manusia selalu berpikiran negatif, maka ia akan selalu menaruh curiga pada keadaan apapun. Ada orang ngobrol dicurigai bahwa mereka sedang membicarakan dirinya, lalu mendekat dan mencoba mengklarifikasi. Ada orang diam, dicurigai tidak mau diajak komunikasi dan bekerjasama.
Orang yang berpikiran negatif akan dikendalikan oleh perasaan curiga untuk selalu melindungi diri. Segala upaya dilakukannya, bahkan sering tidak manusiawi demi perasaan nyaman dan aman diriny dan kelompoknya. Curiga telah menjadi pakaian kehidupan manusia yang berpikir negatif. Semua dianggap salah dan menjadi ancaman untuk dirinya.
Perasaan curiga adalah baik, sepanjang dipakai manusia untuk menjaga dan melindungi kebaikan. Karena memang hidup  manusia dilengkapi dengan perasaan curiga. Saat melihat mendung, manusia curiga bahwa akan turun hujan, maka manusia akan mempersiapkan payung untuk menjaga dirinya. Kalau curiga dipergunakan untuk hal seperti ini,  baiklah keadaan yang terjadi.
Namun seringkali manusia menaruh rasa curiga dan dikalahkan oleh kekuatan curiga demi keselamtan dan kenyamanan diri. Dengan keadaan seperti ini,semua gerak alam adalah ancaman, sehingga manusia akan berupaya mencari seribu satu macam cara mencari tahu sedetail-detainya tentang hal-hal yang mencurigakan itu.
Jika curiga telah bertahta di dalam pikiran manusia, maka hakekatnya sebagai manusia semakin sirna. Orang yang dikuasai oleh perasaan curiga akan melihat yang lain sebagai musuh. Karena musuh maka semua gerak-geriknya perlu dipantau, perlu diawasi. Ini berarti hidupnya tidak bebas, manusia ada dalam penjara yang namanya curiga.
Nahh..siapa manusia yang normal dan sadar mau hidup di dalam penjara?Kalau ada itu berarti keanehan atau keajaiban. Namun realitanya memang ada. Demi perasaan nyaman dan aman, suami akan selalu mencari tahu tentang semua gerak-gerik istrinya yang tidak bisa dipantaunya setiap saat. Demikian halnya dengan istri, akan selalu mencari informasi tentang gerak-gerik suaminya. Nahh, yang seperti inilah yang dinamakan terpenjara di ruang curiga.
Orang yang dikuasai rasa curiga akan mengerahkan seluruh tenaga dan energinya demi kepuasan hasrat  sakit hatinya. Semua dicurigai. Hidupnya habis  hanya untuk memlihara curiga itu...kasihan dia..

Catatan malam setelah menyaksikan tindakan berdasar kecurigaan..

Salam 

BELAJAR DARI HEWAN YANG SEDANG BEREBUT

REBUTAN


SOLUSI INSOMNIA

Pagi ini, usai bangun tidur, berkemas sejenak kemudian membuka pinta tempat tinggal. Hal yang terlihat pertama saat membuka pintu adalah beberapa ekor anjing (Kiriq) yang berisik. Saling berdengus, saling mengejar, saling mengejar dan mencoba saling melukai. Usut punya usut, ternyata mereka sedang berebut. Mereka, si anjing-anjing itu, sedang berebut tulang.


Demi tulang yang menjadi makanan mereka (diantara makanan-makanan yang lain), anjing-anjing itu rela bertarung,rela bertengkar, rela berkelahi dan saling melukai. Mereka tidak peduli, bahwa diantara ‘lawan main’ itu ada kerabat,anak,adik atau siapa saja. Yang penting bagi anjing-anjing itu adalah memperebutkan makanan mereka.
Terkadang ada yang terluka,tercakar,ada yang tergigit dan kemudian sakit,sampai sakitnya dipenuhi dengan belatung karena tidak ada yang merawat. Itulah akibat kesenangan mereka, REBUTAN.
Terkadang, manusiapun dalam hidupnya juga memperebutkan sesuatu. Demi harta, harga diri, kenyamanan, kewibawaan,gengsi dan juga (bagi mereka KEBENARAN), manusia saling melukai. Tidak selalu dengan taring dan cakar seperti anjing-anjing itu, melainkan dengan perkataan,dengan hasutan,dengan persengkokolan. Demi haga diri, demi harta,demi kekayaan, manusia saling menusuk dan membunuh. Oiya, jangan-jangan anjing itu tidak saling membunuh dalam perhelatan REBUTAN mereka ya?
Jika diperhatikan di sekitar kita, polah tingkah manusia terkadang lebih menjijikan dibandingkan ciptaan yang lain, dalam hal REBUTAN. Demi kekuasaan, manusia rela menipu, bermunafikria,mengorbankan yang lain. Demi kekuasaan yang di dalamnya ada kekayaan, manusia rela menggadaikan harkatnya sebagai manusia. Bertindak bak artis di panggung atau di depan kamera, menangis dan meng-iba-kan diri. Manusia selalu rebutan apa saja. Rebutan pengaruh, rebutan waktu, rebutan kesempatan, rebutan kebenaran,
Di dalam mereka, si manusia itu, berebut, mereka lupa akan sahabat,sanak saudara, kerabat,rekan dan yang utama sesama ciptaan yang Illahi. Bagi yang sedang berebut, tidak sudi mereka mengalah karena bagi mereka, rebutan mengaku salah itu haram. Demi  REBUTAN sesuatu itu akhirnya banyak korban-korban. Ada korban perasaan,korban waktu, korban relasi, korban harta juga, namun manusia tidak segera sadar. Manusia seperti kehilangan jati diri sebagai manusia saat sedang bertarung demi REBUTAN sesuatu itu.






Oiya, sebentar...ternyata setelah tulang itu dikuasai oleh salah seekor anjing itu, mereka usai berebutnya. Beberapa yang ikut gelanggang rebutan tadi perlahan menyingkir,menjauh dan (mungkin) mencari yang akan mereka jadikan Ajang Rebutan lagi. Namun apakah manusia juga bisa diam setelah “tulang” yang diperebutkan itu dikuasai yang lain?TIDAK.
Manusia tidak mudah menerima kekalahan,meski benar-benar kalah. Manusia akan mencari seribu satu macam cara untuk membalas kekalahan itu. Tidak percaya?Lihat saja “Panggung Drama” bernama perpolitikan Indonesia, setelah tulang kekuasaan itu dipegang sang pemenang, yang lain masih sibuk saja mencari peluang merampas Tulang itu lagi.
Itu di ranah politik yang katanya boleh berbuat salah, lha di institusi agama saja juga lebih parah. Beberapa tahun belakangan, banyak sekali gereja berkonflik, atau dalam bahasa essei sederhana ini REBUTAN TULANG. Dan ternyata lebih mengasikkan daripada yang benar-benar rebutan tulang seperti pagi ini.
Mereka bertarung laksana babak final liga champions eropa, bertarung sampai titik darah penghabisan. Semua cara ditempuh,semua calan dilewati. Pembatas yang namanya pranata normatif tabrak, kasih dibongkar, relasi dipendam di makam kehidupan. Semua ditinggalkan, demi Tulang itu. Sampai kapan?sampai waktu yang tak termaklumi.

Saya jadi berpikir, jika saja kelak dikemudian hari, para anjing itu tidak berebut tulang, lalu mereka berdialog,bermufakat dan kemudian sepakat untuk berbagi waktu mendapatkan tulang, apakah manusia mau meneladani?Mbuhhlah...Yang jelas, saya mau mengantar anak ke sekolah dahulu...

Sampai nanti kawan..


SOLUSI SAKIT GIGI




Jumat, 22 Januari 2016

Cermin Moralitas

MEMBACA MASA DEPAN BANGSA DARI CARA MAKAN

Riuh suasana pesta di sebuah gedung yang terbilang megah untuk kota kecil nan sejuk ini. Dan seperti biasa, dalam sebuah pesta,kemewahan dan kemeriahan selalu menjadi hal yang utama. Ujung pesta adalah makan.
Seperti biasa, makan dalam pesta jaman sekarang semua sudah swakarsa,mandiri atau dalam bahasa populer prasmanan. Semua tamu undangan yang datang dipersilakan mengambil sendiri  semua menu yang tersedia. Iya, mengambil sendiri sepuas-puasnya. Jadilah yang hadir bergerilya mencari menu yang menjadi kesukaannya. Mereka mengambil sesukanya dan memakan senyaman mungkin. Bisa sambil ngobrol,sambil berdiri, sambil duduk dan seterusnya.
Setelah usai makan, biasanya mereka akan meletakkan alat makan senyaman mereka, jarang yang mencari tempat piring dan gelas kotor. Dan yang membuat perhatian saja tertarik adalah, adanya sisa-sisa makanan di tempat makan yang mereka tinggalkan. Ini yang ironis. Mengapa ironis?
Karena mereka yang hadir dan mengambil makanan itu atas kehendak sendiri, tidak diambilkan dan tidak dipaksa untuk makan. Namun toch, meski mengambil sendiri tetap saja tidak dihabiskan alias tersisa di tempat makan. Ini gaya hidup atau memang gagalnya mereka menggunakan logika dan rasa untuk bersikap?
Jika itu gaya hidup, gaya hidup model apakah yang menghambur-hamburkan makanan dengan seenak perutnya sendiri tanpa pernah berpikir dan merasa bahwa di banyak tempat yang lain masih ada saudara dan handai taulan yang sangat membutuhkan makanan?Yang demi sesendok nasi mereka mesti menunggu senja?
Jika anak-anak bangsa ini masih mempertahankan sikap dan tindakan demikian, akan seperti apakah bangsa ini dikemudian hari?mereka orang-orang dewasa yang tentunya tindakan mereka akan diteladani oleh anak-anak mereka, jadi jika orang tua saja masih bergaya hidup boros dan tidak menghargai makanan, jangan salahkan generasi muda yang juga boros dalam segala hal dan tidak menghargai banyak hal pula.
Dari tempat pesta itu, sejatinya masa depan bangsa ini bisa dibaca. Bisa dilihat akan seperti apa nasip negeri ini di kelak kemudian hari. Mentalitas boros dan tidak saling menghargai sudah tertanam dari semua tindakan.
Salam hangat

Doni Setyawan

PERJUMPAAN

 Memaknai Perjumpaan

Kehidupan ini diawali dengan satu kata, yaitu perjumpaan. Perjumpaan antara dua anak manusia yang kemudian saling membangun komunikasi,saling menjajaki dan kemudian saling memperjumpakan cinta mereka. Itu belum cukup, masih ada perjumpaan-perjumpaan yang lain. Salah satunya adalah perjumpaan antara sel telur dengan sperma yang dipakai Sang Illahi membentuk makluk bernama manusia.
Setelahnya, manusia akan menjalani kehidupannya dengan aneka macam perjumpaan. Perjumpaan yang langsung, perjumpaan tidak langsung, perjumpaan terencana atau sengaja maupun perjumpan tidak sengaja. Semua akan terjadi dan masalah makna, semua kembali kepada manusia itu, akan termaknai apa perjumpaan itu untuk hidupnya.
Perjumpaan selalu menghadirkan keindahan, karena denganya akan ada ruang untuk saling melihat, mendengar dan mungkin meraba antara satu dengan yang lain. Dengan berjumpa, maka sekat itu akan teruntuhkan. Bahasa tubuh atau gestur akan menolong dua subyek saling mengerti aksentuasi kata dan kalimat, yang dengannya akan segera merubah sikap dan tindakan.
Ini berbeda dengan model komunikasi yang lain, semisal komunikasi via media sosial,via surat,via HP dan yang lain. Dalam model komunikasi tanpa perjumpaan langsung ini, gestur dan aksentuasi tidak tertangkap,dan karenanya intepretasi bahasa komonikasi sering jauh dari tujuan semula.
Di sini penting mengerti dunia komunikasi, bahwa antara komunikan,komunikator dan bahan komunikasi perlu (paling tidak) sesuai dengan tujuan pada dirinya sendiri. Jika tidak ada perjumpaan langsung, apa yang terjadi bisa berbanding terbalik dengan yang diharapkan.
Sebuah perjumpaan adalah kemestian kehidupan. Kapan, di mana,dengan siapa itu buka persoalan, namun dengan mengupayakan memaknai atau memberi arti setiap perjumpaan, akan menolong manusia mengerti kehidupan ini dengan lebih dalam. Perlu dipahami juga, jika manusia sudah bisa mengunyah menu kehidupan yang  bernama perjumpaan ini, maka ia akan mampu berkomunikasi dengan apa saja.
Ingat, perjumpaan tidak harus dan hanya dengan manusia. Semua hal di maya pada ini bisa dan terbuka untuk dijumpai. Tinggal bagaimana manusia mampu memberi makna atas setiap perjumpaan itu. Dan juga, dalam setiap gerak dunia ini, sejatinya ada Sang Illahi yang bersedia dijumpai oleh siapa saja. Maka, ayo kita berjuang untuk saling berjumpa dan memaknai perjumpaan itu untuk kehidupan yang lebih baik.
Perjumpaan, selalu dinantikan jika itu memberi makna mendalam bagi pelakunya. Oiya, saya juga berharap lho, suatu waktu ada perjumpaan dengan seseorang yang saya harapkan...hehe
Selamat pagi..selamat berjumpa dengan apa saja dan selamat memaknainya untuk kehidupan

Salam 

Untukmu…

Untukmu… Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Kulempar tas ke atas amben kamar, kusertakan diriku kemudian, meluncur, tanpa daya. Ku biarkan lelahku memudar, nafasku berangsur normal. Ku pejamkan mata, satu detik, dua detik, tiga detik, ah, tidak bisa!

Pikiranku masih terpenuhi bayangan wanita itu. Wanita yang baru saja membelai lembut pipiku yang kini basah oleh peluh, lembab oleh debu, yang mungin sebentar lagi akan tumbuh jerawat. Benar saja, karena sudah tiga hari ini malas rasanya membersihkan muka dengan facial foam, atau apalah namanya. Hhmmhh, siapa peduli? Biasanya wanita itu, wanita itu yang selalu peduli! Sebentar – sebentar bilang, “Sudah mandi? Jangan lupa pakai facial foamnya!”, “Rambutmu sudah mulai gondrong. Kau akan terlihat lebih tampan jika kau potong rambutmu!”, “Jambangmu sudah mulai lebat, apa tidak lebih baik jika kau rapikan?” dan bilang, “kau terlihat kurus bulan ini! Makanlah sedikit banyak! Jaga kesehatanmu!”

Oh, wanita itu. Sepertianya dialah satu – satunya manusia di dunia yang paling perhatian padaku, melebihi diriku sendiri. Wanita itu, yang kini terbaring lemah, sendiri di ruang serba putih itu, sepi
... baca selengkapnya di Untukmu… Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu

Kamis, 21 Januari 2016

Narasi di Sebuah Makam

Pada Sebuah Kuburan
Dalam seminggu ini ada tiga orang yang harus menyelesaikan tugas dan tanggung jawab hidupnya di dunia, sehingga mesti “Pulang” ke dalam keabadian. Kesedihan pastilah mewarnai keluarga dan handai taulan yang ditinggalkan. Namun tulisan ini tidak hendak mengupas perihal kesedihan yang teralami. Tulisan ini akan menyoroti sesuatu yang lain.
Pada peristiwa kematian pertama, yang meninggal sore hari dan harus lanjut dimakamkan hari itu juga. Hari mendung dan malam segera akan datang. Yang dirumah  duka mencoba mengontak yang bertugas menggali liang lahat di makam. Jawaban yang diberikan adalah..”tunggu sebentar...sabar..tanahnya agak keras dan malah menemui batu keras..”. yang dirumah menunggu dengan sabar. Suasana merambat padagelap dan mendung juga ikut menghiasi keadaan.
Segera setelah itu, gelap menyelimuti. Liang lahat belum juga usai digali. Saat dikonfirmasi, justru nada kesal yang terjawab dari ujung telefon dari yang bertugas menggali liang lahat. Saat akhirnya usai dan jenasah tiba di kuburan, suasana agak kaku, karena para penggali kuburan merasa dikejar-kejar oleh pihak keluarga.
Kisah berikutnya, kematian sewaktu malam hari, sehingga pemakaman akan dilaksanakan esok harinya. Ini membuat waktu para penggali liat lahat lebih longgar. Dan benar saja, sampai sekitar jam 11 seiang, yang semestinya sudah siap untuk dimakamkan,justru jenasah belum juga siap sewaktu para petugas penggali makam berkontak dengan rumah duka,dijawab bahwa masih menungga acara ritual di mulai. Mereka sabar menunggu.
Kesabarab mereka,para penggali liang lahat itu nampaknya hampir samai pada batasnya ketika sejam kemudian berkontak, jenasah belum juga diberangkatkan. Hingga munculah celoteh-celoteh lucu nan kesal. “Mungkin mau dibiarkan masak dulu baru dibawa ke makam ini..(dalam bahasa jawa, mayite meh di imbu disik...)
Akhirnya,satu setengah jam dari waktu yang direncanakan,jenasah tiba di kuburan. Salah seorang penggali makam berbisak kepada saya. “dikejar segera selesai menggalinya marah, giliran menunggu datangnya jenasah, juga ngomel-ngomel, apa sih keinginan manusia itu sih?”
Itulah manusia (termasuk yang membaca tulisan ini), selalu meminta yang menjadi harap dan dambanya terpenuhi, namun bisakah manusia mengendalikan seluruh kehidupan ini?Bukankah itu ada dalam kebijaksanaan Illahi?
Semoga bermakna...

Doni Setyawan

Sabtu, 16 Januari 2016

Menjaring Matahari

Menjaring Matahari Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Senja ini begitu memukau rupanya, sinar mentari yang menghiasi Desa Segea, Maluku Utara. Capung yang terbang bebas di mega semesta, menari tarian bidadari jelita, dan menyanyi senandung simfoni milik ratu senja. Telah tampak, kabut alam yang melekat pada langit yang berhasil berubah menjadi jingga. Kini aku, Puri, Dian, Beta, Garuda, Mukhlis, Jundi dan Suryo. sedang duduk di atas Pohon Akasia, pohon impian kami. Untung-untung melepas lelah karena seharian penuh kami telah bekerja keras mencari uang. Mukhlis yang setiap harinya membawa gerobaknya, bekerja memungut sampah, Beta dan Garuda yang masih membawa gambus dan harmonikanya, mengamen di setiap tempat, dan sedangkan aku, Puri, Dian, Jundi, dan Suryo berjualan koran di jalanan. Tetapi, dengan terbatasnya kehidupan ekonomi kami, aku dan ketujuh sahabatku masih dapat bersekolah. Membangun mimpi. Kami selalu bersama, jua membangun persahabatan yang akan terpahat selamanya di benakku, menembus kalbu sedalam karya Tuhan yang tak pernah semu. Kami memandang takjub betapa sang raja senja akan dilahap masuk menuju gua bibir misteri. Terdiam, terpana merasuk raga.
... baca selengkapnya di Menjaring Matahari Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu

Rabu, 13 Januari 2016

Jenny dan Kalung Permata

Jenny dan Kalung Permata Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Sebuah kisah kecil tentang seorang gadis mungil berumur lima tahun. Setelah menabung sekian waktu dan setelah menampung uang sebesar dua dollar, akhirnya ia berhasil membeli seutas kalung permata dari sebuah kios kecil di samping rumahnya, sebuah kalung tiruan.

Jenny, demikian nama gadis cilik ini, sungguh amat mencintai kalung permata tersebut. Ia merasa bahwa permata tersebut telah membuatnya nampak bagaikan seorang bidadari. Ia akan mengenakan kalung tersebut dalam kesempatan apapun, entah ke sekolah minggu, ke sekolah Taman Kanak-kanak, bahkan juga di saat tidur malam.

Jenny memiliki seorang ayah yang sangat mencintainya. Setiap malam saat Jenny siap tidur malam, ayahnya akan melepaskan kegiatan apa saja yang sedang dilakukannya dan duduk di samping ranjang Jenny membacakan cerita dongeng baginya. Suatu malam, setelah membacakan dongeng baginya, sang ayah bertanya;

"Jenny, apakah engkau mencintai daddy?"

"Oh Daddy?, daddy pasti tahu bahwa saya sungguh mencintai daddy.?"

"Nah kalau Jenny mencintai daddy, berikan kalung "permata itu buat daddy.? Demikian pinta ayahnya.

"Oh... Tidak!! Daddy bisa ambil boneka kuda yang ada di atas meja sana, kuda dengan ekor berwarna pink itu. Kuda itu salah satu kesayangan saya, tapi saya rela berikan itu untuk daddy." Demikian jawab Jenny.

"Oh sayang? Nggak apa-apa. Dad
... baca selengkapnya di Jenny dan Kalung Permata Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu

Lobang Hidung Lohi

Lobang Hidung Lohi Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Sebongkah batu tampak membentur sebuah tong sampah berwarna biru di tepi jalan pas di depan gang Gaharu. Seorang anak dengan raut wajah kesal rupanya adalah sumber batu itu. Ditendangnya keras-keras batu tadi hingga berbunyi “Tung…” ketika membentur tong. Tak banyak yang peduli dengan suaranya. Mungkin karena kalah dengan bisingnya lalu-lintas saat itu.

Namanya Lohi. Dia sendiri tidak tahu kenapa dinamai demikian. Tapi hari itu Lohi sedang kesal. Sebenarnya kalau mau jujur tiap hari Lohi kesal. Kesal bukan karena hari yang buruk tapi karena teman yang buruk. Teman yang buruk? Ya, di kelasnya Lohi selalu jadi bahan celaan. Siapa lagi yang jadi motor para pencela kalau bukan Mahfud?, tapi bukan Lohi namanya kalau tidak bisa menguasai dirinya. Sebagai anak tertua dalam keluarganya dengan adik berjumlah 4 orang, Lohi di tuntut untuk menjadi lebih dewasa di banding umurnya. Walau masih kelas 5 SD, Lohi tampak mempunyai raut wajah lebih dewasa dari teman-temannya. Ketika di cela, Lohi hanya diam. Memang kesal kalau di cela tapi biasanya setelah menendang satu-dua batu, Lohi kembali lega.

Angkot D jurusan terminal Joyoboyo melintas di hadapannya
... baca selengkapnya di Lobang Hidung Lohi Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu

Sabtu, 09 Januari 2016

Screen Memory

Screen Memory Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Artikel ini terinspirasi dari kejadian saat saya melakukan live therapy di kelas Scientific EEG & Clinical Hypnotherapy di Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology di minggu kedua.

Seorang wanita hadir di tengah kami sebagai klien untuk sesi hipnoterapi. Sudah menjadi bagian dari program pelatihan Scientific EEG & Clinical Hypnotherapy selama ini bahwa di minggu kedua saya pasti melakukan live therapy minimal pada 2 (dua) klien yang berasal dari luar peserta. Hal ini bertujuan agar para peserta pelatihan dapat melihat secara langsung bagaimana saya melakukan sesi terapi di ruang praktik saya. Ini juga untuk menunjukkan bagaimana menggunakan berbagai pengetahuan, pemahaman, teori pikiran, dan teknik intervensi klinis yang telah diajarkan dalam praktik sesungguhnya.

Klien, sebut saja Wati, datang pagi hari sekitar pukul 10.00. Sebelum bertemu kami di kelas Wati diminta untuk mengisi intake form. Setelah semuanya siap Wati diminta masuk ke dalam ruang pelatihan. Di dalam ruang ini sudah tersedia satu kursi terapi, persis sama seperti yang saya gunakan di ruang terapi, dan ditempatkan di bagian depan ruang.

Saya mempersilahkan Wati duduk sambil berkenalan. Seperti biasa saya selalu menanyakan apakah klien merasa nyaman bila diterapi sambil disaksikan oleh para peserta pelatihan saya. Wati menjawab bah
... baca selengkapnya di Screen Memory Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu

Minggu, 03 Januari 2016

Local Wisdom: Sing Jembar Segarane, Luaskan Lautanmu

Local Wisdom: Sing Jembar Segarane, Luaskan Lautanmu Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Oleh: Agung Praptapa

Saya terkejut dengan datangnya telepon yang mengaku dari Gedung Putih. “Ini dari asisten pribadi Presiden Obama, beliau minta disambungkan pada Anda” kata suara seorang wanita dalam bahasa Inggris yang temponya dipelankan karena sadar sedang berbicara dengan seseorang yang berbicara bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Tentu saja saya setuju. Suatu kehormatan yang luar biasa ditelpon oleh seorang presiden Amerika. Dan ternyata benar, ini memang telepon dari Obama. Saya sangat kenal dengan suaranya, termasuk diucapkannya “kata-kata sandi“ yang sering kita jadikan sebagai guyonan. Saya cukup heran karena dia masih ingat dengan baik beberapa istilah yang sering kita gunakan saat itu. Setelah berbasa-basi dengan Obama karena sudah hampir 10 tahun kita tidak saling berjumpa, dia masuk pada pokok persoalan.

“Kamu kan orang jawa, saya ingin dengar saran kamu yang khas seperti kamu sampaikan sewaktu kamu masih di Amerika dulu” katanya. Saya jadi ingat, sewaktu sama-sama kuliah di Amerika memang saya dan Obama sering terlibat obrolan, bertukar pikiran tentang falsafah manajemen Jawa. Dia sangat antusias bila saya mulai mengusulkan beberapa alternatif pemecahan masalah ekonomi dan bisnis Amerika dengan pendekatan manajemen jawa. Obama juga sangat cerdas dalam membandingkannya dengan pola manajemen barat.

Pertama-tama yang dia sampaikan adalah soal krisis keuangan dunia, yan
... baca selengkapnya di Local Wisdom: Sing Jembar Segarane, Luaskan Lautanmu Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu

Sabtu, 02 Januari 2016

Lilin Harapan

Lilin Harapan Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Batu sandungan itu mampir jua di pelukan. Dan aku dibuai alunan kesedihan karenanya. Kegagalan pertama dan terbesar yang pernah singgah. Karena itu pun, kekasihku terlepas dariku. Aku tak bisa berbuat apa-apa kecuali mengurai air mata.

Di sudut ruang gelap, kumerenung di atas ratapan. Tiga batang lilin merah menemani bak sinar remang-remang. Dua di antaranya, kuukir tulisan ‘kejayaan’ dan ‘cinta’ pada batang tubuhnya. Aku menangis hingga tak bersuara. Bulir-bulir air merembes di pipi hingga jatuh membasahi sumbu lilin pertama, lilin ‘kejayaan’. Seketika lilin itu padam, menyisakan asap pembakaran. Tangisku tak kunjung surut, justru menjadi-jadi. Kudekati lilinku yang kedua. Saat air dari pelupuk mustika kembali menetesi sumbunya, lilin bertuliskan ‘cinta’ itu ikut padam seperti pendahulunya. Berakhirlah sudah sekarang. Haruskah aku hidup hanya untuk menghidupi kenangan?

Tinggallah sebatang lilin merah tanpa gurat tulisan yang masih menyala. Lilin terakhirku. Percuma,
... baca selengkapnya di Lilin Harapan Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor Satu

FIKSI Di Malam PASKAH