KUNCI SUKSES DARI ALAM SEMESTA |
Ketertundukan Kepada Kekuasaan Alam adalah wujud Kearifan Hidup
Usianya sekitar 66 tahun,rambut putih sudah
mendominasi rambut di kepalanya. Istrinya, berusia sekitar enam tahun lebih tua
dari nya. Lagimin, demikian dia diberi nama oleh orangtuanya,dan Sumarah, itu
nama istrinya.
Di sebuah desa sederhana,diapit bukit-bukit di gugusan pegunungan seribu, JAwa Tengah bagian tenggara. Rumahnya masih sangat sederhana, dua bagian. Bagian utama terbuat dari papan-papan kayu jati kuna yang tidak dicat sama sekali, sehingga terlihat kusam meski sejatinya kuat dan tahan dari serangan rayap. Gentengnya genteng kuna, di sebelahnya, masih bergandengan dengan rumah itu ada rumah yang lebih kecil, disambungkan dengan talang sebagai jalan air sewaktu hujan, orang-orang kampung itu menyebutnya pawon.
Di sebuah desa sederhana,diapit bukit-bukit di gugusan pegunungan seribu, JAwa Tengah bagian tenggara. Rumahnya masih sangat sederhana, dua bagian. Bagian utama terbuat dari papan-papan kayu jati kuna yang tidak dicat sama sekali, sehingga terlihat kusam meski sejatinya kuat dan tahan dari serangan rayap. Gentengnya genteng kuna, di sebelahnya, masih bergandengan dengan rumah itu ada rumah yang lebih kecil, disambungkan dengan talang sebagai jalan air sewaktu hujan, orang-orang kampung itu menyebutnya pawon.
Bertani, itulah mata pencaharian Legimin. Kebetulan Sang Maha Kuasa tidak memberinya anak,sehingga berdua saja mereka meniti kehidupan dalam keluarganya. Sempat ada keponakan ikut,namun segera sesudah lulus STM segera ke kota besar untuk hidup dengan sekedar nguli,dalam bahasa kampung itu buruh,glidig. Selain bertani, dua ekor kambing menemati kehidupan mereka.
Meski di kampung terpencil,namun kemajuan
teknologi merasuk juga sampai ke ujung-ujung peradabanmdemikian juga di kampung
itu.
Akibatnya, semua rumah sudah memiliki alat hiburan berbasis teknologi,Televisi. Namun tidak demikian denga Legimin dan istri, televise masih menjadi mimpi. Mau ke tetangga semakin malu karena sudah tidak seperti duapuluhan tahun yang lalu ketika semua jarang yang memiliki televise dan nonton bersama.legimin dan istri ingin membeli televise. Maka, mereka sepakat menjual salah satu kambingnya,bukan yang induk,untuk membeli televise. Segeralah ditemui Cangkolo, si blantik yang terkenal berani membeli mahal. Namun cangkolo tahu,bahwa Legimin menjual kambing untuk tujuan membeli televise. Maka, ia menawar seharga televise stadart, 1,4 juta.
SAWAHE LEGIMIN |
Akibatnya, semua rumah sudah memiliki alat hiburan berbasis teknologi,Televisi. Namun tidak demikian denga Legimin dan istri, televise masih menjadi mimpi. Mau ke tetangga semakin malu karena sudah tidak seperti duapuluhan tahun yang lalu ketika semua jarang yang memiliki televise dan nonton bersama.legimin dan istri ingin membeli televise. Maka, mereka sepakat menjual salah satu kambingnya,bukan yang induk,untuk membeli televise. Segeralah ditemui Cangkolo, si blantik yang terkenal berani membeli mahal. Namun cangkolo tahu,bahwa Legimin menjual kambing untuk tujuan membeli televise. Maka, ia menawar seharga televise stadart, 1,4 juta.
DARI ALAM UNTUK MENANGKAL JERAWAT |
Legimin belum memberikan kambingnya, berharap
lebih. Meski Sumarah istrinya telah memintanya melepaskannya, namun masih
ditahan oleh legimin. Sumarah bermimpi,mulai besok malam jika itu sudah
dijual,maka di rumahnya aka nada tipi, dan segera nonton Ketoprak atau
Sinetron. Namun malang tak dapat ditolak mujur takbisa diatur, esok paginya,
kambing muda jantan yang akan dijual itu mendadak mati. Menangislah Sumarah,
seolah hancur luluh semua harapan dan mimpinya.
Dalam kekalutan Legimin masih bisa menasehati,
bahwa hidup ini bergantung dengan kearifan Sang Maha Kuasa dan itu dibahasakan
oleh alam, jika kambing itu mati, berarti Sang Khaliq, melalui ala mini mengingatkan
manusia akan waktu yang berbeda antara Manusia dengan Sang Pencipta. Manusia harus
manut dan tunduk dengan Hukum Alam yang sudah ada semenjak waktu itu ada. Kembali
ke kekuasaan Alam, ituah kebijakan hidup Legimin.
salam cinta untuk semesta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar