Rabu, 15 April 2015

Diajari Kehidupan oleh EMBUN pagi...



SEBUAH PAGI,DOA DAN SETETES EMBUN
Pagi adalah saat di mana semua makluk bersiap untuk kembali melanjutkan tanggungjawab kehidupan, sesuai dengan bagiannya masing-masing. Namun demikian, pagi juga menjadi saat yang paling sulit untuk bergerak meninggalkan “Tempat Nyaman” yang sepanjang malam ditempatinya. Pada waktu pagi biasanya menjadi waktu yang paling nyaman untuk tidur,saat suara kokok ayam mulai bertalu menyalakan alarm kehidupan, manusia justru sedang dalam keadaan paling enak dalam dunia tidurnya. Oleh karena itu, biasanya saat pagi, jika diganggu tidurnya, manusia cenderung aka marah. Baik anak kecil yang mau sekolah maupun orang dewasa yang akan berkarya mengais berkah.
Pagi,saat itulah kesepian dan kesenyapan masih membuai semesta. Saat pagi yang tenang dan damai itulah butiran-butiran embun bening meleleh,bergulir dan kemudian menetes melalui ujung-ujung dedaunan. Terkadang berisiknya yang menyatu menjadi sebuah nyanyian pagi yang sederhana namun sempurna. Jika saat pagi manusia mau meluangkan waktu,jauh sebelum ufuk timur menyalamrah, saat itulah kedamaian semesta bisa dirasakan begit sempurna. Perubahan perlahan dari gelap menjadi remang, kemudia terang bisa diikuti dengan mata telanjang. Dari hitam yang gelap,dari gemerlap gemintang yang menyeruap berebut bersinar di langit luas membentang menjadi jperlahan semburat jingga. Itulah kesempurnaan keindahan pagi yang sekarang ini sangat jarang dinaikmati manusia.
Dalam suasana sepagi ini pulalah Sang Guru Agung Kehidupan selalu meluangkan waktunya untuk menyendiri. Menyingkir sesaat dari keramaian, kemudian terpekur sendiri,menatap langit,melihat bintang-bintang,merasakan tetes-tetes embun menyentuh tubun dari pucuk-pucuk rumput yang Ia sentuh. Ia, Sang Guru Agung itu selalu memberi teladan dan juga mengajarkan betapa pentingnya meluangkan waktu, terkhusus pagi hari untuk Menyapa Sang Illahi, melalui bahasa nurani, bahasa batin yang dibentangkan Alam Semesta sebagai “Wajah Lain” Sang Illahi.
Maka, jangan sia-siakan waktu pagi hari. Kalahkan kenyamanan tubuh yang sering membelenggu jiwa menyapa Sang Bapa. Taklukanlah hasrat manusiawi yang sering menghambat laju berkat,hanya demi kenikmatan sesaat. Pada waktu pagi,sangat pagi,bersama tetets-tetes embun bening, saat itulah Sang Kehidupan sejati berkenan disapa dengan lembut melalui bahasa Alam Semesta.
Selamat Berefleksi di setiap pagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH