SEBUAH PAGI,DOA
DAN SETETES EMBUN
Pagi adalah saat di mana semua makluk bersiap
untuk kembali melanjutkan tanggungjawab kehidupan, sesuai dengan bagiannya
masing-masing. Namun demikian, pagi juga menjadi saat yang paling sulit untuk
bergerak meninggalkan “Tempat Nyaman” yang sepanjang malam ditempatinya. Pada waktu
pagi biasanya menjadi waktu yang paling nyaman untuk tidur,saat suara kokok
ayam mulai bertalu menyalakan alarm kehidupan, manusia justru sedang dalam
keadaan paling enak dalam dunia tidurnya. Oleh karena itu, biasanya saat pagi,
jika diganggu tidurnya, manusia cenderung aka marah. Baik anak kecil yang mau
sekolah maupun orang dewasa yang akan berkarya mengais berkah.
Pagi,saat itulah kesepian dan kesenyapan masih
membuai semesta. Saat pagi yang tenang dan damai itulah butiran-butiran embun
bening meleleh,bergulir dan kemudian menetes melalui ujung-ujung dedaunan. Terkadang
berisiknya yang menyatu menjadi sebuah nyanyian pagi yang sederhana namun
sempurna. Jika saat pagi manusia mau meluangkan waktu,jauh sebelum ufuk timur
menyalamrah, saat itulah kedamaian semesta bisa dirasakan begit sempurna. Perubahan
perlahan dari gelap menjadi remang, kemudia terang bisa diikuti dengan mata
telanjang. Dari hitam yang gelap,dari gemerlap gemintang yang menyeruap berebut
bersinar di langit luas membentang menjadi jperlahan semburat jingga. Itulah kesempurnaan
keindahan pagi yang sekarang ini sangat jarang dinaikmati manusia.
Dalam suasana sepagi ini pulalah Sang Guru Agung
Kehidupan selalu meluangkan waktunya untuk menyendiri. Menyingkir sesaat dari
keramaian, kemudian terpekur sendiri,menatap langit,melihat
bintang-bintang,merasakan tetes-tetes embun menyentuh tubun dari pucuk-pucuk
rumput yang Ia sentuh. Ia, Sang Guru Agung itu selalu memberi teladan dan juga
mengajarkan betapa pentingnya meluangkan waktu, terkhusus pagi hari untuk
Menyapa Sang Illahi, melalui bahasa nurani, bahasa batin yang dibentangkan Alam
Semesta sebagai “Wajah Lain” Sang Illahi.
Maka, jangan sia-siakan waktu pagi hari. Kalahkan kenyamanan
tubuh yang sering membelenggu jiwa menyapa Sang Bapa. Taklukanlah hasrat
manusiawi yang sering menghambat laju berkat,hanya demi kenikmatan sesaat. Pada
waktu pagi,sangat pagi,bersama tetets-tetes embun bening, saat itulah Sang
Kehidupan sejati berkenan disapa dengan lembut melalui bahasa Alam Semesta.
Selamat Berefleksi di setiap pagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar