Jumat, 17 Februari 2017

Keseimbangan Hidup



Dikisahkan, suatu hari ada seorang anak muda yang tengah menanjak karirnya tapi merasa hidupnya tidak bahagia. Istrinya sering mengomel karena merasa keluarga tidak lagi mendapat waktu dan perhatian yang cukup dari si suami. Orang tua dan keluarga besar, bahkan menganggapnya sombong dan tidak lagi peduli kepada keluarga besar. Tuntutan pekerjaan membuatnya kehilangan waktu untuk keluarga, teman-teman lama, bahkan saat merenung bagi dirinya sendiri.
INFO ISTIMEWA
Hingga suatu hari, karena ada masalah, si pemuda harus mendatangi salah seorang petinggi perusahaan di rumahnya. Setibanya di sana, dia sempat terpukau saat melewati taman yang tertata rapi dan begitu indah.
"Hai anak muda. Tunggulah di dalam. Masih ada beberapa hal yang harus Bapak selesaikan," seru tuan rumah. Bukannya masuk, si pemuda menghampiri dan bertanya, "Maaf, Pak. Bagaimana Bapak bisa merawat taman yang begitu indah sambil tetap bekerja dan bisa membuat keputusan-keputusan hebat di perusahaan kita?"
SURAT CINTA ISTIMEWA
Tanpa mengalihkan perhatian dari pekerjaan yang sedang dikerjakan, si bapak menjawab ramah, "Anak muda, mau lihat keindahan yang lain? Kamu boleh kelilingi rumah ini. Tetapi, sambil berkeliling, bawalah mangkok susu ini. Jangan tumpah ya. Setelah itu kembalilah kemari".
Dengan sedikit heran, namun senang hati, diikutinya perintah itu. Tak lama kemudian, dia kembali dengan lega karena mangkok susu tidak tumpah sedikit pun. Si bapak bertanya, "Anak muda. Kamu sudah lihat koleksi batu-batuanku? Atau bertemu dengan burung kesayanganku?"
Sambil tersipu malu, si pemuda menjawab, "Maaf Pak, saya belum melihat apa pun karena konsentrasi saya pada mangkok susu ini. Baiklah, saya akan pergi melihatnya."
Saat kembali lagi dari mengelilingi rumah, dengan nada gembira dan kagum dia berkata, "Rumah Bapak sungguh indah sekali, asri, dan nyaman." tanpa diminta, dia menceritakan apa saja yang telah dilihatnya. Si Bapak mendengar sambil tersenyum puas sambil mata tuanya melirik susu di dalam mangkok yang hampir habis.
Menyadari lirikan si bapak ke arah mangkoknya, si pemuda berkata, "Maaf Pak, keasyikan menikmati indahnya rumah Bapak, susunya tumpah semua".
"Hahaha! Anak muda. Apa yang kita pelajari hari ini? Jika susu di mangkok itu utuh, maka rumahku yang indah tidak tampak olehmu. Jika rumahku terlihat indah di matamu, maka susunya tumpah semua. Sama seperti itulah kehidupan, harus seimbang. Seimbang menjaga agar susu tidak tumpah sekaligus rumah ini juga indah di matamu. Seimbang membagi waktu untuk pekerjaan dan keluarga. Semua kembali ke kita, bagaimana membagi dan memanfaatkannya. Jika kita mampu menyeimbangkan dengan bijak, maka pasti kehidupan kita akan harmonis".
Seketika itu si pemuda tersenyum gembira, "Terima kasih, Pak. Tidak diduga saya telah menemukan jawaban kegelisahan saya selama ini. Sekarang saya tahu, kenapa orang-orang menjuluki Bapak sebagai orang yang bijak dan baik hati".

sumber:nomor1.com

Kamis, 16 Februari 2017

Hidup Untuk Memberi



Suatu sore hari pada saat aku pulang  dengan mengendarai sepeda motor, aku disuguhkan suatu drama kecil yang sangat menarik, seorang anak kecil berumur lebih kurang sepuluh tahun dengan sangat sigapnya menyalip disela-sela kepadatan kendaraan disebuah lampu merah perempatan jalan di sebuah kota .
CINTAI ANAK2MU 
Dengan membawa bungkusan yang cukup banyak diayunkannya sepeda berwarna biru muda, sambil membagikan bungkusan tersebut ,ia menyapa akrab setiap orang, dari Tukang koran , Penyapu jalan, Tuna wisma sampai Pak polisi.
Pemandangan ini membuatku tertarik, pikiran ku langsung melayang membayangkan apa yang diberikan si anak kecil tersebut dengan bungkusannya, apakah dia berjualan ? ?kalau dia berjualan apa mungkin seorang tuna wisma menjadi langganan tetapnya atau???, untuk membunuh rasa penasaran ku, aku pun membuntuti si anak kecil tersebut sampai disebrang jalan , setelah itu aku langsung menyapa anak tersebut untuk aku ajak berbincang-bincang. De, ?boleh kakak bertanya? ? silahkan kak, kalau boleh tahu yang barusan adik bagikan ketukang koran, tukang sapu, peminta-minta bahkan pak polisi, itu apa ?, oh? itu bungkusan nasi dan sedikit lauk kak, memang kenapa kak!, dengan sedikit heran , sambil ia balik bertanya. Oh.. tidak! , kakak Cuma tertarik cara kamu membagikan bungkusan itu, kelihatan kamu sudah terbiasa dan cukup akrab dengan mereka. Apa kamu sudah lama kenal dengan mereka?
Lalu ,Adik kecil ini mulai bercerita, ?Dulu ! aku dan ibuku sama seperti mereka hanya seorang tuna wisma ?,setiap hari bekerja hanya mengharapkan belaskasihan banyak orang, dan seperti kakak ketahui hidup di Jakarta begitu sulit, sampai kami sering tidak makan, waktu siang hari kami kepanasan dan waktu malam hari kami kedinginan ditambah lagi pada musim hujan kami sering kehujanan, apabila kami mengingat waktu dulu, kami sangat-sangat sedih , namun setelah ibu ku membuka warung nasi, kehidupan keluarga kami mulai membaik.
Maka dari itu ibu selalu mengingatkanku, bahwa masih banyak orang yang susah seperti kita dulu , jadi kalau saat ini kita diberi rejeki yang cukup , kenapa kita tidak dapat berbagi kepada mereka.
Yang ibu ku selalu katakan ? hidup harus berarti buat banyak orang ?, karena pada saat kita kembali kepada Sang Pencipta tidak ada yang kita bawa, hanya satu yang kita bawa yaitu Kasih kepada sesama serta Amal dan Perbuatan baik kita , kalau hari ini kita bisa mengamalkan sesuatu yang baik buat banyak orang , kenapa kita harus tunda.
Karena menurut ibuku umur manusia terlalu singkat , hari ini kita memiliki segalanya, namun satu jam kemudian atau besok kita dipanggil Sang Pencipta,? Apa yang kita bawa??. Kata-kata adik kecil ini sangat menusuk hati ku, saat itu juga aku merasa menjadi orang yang tidak berguna, bahkan aku merasa tidak lebih dari seonggok sampah yang tidak ada gunanya,dibandingkan adik kecil ini.
Aku yang selama ini merasa menjadi orang hebat dengan pendidikan dan jabatan tinggi, namun untuk hal seperti ini, aku merasa lebih bodoh dari anak kecil ini, aku malu dan sangat malu. Yah.. Tuhan, Ampuni aku, ternyata kekayaan, kehebatan dan jabatan tidak mengantarku kepada Mu
Terima kasih adik kecil, kamu adalah malaikat ku yang menyadarkan aku dari tidur nyenyak ku.
"Hidup akan berarti jika kita mau membagikan sesuatu untuk orang lain dan tidak hanya fokus untuk menyenangkan diri kita sendiri "

Rabu, 15 Februari 2017

Keikhlasan Hati Amir

Keikhlasan Hati Amir Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Glkkglkkk.. “Uhhh leganya..” dalam benak amir. Melepas hausnya dengan air dari keran masjid…
Hari ini dia berjalan menyusuri jembatan gantung itu, di bawah teriknya matahari yang begitu menyengat siang itu, ya hanya inilah yang bisa dia lakukan untuk menyambung hidupnya dan adik-adiknya..
Dikaisnya lembar demi lembar tumpukkan sampah kertas itu..
“Ya Robb… huft, kenapa tak ada satu pun yang bisa kuambil… dan ku bawa pulang”, pikirnya.
Tapi dia terus berjalan tanpa menyerah, yang ada di benaknya hanyalah bagaimana caranya agar adik-adiknya tak kelaparan malam ini.

Piiimmm… suara klakson mobil yang mengejutkan amir saat itu.
“heyyy… loe punya mata nggak sih?!”, teriak orang dalam mobil itu.
“maaf mas, maaf…”, jawab amir, yang saat itu memang sedang melamun.

Mobil itu melaju dengan kencang, meninggalkan bayangan pedih dalam hati amir, dia selalu bermimpi bisa jadi orang kaya, agar adik-adiknya tak kelaparan lagi, dan mereka bisa bersekolah. Ya hanya itu keinginan terbesar amir..

“kak amir pulang… yeyeye..”, teriak adik-adiknya dari kejauhan..
Amir memandangi adiknya dengan pandangan yang begitu sakit, dia sedih karena hari ini dia tak bisa membawakan makanan enak untuk mereka..
“ini kita makan dulu, maaf ya kakak gak dapat banyak uang hari ini, jadi kita makan nasi bungk
... baca selengkapnya di Keikhlasan Hati Amir Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Selasa, 14 Februari 2017

Filosofi Memanah



Alkisah, di suatu senja yang kelabu, tampak sang raja beserta rombongannya dalam perjalanan pulang ke kerajaan dari berburu di hutan. Hari itu adalah hari tersial yang sangat menjengkelkan hati karena tidak ada satu buruan pun yang berhasil dibawa pulang. Seolah-olah anak panah dan busur tidak bisa dikendalikan dengan baik seperti biasanya.
PANAH MASA DEPAN 1 
Setibanya di pinggir hutan, raja memutuskan beristirahat sejenak di rumah sederhana milik seorang pemburu yang terkenal karena kehebatannya memanah. Dengan tergopoh-gopoh, si pemburu menyambut kedatangan raja beserta rombongannya.

Setelah berbasa-basi, tiba-tiba si pemburu berkata, "Maaf baginda, sepertinya baginda sedang jengkel dan tidak bahagia. Apakah hasil buruan hari ini tidak memuaskan baginda?"
Bukannya menjawab pertanyaan, sang raja malah beranjak menghampiri sebuah busur tanpa tali yang tergeletak di sudut ruangan. "Pemburu, kenapa busurmu tidak terpasang talinya? Apakah engkau sudah tidak akan memanah lagi?" tanya sang raja dengan nada heran dan terkejut.
PANAH MASA DEPAN 2
"Bukan begitu baginda, tali busur memang sengaja hamba lepas agar busur itu bisa ?istirahat'. Jadi, ketika talinya hamba pasang kembali, busur itu tetap lentur untuk melontarkan anak panahnya. Karena berdasarkan pengalaman hamba, tali busur yang tegang terus menerus, tidak akan bisa dipakai untuk memanah secara optimal".

"Wah, hebat sekali pengetahuanmu! Ternyata itu rahasia kehebatan memanahmu selama ini ya," kata baginda.
"Memang, kami turun temurun adalah pemburu. Dan pelajaran seperti ini sudah ada sejak dari dulu. Untuk memaksimalkan alat berburu, kebiasaan seperti itulah yang harus hamba lakukan. Mohon maaf baginda, masih ada pelajaran lainnya yang tidak kalah penting yang biasa kami lakukan."
"Apa itu?" tanya baginda penasaran.
"Menjaga pikiran. Karena sehebat apapun busur dan anak panahnya, bila pikiran kita tidak fokus, perasaan kita tidak seirama dengan tangan, anak panah dan busur, maka hasilnya juga tidak akan maksimal untuk bisa mencapai sasaran buruan yang kita inginkan"
.
Mendengar penjelasan si pemburu, tampak sang raja terkesima untuk beberapa saat. Tiba-tiba tawa sang raja memenuhi ruangan. "Terima kasih sobat. Terima kasih. Hari ini rajamu mendapat pelajaran yang sangat berharga dari seorang pemburu yang hebat."
Setelah cukup beristirahat, raja pun berpamitan pulang dengan perasaan gembira. Dan timbul keyakinan, lain kali pasti akan berhasil lebih baik.

Kita butuh keahlian dalam mengatur irama kerja dan saat kapan kita harus beristirahat, agar keefektivitasan kerja tetap terjaga. Dan, kemampuan (untuk) fokus dalam melakukan segala kegiatan harus mampu kita bina dan tumbuh kembangkan.
Dengan kemampuan mengunakan dua kekuatan tadi, tentu kita akan menjadi manusia yang efektif dalam menggeluti usaha dan pasti (hasilnya) akan maksimal dan memuaskan.

sumber:nomor1.com

Sabtu, 04 Februari 2017

Bahasa Benci



Saudara, mengapa engkau memelihara kebencian sebegitu dalam? Sementara engkau sedang berbaris mengikuti Sang Cinta tang Sejati? Mengapa kau berjuang membungkus kebencian itu dengan senyum kaku dan wajah ramah namun nampak sebuah rona serakah?

Kau selimuti kebencian itu dengan jumlah uang yang sejatinya bukan milikmu namun selalu engkau merasa sebagai milikmu. Engkau bereteriak memperjuangkan kejujuran dan keadilan sementara dibalik bajumu terselip belati tajam kebencian, engkau berteriak lantang seolah memperjuangkan keramahan namun di balik wajahmy yang tersenyum itu nampak ada sebuah keterpaksan.

Di dalam dirimu ada bagian-bagian penyusup yang sukanya berteriak bak pahlawan, laksana pejuang dengan tingkat kepandaian sang maestro, namun sejatinya hanyalah seekor kutu. Seekor kutu yang seketika terasa kuat akibat gigitannya, namun sebenarnya Cuma binatang kecil yang sekali sentuh, hancur berkeping-keping. Di dalammu, ada pemicu yang seolah bintang terang namun saat diajak melakukan apa yang diteriakannya, lari tunggang langgang seperti rusa mendengan kedatangan singa.

Kau mengatakan meniti jalan cinta, namun hanya kemunafikan yang  menjadi nafasmu. Tidak usahlah berguru sampai ke pedalaman bumi untuk bisa membaca gerakmu. Gerakmu masih mentah, masih mudah dibaca oleh siapa saja. Ingatlah saudara, kita hidup di dalam tata hukum alam semesta. Hukum yang adil, yang tidak bisa ditipi oleh apa dan siapa.
Dirimu bisa menipu sesamamu, namun alam raya, alam semesta ini tidak mungkin bisa kau tipu.  Bahkan sebenarnya, engkau tidak bisa menipu dirimu sendiri. Kecewamu pada satu sisi, sudah membutakan matamu untuk selaksa kebaikan sesamamu.  Ingatlah, alam ini punya caranya sendiri untuk menata keteraturannya, menata keharmonisan tata laku hidupnya. Benci yang engkau tanam, sudah bertunas,sudah bertumbuh, dan sepertinya segera berbuah. Kebencianmu terhadap saudaramu sudah semakin tiada terkendali, sementara engkau berteriak sedang meniti jalan cinta.

Seperti minyak dan air, serupa namun sangat berbeda, demikian juga bencimu,meski engkau gemakan cinta,namun tetaplah benci. Hanya saja, belajarlah dari keadilan semesta, bahwa dia tidak mungkin akan bisa diatur oleh dirimu.
Salam

Jumat, 03 Februari 2017

Junjung yang Tinggi, Tanam yang Dalam (Local Wisdom 3)

Junjung yang Tinggi, Tanam yang Dalam (Local Wisdom 3) Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Oleh: Agung Praptapa

Para marketer memiliki seribu satu cara untuk memasarkan produknya, namun word of mouth (WOM) diyakini sebagai cara pemasaran yang paling efektif. WOM merupakan strategi pemasaran melalui referensi orang lain. Jadi, dari mulut ke mulut. Nampaknya ini sangat tradisional, namun sulit untuk disangkal bahwa cara ini sangat efektif.

Tidak terbatas pada pemasaran produk, memasarkan nama baik perusahaan (corporate value) maupun nama baik seseorang (personal value) juga sangat tepat melalui pendekatan dari mulut ke mulut. Disinilah kekuatan omongan seseorang. Lihat saja bagaimana acara infotainment di hampir semua stasiun televisi selalu mendapatkan rating pemirsa yang tinggi. Itu karena orang lebih percaya dengan omongan orang dari pada informasi bentuk lain. Sayangnya, orang sering lupa, bahwa hal-hal yang negatif dari perusahaan maupun seseorang juga akan mudah dipercaya melalui mulut ke mulut.

Mari kita amati dilingkungan kerja kita. Sering kita dapati orang yang berkicau saat memiliki informasi negatif tentang seseorang. Tanpa diteliti ulang benar tidaknya informasi t
... baca selengkapnya di Junjung yang Tinggi, Tanam yang Dalam (Local Wisdom 3) Cerita Motivasi dan Inspirasi Nomor 1

Rabu, 01 Februari 2017

IBU PERKASA



Usianya sekitar 50an tahun. Kulitnya legam, bukan karena keturunan namun karena sengatan matahari saat kemarau menyapa negeri ini. Wajahnya sudah mulai muncul titik-titik keriput, meski keriput itu disebabkan oleh pergumulan dan perjuangan. Dengan menggendong tenggok sebagai tempat tempe sebagai  barang dagangannya, ibu itu berjalan dan terus berjalan. 
Di dalam tenggok itu, selain tempe ada aneka macam sayuran, bumbu dapur, beberapa makanan ringan. Selalu stiap pagi pekerjaan itu dikerjakannya.
Menurut ibu itu, sebelum bersiap berkeliling ke kampung sebelah, pagi sekitaran pukul 03.00 atau subuh, sudah harus bangun. Menyalakan api di tungku tradsional,merebus air, memasak nasi, memasak kedelai untuk bahan dasar tempe. Sembari  memasak, si ibu menyiapkan dagangan yang akan dijualnya. Setelah semuanya siap, sebelum matahari terbit, si ibu sudah harus bergegas meninggalkan rumah kediamannya yang sederhana, berkeliling menuju kampung tetangga. Kampung yang cukup jauh, mesti mendaki bukit di sebelah barat kampung si ibu itu. Mendaki bukit dengan menggendong barang dagangan. Tidak pernah nampak ada penyesalan ataupun kekecewaan.
Menurut ibu itu, pekerjaan itu mesti dikerjakan dengan tulus dan bersyukur. Apa yang digendong itu bukanlah beban atau barang. Yang digendongnya adalah harapan. Dia menjual kehidupan, bahan makanan yang akan dikonsumsi oleh sesame, oleh saudara dan handai taulan. Menurut si ibu, berjualan semenjak lulus SR, kemudian setelah menikah, di sela-sela momong anak-anaknya, berjualan adalah nafas kehidupan. Bagi si ibu, menggendong dagangan seolah menggendong anal-anaknya, menggendong amsa depan-anak-anaknya.
Masih menurut si ibu, biasanya usai berjualan keliling sekitar jam 8 pagi, kemudian pulang. Sepanjang jalan pulang, menyempatkan mencari ranting-ranting kering untuk bahan bakar tungku dapurnya. Masih juga mencari daun jati, untuk membungkus tempe yang akan dijual esok hari. Sesampainya di rumah, meletakkan tenggok, beristirahan sembari menyiapkan segala kebutuhan untuk memasak sayur, atau selalu dikatakan Jangan (Istilah menu sayur). Tidak ada waktu untuk benar-benar bersantai. Semua adalah aktifitas.

Saat jangan sudah matang,  dilanjutkan dengan mematangkan bahan dasar tempe, kemudian makan. Usai makan siapg, siap untuk membungkusi bahan tempe yang akan dijual esok harinya. Semua itu adalah aktifitas yang rutin dikerjakan si ibu berusia 50an tahun. Hingga kemudian, sakit menyapanya. Awal tidak pernah diperhatikannya, dan seiring anak-anaknya usai menyelesaikan sekolahnya, sakit itu makin dirasakan menggerogoti raganya. Namun tiada pernah keluh kesah keluar dari mulut si ibu itu. Selalu senyum yang diberikan, kepada siapapun, baik anak-anak maupun suami dan siapa saja.

Sakit itu mungkin kode dari Sang Pemilik Hidup, agar umat ciptaanNya segera menyelasikan kehidupan dunia yang penuh perjuangan ini. Hingga akhirnya, sakit itu membukakan “Jalan Pulang” ke rumah keabadian.  Pulanglah dengan damai dan senyuman wahai ibu perkasa, yakinlah, jalan perjuanga yang kau teladankan akan menjadi inspirasi untuk siapa saja yang dekat denganmu. Juga, kedua anak-anakmu, dan saat ini mungkin cucu-cucumu akan ikut meneladani semangatmu.  Wahai ibu perkasa, suamimu, bapak dari dua anak lelakimu, menyusulmu 9 tahun kemudian, semoga engkau sudah bersua, dalam kedamaian kekal yang tidak mungkin dilukiskan dengan bahsa kefanaan.

Sebuah kenangan Saat Hujan Sore dan Menikmati Tempe Goreng

Komunikasi Yang Sempurna




“Bapak, saya minta tolong ya. Sebelumnya mohon maaf jika saya yang lebih muda ini meminta tolong ke bapak. Saya minta tolong diambilkan gelek (makanan ringan dengan bahan dasar tepung terigu dan gula dan dihiasi wijen. Di daerah lain dinamakan onde-onde)”. Ungkap seorang pembawa sebuah diskusi kerohanian.

Sebentar kemudian si bapak yang bertubuh kecil namun kekar, dengan kumis danjambang yang sudah mulai terlihat memutih bergegas mengangkat sebuah piring yang berisi beberapa jenis makanan ringan, yang salah satunya gelek tersebut.
“Bapak..saya minta satu saja, buka satu piring”, Sergah  si pembawa diskusi. Kemudian si bapak itu meletakkan piring, mengambil satu biji gelek dan menyerahkan ke si moderator diskusi. 
Komunikasi tidak akan pernah sukses jika tanpa pengertian dan ksepahaman bersama. Di dalam hal ini, mendengarkan dengan seksama sangat diperlukan. Meminta satu biji, sebuah permintaan yang jelas. Namun mungkin karena budaya Jawa yang penuh ewuh-pekewuh, sering orang gagal memahami maksut sebenarnya dari permintaan seseorang terhadap dirinya.   
Untung saja dalam narasi tadi terjadi lalu-lintas komunikasi yang serasi, saat dirasa sesuatu yang diminta berbeda, kemudian diingatkan dan terjadi penggantian barang, maka saat itu sukseslah komunikasi. Berbeda halnya jika tidak ada iklim komunikasi dan relasi yang baik, saat melihat yang diberikan berbeda denganyang dikehendaki,dan tidak diadakah “dialog lanjutan”, maka bisa membuka kemungkinan retaknya relasi dan komunikasi.
Bisa jadi yang meminta menggerutu dan kemudian menyebarkannya ke orang lain, maka timbulah kasak-kusuk. Kasak-ksuk juga bisa berakibat lebih parah…silakan bayangkan jika yang diminta (diajak komunikasi) mendengar gerutuan, pasti akan marah dan seterusnya. Itulah dunia komunikasi. Ada banyak komungkinan timbul dari padanya. Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang membebaskan relasi. Jika ada yang dirasa kurang, maka segera benahi. Karena dengan komunikasi yang baik, akan memberi dampak luar biasa untuk kehidupan.

Dalam sebuah narasi suci, seorang murid Sang Guru Agung mendapat informasi bahwa ibu mertuanya sakit. Kemudian sang murid itu berkomunikasi dengan Gurunya, mengundangNya mampir dan menyembuhkan mertuanya. Bisa pembaca bayangkan, betapa baiknya komunikasi Si Menantu dengan Si Mertua. Dan akibat dari indah dan baiknya relasi mereka, ada sakit yang tersembuhkan. Buka itu saja, banyak orang bisa mendapatkan kesempatan menikmati indahnya komunikasi dengan melihat kehadiran Sang Guru Agung itu.

Pertanyaan sederhana untuk siapa saja. Sudah baikkah komunikasi dan relasi anda? Dengan anak,suami, istri,orangtu dan juga mertua?Silakan rasakan, enak mana komunikasi yang rusak dan komunikasi yang baik..

Salam komunikasi indah dalam relasi yang baik