Selasa, 07 April 2015

Nasehat Bijak dari Ikan Uceng




NASEHAT BIJAK DARI KEHIDUPAN IKAN DI SUNGAI
Sore itu,suasana langit cerah, hanya beberapa gelintir yang perlahan melaju di atas pucuk bukit sebelah barat daya kampung kami. Cerahnya sore membuat kami sekeluarga hendak menikmatnya dengan berjalan-jalan,menyusuri pinggiran kampung yang meniti pinggiran sungai pegunungan. Gemericik air yang bening seolah simponi purbakala, menjadikan kami seperti menikmati nyanyian surga. Beberapa kupu-kupu berterbangan mencoba menghindari laju langkah kami berempat,dan beberapa burung pipit juga terkaget lalu terbang menghindari kami,meski kami takhendak mengusiknya.
Di ujung jalan setapak, di bawah bukit rimbun dengan pepohonan bamboo,kami berhenti. Memasuki cekungan sungai yang bening airnya. Saking beningnya sampai kami bisa melihat dengan jelas ikan-ikan bermain dalam riang gembira bersama dengan teman-temannya. Anak-anakku terlihat senang dan kemudian masuk hendak mengejar ikan-ikan itu. Kami biarkan saja,istriku membasuh muka dengan air bening itu.
Akupun tergoda  bermain air dengan anak-anakku. Kemudian menjeburlah aku,bermain air dan kejar-kejaran sepuasnya. Sungguh segar air pegunungan ini, bagai air Firdaus saat kali pertama dijamah Adam. Diatas langit semakin terlihat biru,pantulan laut biru yang cerah. Semilir angin sore itu sangat segar menyentuh kami,dan kulihat semilir angin itupun mempermainkan rambut istriku, ibunya anak-anak yang dibiarkan tergerai panjang.anak-anakku semakin asyik bermain, anak nomer duaku dengan agak takut-takut mengikuti kakaknya mengejar ikan-ikan yang berlarian dan bersembunyi di balik batu-batu gunung itu.
Akibat rengekan anak-anakku, akupun menangkapkan satu ekor ikan sungai itu. Bentuknya sederhana,namun lukisan tubuhnya sungguh amat sempurna. Lonjong dan bening,masyarakat di sekitar kami menamakannya Uceng. Lalu kami pulang.
Sesampai di rumah,kami mengambil toples bening,sesuai pinta anakku. Kemudian ikan uceng itu dimasukkan. Aku diam saja, anak-anakku terlihat senang bukan kepalang. Digodanya ikan itu,tangan di masukkan dan toples di goyang-goyang. Ikan uceng itu terlihat bingung,gelisah dan akibatnya makanan yang diberikanpun tak dimakannya. Esoknya, ikan itu Nampak lemas,ibunya menasehati,bahwa ikan itu sedih karena dipisahkan dengan saudara-saudaranya dan tempat tinggalnya. Namun kedua anakku tetap tidak mau melepaskan kembali ikan uceng itu.
Sore usai pulang sekolah,anak-anakku kembali menengok toples dan ikan ucengnya. Semakin diam dan lemas. Namun tetap tidak mau anak-anakku melepaskannya. Kemudian, aku mengajak kedua anak-anakku ke ruangan belakang tempat tinggal kami,keduanya kami masukkan ke dalamnya, kemudian kami kunci. Kami kemudian pergi meninggalkan ruangan itu,dan menagislah kedua anak kami itu. Semakin keras dan kemudian kami kembali.
“Ikan itu juga seperti kalian di kamar belakang itu. Sedih dan susah karena berpisah dengan keluarganya,maka jika kalian tidak mau dipisahkan, jangan memisahkan. Ikan itu sudah diberi tempat saat dicipta oleh Sang Maha Kuasa”
Kemudian, sadarlah anak-anak kami dan mengajak kami mengembalikan ikan Uceng itu ke tempat semula.
Keindahan dan kesenangan diri,terkadang didapat dengan merampas kesukacitaan yang lain. Tuhan telah memberi ruang untuk masing-masing ciptaanNya,jangan dirampas!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH