Di
Sebuanh POM Bensin Pagi ini
Cuaca serah membuka hari ini,seusai sepanjang
malam hujan seolah tertumpah tiada kendali. Sisa-sisa hujan masih nampak jelas
di tubuh bumi, basah dan beberapa bagian kotor akibat jalur air tersumbat
akibat ulah makluk hidup berjenis manusia. Daun-daun juga masih basah dan di
ujung-ujungnya nampak butiran-butiran embun yang membiaskan warna pelangi yang
indah, sayang, tidak semua manusia mau meluangkan waktu menikmati indahnya
pagi. Mereka semua sudah dipenjara oleh rutinitas aktifitas yang kesemuanya berujung
pada uang dan harta benda. Sungguh ironis memang.
Usai mengantarkan anak ke sekolah,sebelum kembali
pulang,mampirlah aku di sebuah POM bensin. Di pinggir jalan yang kebetulan pagi
ini tidak begitu padat antriannya. Segera kutempatkan motor yang sudah hampir 9
tahun menemaniku, meski bukan milikku, dibelakang motor yang lain yang datang
lebih dahulu. Ini yang selalu kujalani sekaligus selalu kupraktekan demi
mengajari anak-anakku memiliki budaya antri. Dengan antri berarti menghargai
yang lain dan dengan tindakan ini maka harmonisitas hidup akan terjaga. Demikian
juga di POM Bensin ini, meski tidak saling kenal dan tidak saling sapa namun
budaya antri nampak mulai tertanam (Kembali?) di negeri ini. Namun...
Brakkkkkk!!!!, Sebuah motor menabrak bagian
belakang motor yang saya pakai (sekali lagi bukan motor saya lho ya..), hampir
jatuh kurasakan. Aku tengok ke belakang, nampak seorang ibu-ibu,berpakaian
safari Pegawai Negri Sipil dengan kode nama dan NIM di saki bajunya dan juga
memakai identitas agama tertentu. Nampak tergesa dan kemudian tanpa
berkomunikasi langsung nyosor mengambil tempat antrian lebih ke depan. Semua orang
mengalihkan perhatian ke arah ibu-ibu itu,namun diam saja.
“Mas...tulung didisikne ya, meh telat...mesakne
murid-muridku” (Mas tolong didahulukan ya, hampir telat, kasian para siswaku). Semua
orang masih diam,namun kemudian ada seorang bapak-bapak setengah baya, memakai
motor tua,keluaran tahun 80an dan kalau masih ada tulisannya mungkin di samping
motor itu akan ada tulisan “Star” menunjuk merk tertentu.
“Bu Guru, lha kalau ibu guru saja tidak pernah
mengajari bagaimana menghargai orang lain dan selalu minta di dahulukan,
bagaimana dengan murid-murid ibu?”, Hanya bertanya demikian keudian si bapak
melanjutkan perjalanan. Aku tertegun, jangan-jangan banyak para korps pendidik
yang berlaku demikian,dan mentang-mentang PNS lalu beritndak seolah yang paling
berpengaruh?Lalu, bagaimana ajaran budi pekerti yang diajarkan ke para siswa?
Walahuallam..
Salam semesta...300415
Tidak ada komentar:
Posting Komentar