Kamis, 30 April 2015

Kalau Pendidiknya begini, mau seperti apa anak didiknya?


Di Sebuanh POM Bensin Pagi ini
Cuaca serah membuka hari ini,seusai sepanjang malam hujan seolah tertumpah tiada kendali. Sisa-sisa hujan masih nampak jelas di tubuh bumi, basah dan beberapa bagian kotor akibat jalur air tersumbat akibat ulah makluk hidup berjenis manusia. Daun-daun juga masih basah dan di ujung-ujungnya nampak butiran-butiran embun yang membiaskan warna pelangi yang indah, sayang, tidak semua manusia mau meluangkan waktu menikmati indahnya pagi. Mereka semua sudah dipenjara oleh rutinitas aktifitas yang kesemuanya berujung pada uang dan harta benda. Sungguh ironis memang.
Usai mengantarkan anak ke sekolah,sebelum kembali pulang,mampirlah aku di sebuah POM bensin. Di pinggir jalan yang kebetulan pagi ini tidak begitu padat antriannya. Segera kutempatkan motor yang sudah hampir 9 tahun menemaniku, meski bukan milikku, dibelakang motor yang lain yang datang lebih dahulu. Ini yang selalu kujalani sekaligus selalu kupraktekan demi mengajari anak-anakku memiliki budaya antri. Dengan antri berarti menghargai yang lain dan dengan tindakan ini maka harmonisitas hidup akan terjaga. Demikian juga di POM Bensin ini, meski tidak saling kenal dan tidak saling sapa namun budaya antri nampak mulai tertanam (Kembali?) di negeri ini.  Namun...
Brakkkkkk!!!!, Sebuah motor menabrak bagian belakang motor yang saya pakai (sekali lagi bukan motor saya lho ya..), hampir jatuh kurasakan. Aku tengok ke belakang, nampak seorang ibu-ibu,berpakaian safari Pegawai Negri Sipil dengan kode nama dan NIM di saki bajunya dan juga memakai identitas agama tertentu. Nampak tergesa dan kemudian tanpa berkomunikasi langsung nyosor mengambil tempat antrian lebih ke depan. Semua orang mengalihkan perhatian ke arah ibu-ibu itu,namun diam saja.
“Mas...tulung didisikne ya, meh telat...mesakne murid-muridku” (Mas tolong didahulukan ya, hampir telat, kasian para siswaku). Semua orang masih diam,namun kemudian ada seorang bapak-bapak setengah baya, memakai motor tua,keluaran tahun 80an dan kalau masih ada tulisannya mungkin di samping motor itu akan ada tulisan “Star” menunjuk merk tertentu.
“Bu Guru, lha kalau ibu guru saja tidak pernah mengajari bagaimana menghargai orang lain dan selalu minta di dahulukan, bagaimana dengan murid-murid ibu?”, Hanya bertanya demikian keudian si bapak melanjutkan perjalanan. Aku tertegun, jangan-jangan banyak para korps pendidik yang berlaku demikian,dan mentang-mentang PNS lalu beritndak seolah yang paling berpengaruh?Lalu, bagaimana ajaran budi pekerti yang diajarkan ke para siswa?
Walahuallam..
Salam semesta...300415

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH