“MEMANDANG”
Yohanes 3:14-21
Memandang adalah sebuah
aktifitas lumrah untuk manusia. Lumrah untuk manusia mencermati da juga
sekaligus mengamati sebuah peristiwa. Memandang berbeda dengan melihat,
meskipun indera utama yang dipergunakan adalah Mata. Melihat hanya sebuah
pekerjaan organ tubuh yang sekilas, sebentar atau malah sekejab. Melihat hanya
mempergunakan satu fokus indera, yaitu MATA. Sementara memandang memerlukan
ketelitian,konsentrasi, konsentrasi, fokus,waktu yang lebih lama dibandingkan
dengan aktifitas melihat. Memandang, suatu pekerjaan yang biasa, lumrah dan
juga wajar, namun sering tidak begitu dalam diberi makna. Ada orang bisa
melihat namun tidak bisa memandang, sementara ada orang yang bisa memandang
namun tiada bisa melihat. Dalam kasus ini, yang bisa memandang adalah mereka
yang mau hening dan merendahkan diri.
Golgota, puncak kasih
Yesus diwujudnyatakan. Puncak yang menjadikan segenap pengiring perarakan Yesus
yang sengsara itu bisa mendongak untuk melihat Yesus yang tersalib. Menongak
untuk menyaksikan Yesus mengekspresikan Cinta TulusNya untuk manusia. Namun
sebelum sampai ke puncak, ke atas Golgota, rombonga pengikut perarakan Yesus
(dulu dan sekarang) di ajak untuk melihat diri sendiri lebih dalam. Di ajak
untuk MEMANDANG diri dan hidupnya untuk kemudia mampu MEMANDANG kasih Allah di
dalam Yesus.
Hidup beriman kita adalah
hidup yang berjalan terus. Berjalan untuk selalu berjumpa dengan aneka
peristiwa. Ada kepedihan, ada kemiskinan, ada bencana, ada kemalangan, ada
penindasan, ada kekacauan, ada peperangan dan masih banyak lagi,,ada,,ada
Semuanya laksanan menu/hidangan yang tersedia untuk kita santap dan kita
nikmati . perjumpaan adalah kesempatan kita untuk “Memandang” yang kita jumpai.
Apakah pengalaman yang kita jumpai itu menuntun kita untuk melihat Kasih
Karunia Tuhan kepada kita sebagai manusia yang berdosa dan telah menjadi
sasaran Kasih allah untuk di selamatkan?
Dalam “Perjumpaannya”
dengan Nikodemus, Yesus mengajak Nikodemus untuk memandang. Untuk melihat lebih
dalam. Dan awal dari proses MEMANDANG ke luar itu mesti dimulai dengan
memandang ke dalam. Melihat diri secara jujur dan utuh. “Lihatlah dirimu
sepenuhnya, niscaya kau aka melihat Tuhan!”Ini menjadi sangat penting untuk
kita memaknai Kasih Karunia Allah yang begitu besar sampai merelakan anakNay
untuk yang dikasihiNya. Memandang Kasih Allah, bukan sekedar melihat, mengerti,
paham dan tahu saja. Namun memandang melintasi segalanya. Memandang menjadikan
kita terhanyut ke dalam apa yang kita pandang. Dan kalau kita MEMANDANG ALLAH
dengan segala kasihnya itu, adalah kita merasakan betapa berharganya kita di
hadapan Tuhan?
Memandang Kasih Allah.
Sebuah kalimat yang pendek dan sederhana, namun sulit untuk diaktualisasikan.
Kita mungkin belum mampu memandang, baru dalam tahap melihat.
Pra paskah IV ini, kita
di ajak untuk belajar memandang kasih serta Kemuliaan Allah yang ditujukan
kepada kita. Sudahkah kita memandangnya atau sekedar melihat atau malah
menolehnya saja?
Selamat Bergumul untuk
mampu memandang, bukan sekedar melihat...
Diantara gemuruh angin dinihari, 15 Maret 2015..01.20-02.25.
Mbahndito,,,