Jumat, 25 November 2016

TENTANG HUJAN



Hujan tahun ini sungguh berbeda dengan tahun-tahun yang sudah aku lalui. Setahuku,iklim tropis negeri kami memilah musim menjadi dua, kemarau dan penghujan. Kemarau ada di bulan april sampai oktober,sedangkan oktober sampai april,biasanya, musim hujan. Namun sudah beberapa tahun terakhir, musim sulit diprediksi. Namun demikian,kami mulai mengerti maksut alam bahwa kami hanya diminta untuk tunduk kepada alam.
Hari ini, penghujung November, hujan selalu turun setelah lewat tengah hari. Pun demikian dengan hari ini, hujan sudah berkunjung saat tengah hari belum jua terlewati. Dalam derasnya hujan, kutempuh perjalanan dengan sukaria, karena memang hujan adalah karunia. Dalam perjalanan, kami lebih berhati-hati,lebih pelan dan dengannya kami bisa menikmati perjalanan,meski terhalang derasnya hujan. 

Aliran air seolah membentuk sungai-sungai kecil di sekitar jalan yang kami lalui. Dan hujan masih tetap setia menyerang bumi. Ada ketertundukan oleh hujan,tidaklah mendanak karena jika mendangak, wajah tiada kuat menahan surahan air hujan. Beberapa anak-anak terlihat bermain di sekitar sawah,seolah tidak takut bahaya hujan, namun tulah anak,bahayapun dianggapnya sebagai medan permainan.

Sesampainya di tempat tinggal kami (bukan rumah sendiri,sehingga takut berkata sampai di rumah), disambut dengan semakin derasnya hujan. Membuka pintu dan kudapati air tertumpah dari atas. Ternyata gentingnya bocor,internit itu sudah basah dan terlihat peta pembusukan. Kami mengambil ember, menjadikannya tempat penampungan air hujan. Beberapa tempat nampak licin akibat air hujan itu. Sempat agak kesal juga,karena sat letih  mendera, justru pekerjaan menanti. Rumah tinggal ini sudah butuh diperhatikan lebih..namun siapa yang mesti memperhatikan?

Dari hujan aku bisa menemukan banyak pelajaran. Ada kejujuran di sana, jujur melihat bahwa barang itu sudah tua dan rusak, maka air hujan akan menghakiminya. Di sini doa dan harapan baik,masih kurang sempurna untuk merenovasi,butuh biaya dan tenaga. Dari hujan juga aku bisa belajar,bahwa licin itu membutuhkan kehati-hatian yang ekstra. Dari hujan pula aku belajar melihat bahwa hidup ini bagaikan sebuah perjalanan yang mesti dinikmati, bukan sekedar dilalui..

Akhh..hujan, selalu aku akan merindu dirimu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH