Sebuah keluarga yang (terlihat) bahagia. Dengan dua anak
yang masih kecil-kecil,sangat mengemaskan. Bapaknya adalah seorang eksekutif
muda yang sangat enerjik,sedangkan ibunya adalah seorang perempuan biasa yang
sangat setia. Mereka tidak hidup di kota besar,meski tidak juga hidup di sebuah
desa nun jauh dari kota.
Sebagai seorang eksekutif muda yang sukses, itu terlihat dari
rumah dan jenis mobilnya, bapak dari keluarga ini selalu berangkat kerja sedari
pagi dan hampir selalu pulang saat hampir larut malam. Dalam benaknya sudah tertanam, bahwa dengan kekayaan maka
semuanya akan beres.
Di dantornya, ada seorang cleaning service, orang desa
yang sangat lugu, Dalijo namanya. Selalu setiap pagi,Bapak muda ini minta
dibuatkan kopi dan saat menjelang malam,juga demikian. Bukan hanya kopi,
makanan,minuman yang lain, sering ia meminta khusus kepada Dalijo, dan karyawan
bawahan yang lugu dan polos itu dengan senang hati mengerjakannya, karena
selalu ada tips untuknya.
Suatu waktu, saat sore, kebetulan hujan, di ruangan kerja
bapak itu,saat Dalijo mengantarkan kopi sore, Bapak itu bertanya.
“Jo, kamu sudah menikah belum?”
“Walah, bapak ini. Saya wajah rancu kaya gini kok ditanya
gitu”, Jawab Dalijo polos.
“Aku tanyanya sudah nikah atau belum, bukan nanya
kualitas wajahmu Jo. Semua sudah tahu kualitas wajahmy. Pertanyaanku itu
jawabnya sudah atau belum!”, Jawab Bapak itu.
“Anu pak..ya belum ta.” JAwab Dalijo agak gugup. “Apa
bapak mau njodohin saya?”,
Tiba-tiba ada keberanian Dalijo bertanya.
“Ya kalau kamu mau, itu dengan pembantu di rumahku. Masih
perawan Jo, usianya sama dengan kamu”,Urai si bapak itu.
“Akhh, enggaklah pak, saya belum mau menikah. Takut tidak
bisa mengatur keluarga, tidak bisa memberi perhatian kepada anak dan istri,
terutama anak. Lha bapak ini, kapan waktunya dengan anak-anak? Setiap hari
kerja..kerja..kerja. kasihan lho pak. Nanti kalau anak-anak bapak, dan istri
bapak protes bagaimana?”, Tiba-tiba Dalijo nerocos mengatakan sesuatu tentang
kondisi keluarga atasannya itu.
“Kamu sok tahu Jo, lha wong nikah aja belum gitu kok” Jawab bapak sang eksekutif muda itu. Namun dmeikian,
ada sebaris kegelisahan dari wajah bapak itu, akibat peringatan Dalijo.
“Pak, doa saya, bapak akan mendapat peringatan lho dari
anak bapak. Yakin deh, lha wong saya ini jelek-jelek gini suka tirakat, jadi
sedikit bisa ngerti sakdurunge winarah. Tahu
sebelum sesuatu terjadi. Sudah ya pak,saya mau pulang, Kambing saya belum saya
sapa, mumpung belum malam, masih remang-remang.” Menjawab begitu Dalijo segera
beranjak,pulang meninggalkan bapak boss itu yang terbengong dengan sejuta
galau.
Bapak eksekutif muda itu gelisah berlanjut,kemudian
menata berkas pekerjaannya. Lalu pulang. Dan sesampainya di rumah, ia melihat
anak-anaknya sedang belajar. Ia melihat keceriaan mereka, namun seperti ada ang
terhilang.
“Tumben ja segini sudah pulang yah?”, Tanya istrinya
dalam sambutan ceria.
“Iya”, Jawab sang suami pendek. Segera ke kamar,melepas
pakaian kerja, ke ruang di mana
anak-anaknya berada.
“Ya, begitu, kalian yang rajin belajar ya”, Sapa bapak
itu kaku dan tanpa intonasi keakraban. Kemudian menuju kamar mandi, mandi dan
kembali ke ruang di mana anak dan istri berada. Aneh, justru saat ada bapaknya,
keceriaan anak-anak lenyap. Seperti ada jarak yang membuat kaku suasana.
“Yah, beri waktu untuk anak-anak. Mereka butuh ayah”,
Sapa istrinya.
“Yang penting kebutuhan mereka lebih dari cukup. Maina,
makanan, asurasi,biaya hidup mereka cukup”,Jawab si Suami.
“Tapi mereka sering bertanya ayah, mereka butuh sapaan
ayah yang tulus”, Bantah istrinya. Tanpa menjawab, sang suami memasuki ruang
kerjanya. Kembali menyibukan diri dengan pekerjaan kantornya. Dan tanpa diperkirakannya, anak
bungsunya, berusia sekitar 5 tahun, masuk ke kamar.
“Yah, aku butuh waktu ayah”, Sapa anak itu polos.
“Akhh.ayah kerja..kerja.. Ini kerja juga buat kamu juga”,
Ketus bapak itu menjawab.
“Ayah, dalam sehari, berapa penghasilan ayah?”, Dengan berani anak
itu bertanya. Bapaknya heran, namun lebih terlihat kesal.
“200 ribu!”,Jawab bapaknya itu.
“Yah, aku minta uang, lima belas ribu saja”, Rengek anak
itu. Dan demi tidak diganggu anaknya, bapak itu segera memberikan uang sebesar
yang diminta anaknya. Lalu setelah menerima uang itu,anak itu beranjak pergi.
Bapak itu melanjutkan pekerjaannya, namun dengan
kegalauan tingakat tinggi. Dia merasa seolah-olah pesan si Dalijo, CS di
kantornya itu akan terbukti. Lalu ia membereskan pekerjaannya, kemudian menuju
ke kamar anaknya. Tidak tahu juga mengaja tiba-tiba dia melakukan hal itu.
Sesampainya
di kamar anaknya, dilihatnya anaknya tertidur, tengkurap, dengan bantal
menutupi kepalanya. Iba tiba-tiba menyelimuti bapak itu. Perlahan,ia dekati
anaknya, angkat bantal yang tidak dipakai untuk alas, malah untuk menutupi
kepala.
Dan saat ia angkat anaknya, ia menemukan sehelai
kertas,dalam lipatan. Penasaran dengan lipatan kertas itu, bapak itu
mengambilnya, lalu membuka. Ada lembaran-lembaran uang, da nada tulisan di
dalam kertas yang terlipat itu.
Terima kasih Tuhan, akhirnya
aku bisa melengkapi uangku menjadi 200 ribu. Dengan ini aku bisa membayar
ayahku, untuk waktunya sehari.
Antara heran karena persis seperti perkiraan Dalijo,
kaget dan haru, bapak itu meneteskan air mata. Dipandanginya tubuh anaknya yang
tertidur pulas. Diletakkannya surat dan uang itu. Didekapnya anaknya,dalam
tangis dan perasaan bersalah, seraya berjanji untuk memberi perhatian
lebih kepada anak-anaknya.
Dari jendela kamar, istri dan anak sulungnya melihat
dengan air mata, namun air mata kebahagiaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar