Dalijo sedang bersantai di suatu siang, di gubug pinggir
sawahnya. Sembari menikmati the hangat yang ia buat sendiri di gubug itu dan
juga rokok Jarum super andalannya,Dalijo menikmati semilir angina yang sungguh
sangat segar. Lambaian dedaunan semakin menambah
nyaman suasana pegunungan dan persawahan. Gemerisik air dan berisik dedauna
padi dipermainkan angina menambah teduh suasana. Dan Dalijopun terhanyut dalam
kantuk..
“Hai…kamu siapa,kok dandananmu berbeda dengan semua orang
di bangsa ini?”, Tanya seorang tokoh, nampaknya pejabat sebuah kerajaan kuno.
Dalijo sangat kaget,meski juga semakin bingung.
“Saya, saya Dalijo. Dari wonogiri..”, Jawab Dalijo.
“Weladalah..ini ikut kerajaan mana Hai Dalijo..ikut raja
siapa?Ini kamu sedang di Astina, kami penghuni kerajaan Astina..” Bentak tokoh
itu, nampaknya seorang Aptih di kerajaan itu.
Dalijo terdiam,kemudian,setelah diberi beberapa
petunjuk,Dalijo diajak seseorang, berpakaian Resi,menuju sebah padepokan.
Sebuah pedesaan,di pedalaman sebuah perbukitan. Kata resi itu, pedesaan itu namanya Mundu, sebab
banya buah mundu di sekitar dusun dan hutan.
“Ki Sana Dalijo, silakan ngaso,nanti kalau sudah tidka
bingun dan sudah bisa tenang, kita ngobrol lagi”, Lanjut Sang Resi
mempersilakan Dalijo istirahat. Dan Dalijopun istirahat. Di sebuah bilik yang
sederhana,bilik mambu,namun nuansa tentram ada di balik bilik sederhana itu.
Dari jendela yang juga sederhana itu, Dalijo melihat hutan pinus dan
jati,rimbun penuh pesona. Dan tanpa instirahatpun Dalijo merasa segar kembali.
“Ki Sanak Dalijo, silakan minum kopi. Dan ini ada telo
goring,lumayan untuk mengganjal laparmu”, Sapa Sang Resi. Dalijo segera
mendekat dan duduk di lincak. Suasananya sungguh sangat menyenangkan, ada
keindahan tiada terbahasakan yang di rasakan Dalijo. Ada suka luar biasa yang
Daljio rasakan. Mereka hanyut dalam diam..
“Sang Resi, ini kok daerahnya enak banget ya?Ini sungguh
beda dengan daerah saya”, Dalijo membuka percakapan.
“Iya, Ki Sanak..ini daerah yang sangat menyenangkan. Nama
dusun ini Mundu. Kami hidup bersama dengan sederhana..” Jawab Sang Resi.
Kemudian , dengan tiba-tiba, Dalijo teringat dengan orang
yang membentak-bentaknya saat dia merasa memasuki sebuah daerah yang baru. Dan
Dalijo segera bertanya kepada Sang Resi.
“Sang Resi, tadi siapa yang membentak-bentak saya di
dekat bangunan yang mirip keratin?”, Tanya Dalijo.
Sang Resi tersenyum, menghisap cerutu buatan tangannya
sendiri. Kemudian sembari membenarkan tempat duduknya, Sang Resi berbicara.
“Dia Ki Patih Sengkuni. Patih di kerajaan ini. Dia sangat
cerdas dengan akalnya, namun kecerdasan itu dia pakai untuk menguntungkan
dirinya dan kelompoknya. Aku di sini karena diusir dia karena aku mengingatkan
Raja yang sudah melupakan rakyatnya. Aku hanya mengingatkan akan kesalahan
raja, namun akibatnya menjadi demikian. Tapi aku malah senang saat terusir
seperti ini”, Jawab Sang Resi.
Dalijo tertegun,apa yang terjadi persis yang terjadi di
negaranya. Dalam batin dia menginginkan negaranya seteduh desa atau dusun itu.
“Ki Sanak, aku tahu yang terjadi di negaramu. Ada banyak
orang-orang berwatak seperti Patih Sengkuni di kerajaan ini.licik da hanya mau
menang sendiri. Bahkan, mantan pemimpinmu itu, sangat berwatak Sengkuni
daripada Ki Patih Sengkuni sendiri. Liciknya,jahat dan serakahnya, dia sembunyikan
dalam kesantunannya yang membius banyak warga negaramu”, ungkap Sang Resi.
Dalijo kaget bukan kepalang, Sang Resi paham dengan yang terjadi dengan
negaranya.
“Mengapa kamu bingung Ki Sanak?”, Sapa Sang Resi?
Dalijo diam…
Bersambung..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar