Dalijo masih heran, mengapa Sang Resi sederhana dan juga
tinggal di dusun sederhana itu bisa mengerti keadaan negaranya,yang sungguh
penuh dengan intrik dan perilaku tidak manusiawi.Dalam keherananya, Dalijo ingin mengetahui lebih banyak negaranya dari Sang Resi ini. Setelah bIsa menata diri dari
kaget dan ketertegunannya, Dalijopun menjawab.
“Sang Resi, apa yang Sang Resi katakan tentang negeri
asalku semuanya benar. Namun yang saya heran, mengapa saya bisa ada di negeri
Sang Resi,yang sangat berbeda dengan keadaan di Negara saya. Namun kalau boleh
saya meminta, bisakah Sang Resi melanjutkan cerita tentang Patih Sengkuni di
kerajaan ini serta kaitannya dengan “Tokoh Sengkuni” di Negara kami?”
Sang Resi tersenyum,kemudian terlihat menghisap cerutu
buatannya sendiri. Nampaknya sangat menikmati,atau mungkin tidak menjadi takut
karena cerutu buatan sendiri tidak ada larangan dari pemerintah kerajaan. Setelahnya,
Sang Resi itu berkata.
“Ki Sanak, tadi nama Ki Sanak Dalijo ya?hmm..nama yang
sederhana, penuh makna. Dal itu dalam Bahasa
kerajaan kami berarti wadal…kuat..kokoh dan setia, sementara ijo..berarti
hijau..berarti Ki Sanak petani..yang suka dengan kehijauan. Watak Patih
Sengkuni sungguh sangat licik. Dia hanya mencari semua untuk keuntungan diri
dan kelompoknya. Sengkuni juga sangat pengecut, selalu melempar issu demi keuntungan
sendiri. Sengkuni bahkan tidak peduli dengan orang lain,apakah ada yang sakit
atau terluka. Semua tidak dihiraukanya,yang penting keuntungan ada dalam diri
dan kelompoknya”, Sang Resi mengambil nafas,nampak keletihan mulai menyapa saat
asyik bercerita.
“Berulangkali Sengkuni merencanakan kejahatan, meski
dibungkus dengan perilaku berkebalian. Seolah menolong namun sejatinya sedang
menghisab darah bangsa sendiri. Dulu sering memberi bantuan kepada rakyat jelata,kepada
petani,janda dan semua yang dianggapnya hidup susah, namun tujuannya bukan
untuk membantu,tujuannya adalah menyembunyikan tindakan jahatnya. Sengkuni dan
Raja menambah hutang kerajaan,dan itu menyulitkan ekonomi kerajaan. Nahh..itu
semua sekarang ini sedang terjadi di negaramu Ki Sanak. Tokoh yang terlihat
santun dan selalu merasa prihatin itu,sejatinya sedang menunjukan jiwa Sengkuni dari kerajaanku ini”, Sang Resi
menghentikan penjelasannya, karena mengambil kopi di ujung meja.
Dalijo mangut-manggut,dia mencoba mengaitkan kisah Sang
Resi dan penuturan tentang munculnya tokoh yang seperti Ki Patih Sengkuni di
kerajaan Sang Resi. Ada banyak kemiripan, dari gaya yang sok negarawan,sok
perhatian dengan bertindak seolah memeprhatikan rakyat miskin. Namun Dalijo
masih belum bisa memastikan, siapakah sosok nyata Sengkuni di Negaranya.
“Ki Sanak, hati-hatilah kalau kamu kembali ke negaramu. Karena
ada yang menginginkan negaramu tetap miskin sehingga rakyat gampang dibodohin. Di
negaramu akan muncul banyak orang yang tidak suka kemajuan. Nanti akan muncul
banyak keanehan-keanehan, orang baik,jujur dan benar akan menjadi musuh banyak
orang. Orang akan menjadi sok beragama namun sejatinya sedang menjual agama
demi nafsu menjijikan. Ini persis seperti Patih Sengkuni di kerajaan ini. Dia selalu
berlindung di balik tokoh-tokoh agama, namun para resi di kerajaan ini sudah
dibeli oleh sengkuni dan Raja. Ingatkan masyarakat di negaramu, bahwa
penampilan sok beragama itu justru mentalnya berseberangan dengan tindakannya. Di
kerajaan ini, banyak Resi yang berbaju resi namun jiwanya busuk,menjijikan
karena hanya memikirkan nafsu duniawi.” Suasana hening saat Sang Resi
menghentikan kisahnya. Dalijo tertegun, bahwa yang terjadi di negerinya,semua
diketahui oleh Sang Resi sederhana namun waskita ini.
Udara siang menjelang sore semakin teduh. Semilir anginnya
menjadikan Dalijo kerasan bersama Sang Resi. Beberapa ekor burung prenjak
bermain diantara pohon belimbing da
Talok di dekat tempat mereka duduk. Dan Dalijo semakin terkagum, semua
burung itu sudah hampir menghilang dari peredaran. Semua hampir musnah diburu
oleh manusia. Berbeda dengan di kerjaan ini, semua seolah akrab dengan manusia.
“Ki sanak, Dalijo. Aku hendak mencarikan rumput kambingku
itu. Nanti menjelang malam kita lanjutkan ceritaku kembali. Kalau Ki sanak hendak melanjutkan istirahat, ngaso, silakan.
Namun kalau mau mengikutiku ke hutan di
sebelah barat bukit iru,aku tidak berkeberatan”, Sap Sang Resi.
Dalijo ingin selalu bersama Sang Resi,makanya dia
bergegas mengikuti langkah Sang Resi sederhana itu, menuju hutan sebelah barat
rumah sederhana sang Resi, di sebelah barat bukit mungil itu.
“Ki Sanak, nanti malam, aku akan lanjutkan kisahku
tentang negerimu..”,Ungkap sang Resi di tengah perjalanan. Dalijo senang
sembari bertanya-tanya, kira-kira apa kisah untuk negaranya,menurut Sang Resi
itu..
bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar