Minggu, 20 November 2016

SENGKUNI DI NEGERI IBU PERTIWI



Dalijo masih heran, mengapa Sang Resi sederhana dan juga tinggal di dusun sederhana itu bisa mengerti keadaan negaranya,yang sungguh penuh dengan intrik dan perilaku tidak manusiawi.Dalam keherananya, Dalijo ingin mengetahui lebih banyak negaranya dari Sang Resi ini. Setelah bIsa menata diri dari kaget dan ketertegunannya, Dalijopun  menjawab.
“Sang Resi, apa yang Sang Resi katakan tentang negeri asalku semuanya benar. Namun yang saya heran, mengapa saya bisa ada di negeri Sang Resi,yang sangat berbeda dengan keadaan di Negara saya. Namun kalau boleh saya meminta, bisakah Sang Resi melanjutkan cerita tentang Patih Sengkuni di kerajaan ini serta kaitannya dengan “Tokoh Sengkuni” di Negara kami?”

Sang Resi tersenyum,kemudian terlihat menghisap cerutu buatannya sendiri. Nampaknya sangat menikmati,atau mungkin tidak menjadi takut karena cerutu buatan sendiri tidak ada larangan dari pemerintah kerajaan. Setelahnya, Sang Resi itu berkata.

“Ki Sanak, tadi nama Ki Sanak Dalijo ya?hmm..nama yang sederhana, penuh makna.  Dal itu dalam Bahasa kerajaan kami berarti wadal…kuat..kokoh dan setia, sementara ijo..berarti hijau..berarti Ki Sanak petani..yang suka dengan kehijauan. Watak Patih Sengkuni sungguh sangat licik. Dia hanya mencari semua untuk keuntungan diri dan kelompoknya. Sengkuni juga sangat pengecut, selalu melempar issu demi keuntungan sendiri. Sengkuni bahkan tidak peduli dengan orang lain,apakah ada yang sakit atau terluka. Semua tidak dihiraukanya,yang penting keuntungan ada dalam diri dan kelompoknya”, Sang Resi mengambil nafas,nampak keletihan mulai menyapa saat asyik bercerita.

“Berulangkali Sengkuni merencanakan kejahatan, meski dibungkus dengan perilaku berkebalian. Seolah menolong namun sejatinya sedang menghisab darah bangsa sendiri. Dulu sering memberi bantuan kepada rakyat jelata,kepada petani,janda dan semua yang dianggapnya hidup susah, namun tujuannya bukan untuk membantu,tujuannya adalah menyembunyikan tindakan jahatnya. Sengkuni dan Raja menambah hutang kerajaan,dan itu menyulitkan ekonomi kerajaan. Nahh..itu semua sekarang ini sedang terjadi di negaramu Ki Sanak. Tokoh yang terlihat santun dan selalu merasa prihatin itu,sejatinya sedang menunjukan  jiwa Sengkuni dari kerajaanku ini”, Sang Resi menghentikan penjelasannya, karena mengambil kopi di ujung meja. 

Dalijo mangut-manggut,dia mencoba mengaitkan kisah Sang Resi dan penuturan tentang munculnya tokoh yang seperti Ki Patih Sengkuni di kerajaan Sang Resi. Ada banyak kemiripan, dari gaya yang sok negarawan,sok perhatian dengan bertindak seolah memeprhatikan rakyat miskin. Namun Dalijo masih belum bisa memastikan, siapakah sosok nyata Sengkuni di Negaranya.

“Ki Sanak, hati-hatilah kalau kamu kembali ke negaramu. Karena ada yang menginginkan negaramu tetap miskin sehingga rakyat gampang dibodohin. Di negaramu akan muncul banyak orang yang tidak suka kemajuan. Nanti akan muncul banyak keanehan-keanehan, orang baik,jujur dan benar akan menjadi musuh banyak orang. Orang akan menjadi sok beragama namun sejatinya sedang menjual agama demi nafsu menjijikan. Ini persis seperti Patih Sengkuni di kerajaan ini. Dia selalu berlindung di balik tokoh-tokoh agama, namun para resi di kerajaan ini sudah dibeli oleh sengkuni dan Raja. Ingatkan masyarakat di negaramu, bahwa penampilan sok beragama itu justru mentalnya berseberangan dengan tindakannya. Di kerajaan ini, banyak Resi yang berbaju resi namun jiwanya busuk,menjijikan karena hanya memikirkan nafsu duniawi.” Suasana hening saat Sang Resi menghentikan kisahnya. Dalijo tertegun, bahwa yang terjadi di negerinya,semua diketahui oleh Sang Resi sederhana namun waskita ini.

Udara siang menjelang sore semakin teduh. Semilir anginnya menjadikan Dalijo kerasan bersama Sang Resi. Beberapa ekor burung prenjak bermain diantara pohon belimbing da  Talok di dekat tempat mereka duduk. Dan Dalijo semakin terkagum, semua burung itu sudah hampir menghilang dari peredaran. Semua hampir musnah diburu oleh manusia. Berbeda dengan di kerjaan ini, semua seolah akrab dengan manusia.

“Ki sanak, Dalijo. Aku hendak mencarikan rumput kambingku itu. Nanti menjelang malam kita lanjutkan ceritaku kembali. Kalau Ki sanak  hendak melanjutkan istirahat, ngaso, silakan. Namun  kalau mau mengikutiku ke hutan di sebelah barat bukit iru,aku tidak berkeberatan”, Sap Sang Resi.

Dalijo ingin selalu bersama Sang Resi,makanya dia bergegas mengikuti langkah Sang Resi sederhana itu, menuju hutan sebelah barat rumah sederhana sang Resi, di sebelah barat bukit mungil itu.
“Ki Sanak, nanti malam, aku akan lanjutkan kisahku tentang negerimu..”,Ungkap sang Resi di tengah perjalanan. Dalijo senang sembari bertanya-tanya, kira-kira apa kisah untuk negaranya,menurut Sang Resi itu..

bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH