Minggu, 13 November 2016

SPIRITUALITAS LARON



Semalam, saat seharian hujan lupa bertugas, sehingga sepanjang hari tiada hujan di daerah kami,mengakibatkan cerah menyelimti malam. Di sana-sini terang lampu menyemarakkan suasana malam diakhir pekan di pertengahan november ini. Lampu yang menyala dalam suasana cerah itu kemudian dikerubungi oleh ribuan Laron yang menari-nari menikmati malam  yang cerah dancahaya lampu.
Kuperhatikan ribuan Laron itu,mereka bersukaria,bermain,menari dalam terbang yang menyenangkan. Dan uniknya, meski mereka –Laron-Laron itu- sempat terhempas karena panasnya lampu, mereka tidak kapok,mereka tetap terbang dan menari mendekati dan mengitari nyala lampu. Iseng, saya mematikan lampu dan dalam beberapa saat masih terasa kehadiran binatang kecil na indah bernama Laron itu,namun perlahan, setelah beberapa saat, mereka pergi. Laron-laron itu meninggalkan lampu yang sudah tidak menyala lagi. Mereka mencari tempat lain, di mana lampunya masih terang menyala.  Kemudian, kunyalakan kembali lampu di pertigaan jalan pusat kampung kami, ajaib, dalam beberapa saat, kembali ribuan Laron mencul kembali.

Ternyata, Laron yang merupakan binatang binatang kecil, sederhana dan hanya berusia beberapa hari tu, memiliki semangat berkumpul, atau bersekutu yang kuat. Mereka tidak bisa hidup sendirian,merekabutuh teman,butuh sahabat,butuh rekan,butu kawan. Dalam kebersamaan mereka menikmati hidup,dalam kebersamaan mereka merayakan hidup mereka. Dan semua itu ternyata disatukan oleh nyala lampu. Tanpa terang dari lampu yang menyala, mereka-Laron-Laron- itu tidak bisa menyatu. Tanpa nyala lampu, Laron-Laron itu tercerai berai.

Nyala lampu,atau nyala-nyala yang lain, karena Laron hanya butuh suasana terang benderang, merupakan “Lem Pengikat” persaudaraan Laron. Suasana terang adalah ruh yang mempersekutukan Laron-Laron itu. Sepertinya halnya Laron, manusiapun memerlukan “Lem Pengikat” untuk  menyatukan,mempersekutukan dan menguatkan ikatan mereka. Jika Laron butuh sesuatu yang terang, maka semestinya manusia dalam membangun persekutuan seharusnya diikat dengan “Ruh Terang” yang akan memampukan manusia bermain,berekspresi,bereksistensi, berkarya. Jika manusia mampu menemukan lem pengikat yang menyatukan, maka kebersamaan hidup akan terasa indah dan menyenangkan siapa saja.

Salam Persekutuan..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH