Jujur saja, saya tidak yakin Gubernur DKI Jakarta non
aktif, Basuki Tjahya Purnama alias Ahok, yang sekarang sudah menjadi tersangka
PENIStaan agama, pernah membaca novel karya dari Seno Gumira Ajidarma, dengan
judul Naga Bumi. Keyakinan saya didasari bahwa waktu beliau sudah sangat penuh
sesak dengan kerja dan kerja dan juga sepertinya beliau tidak begitu suka
dengan novel, namun andai suka,ya saya minta maaf,karena sudah salah menuduh
beliau dan siap diperkarakan..hahaha
Namun masalahnya begini, meski saya yakin belum pernah
baca novel keren itu, namun justru Ahok,begitu dia disapa akrab dan tidak marah
meski bukan nama sesungguhnya, saat ini sedang mempraktekan salah satu ilmu
dari Si Pendekar Tanpa nama, yaitu tokoh utama dalam novel tersebut. Jurus yang
sedang dimainkan Ahok adalah Jurus tanpa bentuk. Jurus ini selalu mempelajari
jurus musuhnya dan dengan kecedasan (Ilmu meringankan tubuh tingkat
tinggi,sangat tinggi malah) si pendekar dengan cepat menaklukan musuhnya,justru
dengan jurus yang ia mainkan, namun dengan kecepatan yang lebih cepat.
Menarik di sini untuk melihat ke depan,ke hari-hari yang
akan kita jelang bersama-sama dari sekarang,esuk,lusa dan seterusnya. Kita diajak
menikmati sebuah permainan “Silat Politik” tingjat tinggi. Jurus tanpa bentuk
yang dimainkan Ahok mulai dimainkan sejak lama sebenarnya, namun nampak mulai
terlihat setelah dia ditetapkan sebagai tersangka dugaan PENIStaan agama. Lalu apa yang menarik?Ini, bahwa dengan
ditetapkannya Ahok sebagai tersangka PENIS taan agama tertentu, maka ke depan
kita semua penghuni bumi pertiwi yang menghirup udara di Negara bernama
Indonesia ini,harus konsisten. Konsisten yang saya maksutkan adalah, siapa
saja,kapan saja,di mana saja yang melakukan tindakan tertentu dan kemudian dilaporkan oleh pihak tertentu
karena merasa dilecehkan imannya,siap untuk diproses menjadi tersangka.
Ini adalah sesuatu yang (mungkin) menyenangkan,saat Ahok
dijadikan tersangka, namun, saya yakin,mereka yang menuntut itu,sangat tidak
siap jika dijadikan tersangka jika kedapatan menistakan agama lain,agama
tertentu yang bukan agama mereka. Inilah senjata makan tuan,senjata atau jurus
yang dimainkan Ahok. Saat dia sudah meminta maaf,meski belum tersangaka, lalu
diajukan untuk diselidiki dan mau,kemudian disidang sampai dijadikan tersangka,
adalah sebuah langkah berani nan brilian. Ahok siap menjadi tersangka,bahkan
siap dipenjara, masalahnya adalah, siapkah kita semua meniru si KAPIR Ahok,
yang dengan gentle menerima semua tuduhan itu?
Jujur saja, saya ragu dan sangat tidak yakin kita semua
akan berani seperti Ahok. Kita semua kalah kualitas kemanusiawian dengan Ahok. Dia
sangat terbuka dan jujur serta berani, sementara kita adalah pengecut-pengecut
yang beraninya bergerombolan dan Cuma berteriak-teriak saja.
Konsistensi menjadi hal penting dalam hal ini,baik dari
sisi kita dan kalangan penegak hokum. Jadi,andai dikemudian hari ada yang
berkata,bertindak dan itu dirasakan oleh
orang lain sebagai sebuah PENIStaan, harus siap dijadikan tersangka. Juga,meski
persoalan itu sudah diedit,dirubah
karena saya yakin,akan uncul Si Buni Yani Buni Yani yang lain, yang siap
terkenal dengan cara menjijikan.
Aparat penegak hUkum juga sedang masuk dalam pusaran
jurus tanpa bentuknya Ahok,karena merekapun dituntut konsisten meski tanpa
desakan orang banyak. Kita tunggu saja,siapa yang segera akan terjerembab dari
pertarungan tingkat tinggi ini?Ahok Si Pendekar Tanpa Kompromi atau para
cecunguk persilatan politik yang justru tidak mengerti tentang politik. Kita tunggu
sajasembari bekerja,bekerja dan bekerja sembari selalu berjuang menyemai
benih-benih perdamaian.
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar