Senin, 07 November 2016

NASEHAT DALIJO UNTUK YANG FRUSTASI




Kirdang, tetangga agak jauh Dalijo, suatu saat  mendatangi  Dalijo, yang saat itu sedang duduk di teras rumah sederhananya, dengan kopi dan tela goreng, bikinanya sendiri, Dalijo selalu membuat semuanya sendiri, karena hidupnya sebatang kara. 
Kirdang kemudian berkata , "Dal, saya wis bosan hidup, benar-benar bosen, pacar ga punya, cewek nolak semua, bahkan aku belum mendekatipun, sudah kabur, usaha kacau. Apapun yang kulakukan selalu gagal, aku pengen  mati wae Dal…."  Dalijo  tersenyum, kemudian menjawab dengan kalimat Tanya, “Kir, lha apa dirimu lara?”
"Tidak Dal, saya tidak sakit. Aku sehat. Hanya bosen-senn dengan hidup dan kehidupanku. Itu sebabnya saya ingin mati."

Seolah-olah tidak mendengar pembelaan tamunya, Si Kirdang yang artinya Cuma mikir madang (yang dipikir hanya makan), Dalijo meneruskan, "Kir, jan-jane kamu itu sakit. Dan penyakitmu itu bernama, 'Alergi Hidup'. Ya, kamu alergi terhadap kehidupan. Makane kamu itu pengen mengakhiri hidup, pengen mati". Suasana menjadi senyap.
Kemudian Dalijo melanjutkan ucapannya, “Kir, banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Hidup ini laksana sungai yang akan selalu mengalir dan mengalir”

“Kamu salah Dal, itu, sungai desa sebelah kalau kemarau kering”, Sergah Kirdang mengimentari penuturan Dalijo. Dan Dalijo tanpa menanggapi melanjutkan tutrannya..
“Sungai kehidupan ini mengalir terus,Kir,  tetapi kita menginginkan keadaan yang aman dan nyaman selalu. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit. Usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam berumah-tangga, pertengkaran kecil itu memang wajar.”

“Sik Dal, kamu bilang dalam berkeluarga, lha wong kamu saja belum omah-omah gitu” Kembali Kirdang menginterupsi perkataan Dalijo.

“Benar Kir, aku memang sama seperti kamu, belum berkeluarga, namun aku bisa mengamati dan ikut merasakan serta mengetahui bahwa akan selalu ada konflik di dalamnya. Pun demikian dengan persahabatan, ia  tidak selalu langgeng. Apa sih yang abadi dalam hidup ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita.” Dalijo menghentikan ucapannya, mengambil sebatang rook andalannya,menyalakannya dan menghisapnya dengan santai. Kemudian melanjutkan tuturannya.

“Kir, Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu benar-benar bertekad ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku." kata Dalijo kemudian..
"Tidak Kir, tidak. Aku sudah betul-betul jenuh, sangatt jenuh. Oraa, Aku tidak ingin hidup." Kirdang seolah emosional menangapi perkataan Dalijo". Suasana kembali tenang, hanya kicauan burung kepodang siang di hutan sebelah barat rumah Dalijo yang nyaring terdengar, dan sesekali diselingi suara burung prenjak di pohon Mlinjo samping rumah Dalijo. 
Kemudian Dalijo melanjutkan ungkapannya, dalam sebuah Tanya. “ Kir,  kamu  serius tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?"
Dengan lantang dan seolah tanpa berpikir, Kirdang menjawab, "Ya, memang saya sudah bosan hidup, aku pengen mati wae Dall!!!."
Dalijo terdiam, bisa merasakan kegelisahan dan kegundahan Kirdang, tetangganya itu. Meski agak jauh dan kurang begitu akrab, namun Dalijo selalu berjuang akrab dengan siapa saja. Kemudian Dalijo berkata, lirih

"Kir, kalau itu maumu, besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini. Malam nanti, minumlah separuh isi botol ini. Sedangkan separuh sisanya kau minum besok sore jam enam. Maka esok jam delapan malam kau akan mati dengan tenang."
Perkataan Dalijo yang tenang, datar dan penuh wibawa itu membaut Kirdang galau dan  bingung. Sebelumnya, semua sahabat, saudara dan rohaniawan yang ia datangi selalu berupaya untuk memberikan semangat hidup. Namun, kali ini Dalijo ini berbeda. Alih-alih memberi semangat hidup, malah menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati. Kemudian menerima botol yang dari Dalijo,lalu pamitan dan pulang.

Setibanya di rumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut "obat" oleh Dalijo tadi. Lalu, ia merasakan ketenangan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu santai! Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah. Malam itu, ia memutuskan untuk berdoa, sesuatu yang sudah lama ia tinggalkan karena gelisahnya. Dan ia merasakan damai tiada terkira. Doa yang tanpa pemaksaan, doa yang merupakan ungkapan syukur dalam balutan kepasrahan dan relasi yang tunduk. Bukan doa yang memaksa, seperti para pendemo tempo hari. Kirdang merasakan nikmatnya hidup. Kemudain Kirdang tertidur dan esuknya bangun dengan secercah harapan dan semangat. Lalu hari itu, Kirdang bekerja dengan semangat, ngarit, ngrabuk dan juga mengumpulkan kayu bakar. Ia juga menyapa Sapid an kambingnya dengan cinta. Semua seolah tahu bahasanya dan menanggapinya juga dengan senyum. Kirdang senang bukan kepalang,hingga lupa bahwa sore sudah tiba.

Tiba-tiba, Kirdang merasa sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya?Ia sudah berjanji ingin mengakiri hidupnya,tapi kini, usai meminum separoh botol pemberian Dalijo, ia merasakan ada semangat hidup kembali.  Lalu ia memutuskan menemui Dalijo sore itu juga.
Saat sampai di rumah Dalijo, Kirdang seperti biasa, melihat Dalijo duduk santai,sembari ngopi dan menghisap cigarette kesayangannya. Melihat wajah Kirdang , Dalijo  langsung mengetahui apa yang telah terjadi, "Kir, Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh. Apabila kau hidup dalam kekinian, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan."
Kirdang terharu, ada bening air mata di ujung-ujung kelopak matanya, kemudian itu mengucapkan terima kasih kepada Dalijo. Ikut bercengerama tanpa niat ingin mati,juga ikut menikmati rokok Daijo.
Hidup memang perlu dicintai..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH