Seperti waktu-waktu yang kemarin, pagi selalu akrab
dengan dingin. Sisa hujan kemarin sudah tidak begitu nampak karena hujan
terjadi jauh lebih siang dari biasanya. Sehelai kabut masih nampak melayang
diantara pepohonan di lereng bukit,sebelah kampung kami. Seperti biasa, pagi
ini seusai bersukur atas semua yang ada,bersyukur kepada Sang Khaliq, berjalan
menikmati pagi yang masih gelap.
Meski masih gelap dan dingin, aku sudah berpapasan dengan
rombongan ibu-ibu dari desa sebelah,hendak bekerja, mereka hendak derep (membantu memanen padi atau yg lain dan mendapatkan upah dari panen itu dengan hitungan tertentu). Sungguh sebuah etos kerja yang
sangat luar biasa dan sangat pantas dijadikan teladan siapapun juga. Mereka bekerja
dengan semangat membara demi hidup mereka dan keluarga mereka, dan belum tentu
anak-anak mereka mewarisi semangat kerja mereka, bisa jadi anak-anak mereka
masih tertidur dalam selimut dengan nyenyaknya.
Langkahku menyusuri jalanan kampung yang masih sedikit
basah,bukan karena huna,namun karena rerumputan yang dibuai oleh embun. Langkah
ini santai,tidak ada beban dan target apapun,hanya ingin menikmati pagi dan
berjalan dalam semangat bersyukur. Sesampaiku di bawah rerimbunan pohon
rambutan di kebun salah seorang warga, aku dikejutkan oleh sehelai daun
rembutan kuning yang jatuh dan menampar wajahky. Sedikit agak kaget,namun
kemudian aku tersenyum. Kuraih daun warna merah kusam yang sempat mencium
wajahku. Kuamati dan kemudian kusimpulkan,bahwa daun itu sudah saatnya luruh.
Kuperhatikan sekeliling, tepatnya di bawah pohon rambutan
itu. Ternyata di bawahnya sudah banyak sekali dedaunan kering yang menumpuk. Mereka
sudah usai menjalankan perannya dalam untuk hidup dan menghidupi pohon itu. Mereka usai
bertugas dan berganti peran lain. Daun yang luruh itu berganti peran,menjadi
pupuk untuk pohon itu. Da demi peran barunya itu, daun-daun luruh itu rela
berpisah dari komunitasnya,lepas dari keangguannya dan menjadi busuk. Namun dalam
kebusukan mereka,mereka memberi makna terbaik meski berbeda peran.
Kehidupan manusiapun merupakan sebuah siklus atau sebuah
perputaran. Di dalamnya harus selalu sadar akan terjadi perubahan-perubahan
peran. Belajar dari daun kering yang luruh untuk kemudian berganti peran,
alangkah indahnya jika manusia menyadari keadaan seperti ini. Tidak memaksakan
kehendaknya untuk tetap berperan seperti yang sudah-sudah. Alangkah eloknya
jika semua mau memainkan perannya sesuai siklus kehidupannya. Dan ternyata,manusia
sering kalah dalam bersikap dibandingkan ciptaan lain yang lebih sederhana.
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar