Jumat, 11 November 2016

KORBAN AMBISI BAPAK



Sore itu, setelah pulang dari tegal dan mandi, Dalijo nampak termenung di teras rumahnya. Sembari mengamati ayam-ayamnya yang masuk ke kandang, Dalijo sesekali nampak menarik nafas panjang, pertanda gundah tiada terkira.  Kemarin siang, Pakde Muringa tanpa ada petir dan hujan dolan ke rumahnya. Dolan mendolani dalam tradisi desa Dalijo adalah hal yang biasa,wajar. Namun saat Pakde Muringa yang priyayi, mantan Bekel, dolan ke rumahnya, Dalijo sangat kaget. 
Dan kekagetan Dalijo semakin memuncak saat mendengar rencana Pakde Muringa. Karena merasa Mas Manuta gagal bersaing dengan Paklik Mukiyo soal menggarap sawah,dan selalu panen sawah paklik Mukiyo lebih besar, Pakde Muringa ingin menghacurkan sawah,ladang dan kebun serta anak Paklik Mukiyo.

Rencana itu sudah sedemikian bulat. Sudah menyiapkan dana untuk orang-orang yang akan memainkan peran dandibuat dengan rapi,terstruktur dan sistematis agar tidak kelihatan bahwa Pakde Muringa yang merancang. Dimulai dengan menyuruh Kandhut, pemuda yang senangnya nongkrong,dia diberi tugas menggoda anak gadis paklik Mukiyo. Kemudian Trini, yang gayanya bukan seperti gadis desa, diminta menggoda Basuki, anak laki-laki paklik Mukiyo. Sementara Truno, anak urakan yang orangtuanya berpisah, diminta merusak saluran air kea rah sawah Lik Mukiyo, Klobot, yang selalu ingin makan enak, diminta mencuri ikan di kolam paklik Mukiyo. Semua sudah siap,sudah diberi “ongkos” dan dijanjikan akan mendapat bonus  jika sukses.

Dalijo heran,takhabis piker dengan cara berpikir Pakde Muringa, sudah sepuh,sudah saatnya hidup santai, namun masih berambisi menjadi terkenal sebagai petani tersukses di kampung kami. Semua diajak terlibat memainkan peran sebagai juru promosi bahwa tidak ada petani yang berhasil selain dirinya. Sering pakde menyebar issu bahwa paklik Mukiyo pakai dukun,pakai guna-guna, jika masyarakat tidak percaya, Pakde juga sering menyerang Paklik Mukiyo bahwa dia kurang taat beribadah, orangtua Paklik Mukiyo katanya bukan asli kampung itu,dan sebagainya. Belum lagi anaknya, Mas Manut yang selalu dipaksa tampil santun,dipaksa bekerja sebagai petani yang rajin,tekun,telaten dan tangguh, meski sejatinya sama sekali tidak bisa menjadi petani.

Dalijo bingung,sangat bingung. Demi ambisi yang memenuhi dada tuanya, semua cara menghancurkan paklik Mukiyo dipakai pakde Muringa. Dalmam setiap acara dusun,RT, maupun kegiatan keagamaan, pakde Muringa sering tampil bak ahli,bak paling mengerti tentang semua yang dikatakannya. Yang lebih mengerikan adalah, pakde bekerjasama dengan preman,pemabuk,pencuri yang selalu menggangu desa demi merusak kenyamanan warga kampung sederhana itu. Dalijo semakin bingung karena merasa tidak mampu berbuat apa-apa.

Dalam pikiran Dalijo tumbuh pergumulan, ternayat manusia jika sudah dikendalikan ambisi dan nafsu,nalar jernih akan tumbang. Persahabatan,persaudaraan,pertemanan dan persatuan dalam keutuhan akan diinjak-injak oleh mereka yang termakan ambisi konyol.  Semakin memikirkan Pakde Muringa dan keberadaan Paklik Mukiyo, semakin pusing Dalijo. Beberapa warga masyarakat juga terganggu dengan issu-issu murahan yang disemburkan preman dan pengangguran di sekitar kampung itu. Masyarakat semakin resah.

Dan pagi tadi baru saja ada kabar,bahwa tanaman semangka pakde yang di dekat sungai Kapuan,hilang. Kasak-kusuk yang mengambil adalah Rakimin, tukang angon sapi-sapinya paklik Mukiyo,saat sore. Meski Rakimin sudah menjelaskan bahwa dia tidak mengambil,namun ada bukti beberapa buah semangka di rumahnya, membuat orang-orang yakin bahwa dialah yang mencuri. Pakde Muringan meminta masyarakat mengusir Rakimin,karena bisa menjadi aib desa mereka. 

Dalijo tidak yakin Rakimin, yang mencuri semangka itu, karena dia bersamanya saat sore,waktu semangkanya Pakde Muringa dikatakan hilang. Namun karena adanya semangka di rumah Rakimin, menjadikan orang banyak tidak berpikir lagi,langsung menuduh dialah pencurinya. Dalam situasi ini, Pakde Muringan meminta masyarakat tegas, supaya Mukiyo bertindak terhadap pembantunya itu. Dalijo ingin berteriak, namun untuk apa dan untuk siapa.

Senja semakin menghitam dalam gelap,segelap suasana desa yang mulai penuh dengan kasak-kusuk dan kecurigaan. Gara-gara ambisi, Pakde Muringa yang tidak tahu diri, ketololan Mas Manuta yang seperti anak balita,demi ambisi bapaknya,semua terkena imbasnya. Malam akan segera membungkus desa terpencil itu,membungkus dengan gelap dan keraguan..
Dan Dalijo segera masuk ke rumahnya,menyalakan lampu…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH