Minggu, 20 November 2016

SANG RAJA ALAM SEMESTA



Drama di puncak bukit pada senja itu sungguh membuat siapa saja akan selalu mengingatnya. Mengingat dalam kekaguman, melihat dalam keterpanaan. Dalam desiran angina sore yang kering, di atas sebuah bukit yang juga gersang, telah terjadi peristiwa ajaib. Penyiksaan yang sempurna di dalam jamannya.

Tiga orang mesti diarak menuju bukit,yang namanyapun sudah membuat bulu kuduk merinding, bukit Tengkorak. Bukit pembantaian. Tiga pesakitan gontai menuju titik akhir nafas kehidupan terhisap dan terlepas. Dan saat tiang diangkat, setelah dera paku-paku menacap pada telapak-telapak mereka,baik kaki dan tangan, nampaklah tiga sosok tergantung diantara tanah dan langit. Tiga sosok yang terbentang menjadi jembatan semesta, Antara bumi dan langit.

Sosok yang di tengah itu yang menjaid pusat perhatian,karena siksaannya melebihi seribu siksaan durjana yang telah berlalu. Nampak dalam kilau temaram sinar mathari,Antara darah dan keringat berkilau, cairan merah darah dan bening keringat itu mengalir,melewati beberapa luka yang menganga. Namun,tiadalah nampak wajah dendam darinya, meski sesekali napak sakit tiada tara, namun wajah Agung dan penuh cinta yang lebih nampak.
Dalam sebuah kesempatan, terjadilah dialog diantara ketiganya. Seberang kiri menghujat meski nafasnya tinggal beberapa tarikan dan hempasan, namun yang seberang kanan,justru mengakui kesalahnya terhadap semesta. 

Dialog lirih itu mengusir ketakutan salah satu wajah  tergantung itu,karena nampaknya melihat keagungan semesta sedang berpihak kepadanya, sedangkan seberang kiri dari yang tengah itu, masih seperti kemarin dan kemarin, wajah merah durjana. Merah penuh dendam dan amarah,tiada keteduhan terlihat,wajah yang melawan semesta.
Senyuman dari seberang kanan,disambut senyuman semesta. Dan kemudian alam semestapun ikut mengantarkan mereka,paling tidak dua sosok itu, menyatu dengan keabadian semesta. Dan ternyata, satu diantara mereka, yang tengah itu, yang paling terluka dan menderita itu, adalah Sang Raja Semesta. Sang Raja yang mampu menyatukan dan menyatu dengan semesta. Mampu mengumbar cinta untuk seluruh semesta, meski luka tiada terkira.

Sang Raja Semesta, bukan yang terus menyiksa semsta dengan ambisi buasnya, namun Dia yang mampu menundukan diri dan mengerti Semesta. Raja Semesta, bukan yang terlihat santun namun busuk di dalamnya, namun yang berani mengatakan apa adanya. Sang Raja alam Semesta, adalah Dia yang dalam keagunganNya, rela terluka dan terhina, bukan dia yang hina namun merasa mulia.

Sang Raja Semesa, mampu menyatukan dua sisi berbeda, keberdosaan dengan pengampunan. Sang Raja Alam Semesta, memberi teladan tentang pengampunan,kerelaan,keiklasan dan kerendahatian..
Selamat meniti jalan cinta Sang Raja Alam Semesta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH