“Pak, mengapa buah-buah yang masih kecil itu
dipetik,untuk apa itu semuanya?”, sapaku saat menjumpai petani jambu di dusun
kami sedang asyik memetik buah-buah jambu biji yang masih keci. Buah-buah itu
belumlah masak,namun dipetik.
“Biar maksimal,karena kalau semua dibiarkan akan sulit
berkembang,malah tidak maksimal nanti hasilnya. Satu ranting dibiarkan maksimal
4 buah. Padahal biasanya satu ranting bisa mengeluarkan buah sekitar 20-28
buah. Artinya ada sekitar 20 buah, sekitar 80% yang dihilangkan, demi hasil
yang maksimal”, Jawab Bapak Petani itu dengan sangat mantab.
“Apakah kalau dibiarkan semua tidak bisa maksimal,semisal
dikasih penyangga biar kuat menyangga buah-buah itu pak?” Lanjutku bertanya.
“Itu tidak mungkin, pasti nanti buahnya akan kecil-kecil
dan tidak optimal hasilnya. Meski ini belum saatnya dipetik,karena belum
matang,namun tetap berguna kok. Kami masukan ke tong vermentasi,sehingga akan
menjadi pupuk organic yang bermanfaat. Dia akan menyumbangkan dirinya untuk
hasil lebih maksimal yang lain”,Jawab Pak Tani melanjutkan kisahnya.
Kemudian kami berpisah, aku melanjutkan perjalanan
pulang,mengantarkan anakku,sementara Pak Tani, melanjutkan pekerjaannya. Sepanjang perjalanan pulang,batinku bergumul.
Selalu mesti ada pengorbanan demi hasil yang maksimal.ada yang dibiarkan eksis
dan ternilai hebat,dan juga ada yang tersingkirkan. Namun belajar dari kisah
bapak petani tadi,ternyata yang disingkirkan itu tidaklah sia-sia. Ia akan
dijadikan pupuk,emudian dibuat untuk memupuk. Pupuk yang baik akan menjadikan
tanaman subur,menjadi nutrisi yang berguna baik untuk buah yang diijinkan
bertahan.
Sepanjang siang ini mendung sangat akrab dengan hari. Namun
justru dari siang bermendung setia ini aku bisa belajar kehidupan. Iklas,berbagi,berperan
dalam bentuk lain. Kebijaksanaan pak Tani itu tidak sekedar mengambil, namun
memeriksa dan memahami,mana yang berpotensi baik dan tidak. Yang berpotensi
baik, akan bertahan,sementara yang tidak,mesti siap diberi peran lain oleh Sang
Pemilik Kehidupan. Dia tidak boleh berontak,namun justru mesti sadar, bahwa
peran lainnya, sebagai pupuk itu lebih bermanfaat daripada buah yang kerdil dan
menyebalkan.
Akhhh..seandainya orang-orang di negeri ini bisa
menyadari peran itu,maka damailah negeri ini. Tidaklah semua mesti tampil,
bahkan memaksakan diri tampil. Tidak baik memaksakan diri,juga melalui anaknya,
karena,bisa jadi sejatinya dia sudah diberi peran berbeda. Juga untuk yang rebut
soal agama dan pemimpin, kalau sadar akan peran masing-masing serta seleksi
alam,maka semua akan menjadi indah..
Selamat merenung dengan bantuan petani jambu dengan
jambu-jambunya.