Jumat, 08 Mei 2015

Memilah dan Memilih

JALAN BERCABANG IMAN DAN TEKNOLOGI UNTUK ANAK-ANAK
Siang itu, demi merawat hape jadul yang saya pakai,saya ke salahsatu counter HP di Salatiga. Sekitar jam sebelas siang, belum begitu ramai. Sambil bercakap dengan pelayan (kebetulan perempuan), saya menunggu HP saya yang di servis segera usai dan bisa kembali dipergunakan dengan baik.
Kemudian sepasang suami istri, berusia sekitar 50an tahun masuk ke counter HP, dekat dengan tempat di mana saya duduk. Dari gayanya terlihat sepasang suami istri ini dari desa,karena berpakaian sederhana dan seperti baru saja menjual hasil pertaniannya.
“Mbak, HP yang bisa buat pisbukan ada?Yang anderoit?”Demikian Si Bapak menanyakan HP yang dibutuhkan. “Lha buat siapa pak?”, Jawab si pelayan ramah. “Buat anak saya mbak. Lha ngamuk mbak, kalau tidak dibelikan HP anderoit tidak mau sekolah”. Demikian bapak dan ibu, si suami istri dari desa itu memberi alasan.
Jaman di mana kita hidup adalah jaman teknologi informasi,jaman di mana semua berkait erat dengan komunikasi dan informasi. Hampir semua anak-anak, baik yang sudah sekolah maupun yang belum sekolah sudah memiliki HP, baik yang sederhana maupun yang sangat modern. HP yang sejatinya adalah alat komunikasi telah bermetamorfosis menjadi alat harga diri. Dan ana-anak karena gagal mendapatkan pendidikan yang memadai dari orangtua kemudian menyalah artikan alat komunikasi ini demi harga dirinya. Mengancam tidak akan sekolah kalau tidak dibelikan HP,menggunakan HP untuk kepentingan yang tidak sesuai dengan kebutuhan usianya. Yang lebih ironis adalah, anak berani menindas orangtua demi mendapatkan barang idamannya.
Sejatinya HP adalah “Alat Bantu” manusia berkomunikasi,namun telah disalah arti. HP dan apa saja alat teknologi adalah hasil kreasi manusia dan  semestinya dijadikan alat bukan malah menjadi tuan bagi manusia. Namun, anak tidak mesti selalu disalahkan, namun bagaimana orangtua mendidik sejak prenatal menjadi penting. Kegagalan mendidik anak akan berakibat fatal di kemudian hari. Salah seorang rekan merefleksikan betapa pentingnya mendidik anak dengan tegas –bahkan mungkin sampai mebuat anak menangis- dengan semboyan, “Lebih Baik nagis Bocah tinimbang mbesuk ditangis Bocah” (Lebih baik mendidik dengan benar meski sampai anakmenangis daripada nanti dibuat menangis oleh anak)
Teknologi, iman dan dunia anak seperti sebuah jalan bercabang. Akan kemana tergantung kita yang menentukan. Akan membuat anak terlihat modern dan takketinggalan kemajuan teknologi namun gagal memahami etika,atau mau seperti apa,kembali ke semua dari kita. Selamat berjuang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH