Kamis, 07 Mei 2015

Biarkan Kebaikan itu mengalir ke mana saja..



Membiarkan Saling Bertukar
Umumnya, manusia hanya mau yang enak saja untuk dirinya. Hampir semua manusia,entah apapun agamanya, selalu membentuk formulsi doa untuk kebaikan diri secara manusiawi, namun mungkinkah itu terjadi?Bukankah alam semesta ini telah tercipta harmonis dan seimbang,sehingga keterpurukan akan bersanding dengan kemenagan?Bukankah keberhasilan akan senantiasa berkawan akrab dengan kegagalan? Manusia,hanya ingin mempengaruhi,enggan dipengaruhi, hanya mau melukai dan enggan dilukai. Semua terangkum dalam nada keangkuhan dan keegoisan,bahkan terkadang manusia juga enggan saling berbagi,meski itu bukan miliknya. Memang aneh manusia itu, diberikan sebuah kabar baik,dan tidak harus dimiliki, namun justru dipeluk dan disimpannya hanya untuk diri sendiri.
Paulus dengan tegas menolak paham ini,paham yang menyatakan bahwa Keselamatan/kabar kesukaan/berita menggembirakan itu hanya untuk golongan/kaum/bangsa tertentu. Paulus tegas menolak dan berani “Pasang Badan” untuk meruntuhkan barikade kaum sanhedrin yang kokoh mempertahankan ide dan pemahaman bahwa kabar baik itu hanya untuk mereka. Egoisme dan kekerdilan berpikir yang henak Paulus dobrak dalam persidangan sinode di Yerusalam sekitar abad pertama masehi.
Meski kisah itu sudah terlewat sekitar 2000an tahun lebih,namun puing-puing spiritualitas yang dihancurkan Paulus,tentang egoisme suku dan agama itu,masih bisa terbang jauh sampai ke peradaban postmodernisme sekarang ini,bahkan terkadang lebih berkembang dengan pesat. Mungkinkah kepingan spirituaitas egois itu seperti amoba/virus yang kuat bertahan hidup dan kemudian beradaptasi untuk berkembangbiak sesuai lokal wilayahnya?Entahlah, yang pasti,virus egois dengan menutup pintu kebersamaan itu masih ada. (Baca juga http://ppsetyasemesta.blogspot.com/2015/05/rumah-yang-terbuka-pintunya.html).
Paulus mengajarkan manusia untuk saling bertukar,saling memberi. Namun itu terkadang sulit terlaksana karena tubuh dan jiwa manusia ini sudah terbungkus cangkang egoisme yang tumbuh subur dalam ladang peradaban sekarang ini. Meski sulit,marilah kita menelaah serta mencoba melakukan ajakan Paulus, mau membuka diri dan membiarkan sesuatu saling, saling memberi dan menerima, saling mengoreksi dan dikoreksi dan selanjutnya. Sulit memang,namun bukan hal yang mustahil..
Selamat mencoba
Selamat pagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH