Kamis, 14 Mei 2015

Hebat karena Terawat



Hebat Karena Dirawat
Sore Harinya, sembari menunggu rekan-rekan mereka yang akan main Volly, Maruta dan Panggah ngobrol di dekat lapangan, di bawah pohon Talok sambil nyruput kopi dan kepulan asap kretek favorit mereka setia mengiring. Mereka sejatinya telah berulangkali diingatkan tokoh masyarakat dan agama mereka akan resiko hoby  mereka, namun dengan santai,mereka diam saja dan bila ada si Dul Gemet malah akan dijawab dengan celelekan,”Halah, orang ngrokok itu kan tandanya orang sehat. Lha kalau opname kan gabisa ngrokok”, Demikian biasanya jawaban Dul Gemet.
“Mar, lapangan ini masih baik dan enak dipakai, beda dengan di lapangan  kelurahan kemarin itu. Udah jelek,tidak terawat, keras lagi!Hukkh...Sebel!”, Panggah memulai percakapan. Kemudian Maruta, dengan masih memegang kopi menjawab.
“Segala sesuatu itu akan menjadi baik atau tidak memang tergantung dari bagaimana kita merawatnya. Jika kita dengan setia dan tekun serta benar merawatnya, pasti hasilnya atau keadaan apapun itu akan lebih baik. Demikian pula  dengan lapangan volly ini. Perhatikan juga pekerjaan Pak Tani, terkadang tidak mengenal musim dan cuaca,tidak mengenal waktu, mereka setia menjaga dan merawat tnaman di sawah dan ladangnya. Semua dilakukan demi kebaikan. Kebaikan tanaman di sawah dan di ladang berhubungan langsung dengan harapan dan kehidupan Pemiliknya, yaitu Pak Tani”
“Demikian juga dengan  hidup kita. Kita juga selalu dijaga dan dipelihara serta dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Dia itu selalu menyediakan kita semua kebutuhan kita. Udara,sinar matahari,air,bumi dengan segala keberadaanya. Semua diberikan kepada kita manusia dengan tidak memandang baik atau buruk sikap dan tindakan kita. Ini sama dengan Pak Tani, dia akan memberi pupuk dengan seadil-adilnya ke semua tanaman di seluruh sawah dan ladangnya, tanpa pernah mencoba melihat tanaman itu akan berbuah atau tidak. Hanya pada akhirnya, yang tidak berbuah akan dibawa ke perapian. Ini sama dengan Janji Tuhan yang akan menyertai,melindungi,mencukupi dan malah menyucikan semua umatNya. Sekarang tinggal bagaimana kita manusia ini menanggapi semua “Perawatan “Yang Maha Kuasa itu.”
Panggah Manggut-manggut, seolah memahami semua yang dikatakan sahabatnya, Si Maruta itu. Memang, dia paham betul akan encernya otak sahabatnya itu, meski kadang konyol,sakpenak’e kareb’e dewe, namun kecerdasannya memang sudah sangat dikenal. Lalu, Maruta terdengar kembali berbicara, “Manusia ini aneh Nggah, maunya enaknya sendiri saja. Semua sudah disiapkan, kata Kang Rakimin wisdicawisi, namun tetap saja meminta terus. Lihat saja doa-doa semua agam itu, isinya hanya kaya “Proposal”, semua permintaan”
Angin bertiup semilir,Matahari sore mulai terhalang puncak bukit di sebelah barat dusun itu,tepatnya diatas gunung Mur. Beberapa anak muda datang ke lapangan volly itu.
“Mar, ayo pemanasan. Kotbah’e suk neh...!”, Ajakan Panggah menghentikan ceramah Maruta.
Bersambung..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH