ANTARA
PANDAI DAN INGIN DILIHAT PANDAI
Sebuah
catatan reflektif
Untuk saudara-saudaraku semua yang sedang
bersidang..Jujur saja saya merasa risih dan bingung bukan kepalang. Kebingungan
ini semoga karena ketidakmengertianku dan atau kebodohanku saja dan buka karena
(maaf) kekanak-kanakan kalian. Mengapa aku sampai berbagi refleksi ini?Karena
memang aku merasa aneh dengan sebuah dunia persidangan ini. Jika persidangan
ini adalah persidangannya orang-orang pandai dan dewasa (karena semua minimal
sarjana dan sudah berusia lebih dari 25 tahun), mengapa sulit sekali tercapai
sebuah titik kesepahaman?Kesepahaman itu tidak dengan memaksakan pikiran atau
konsep masing-masing namun justru ketika masing-masing saling memberikan jalan
bagi pengertian satu dengan yang lainnya dan dengan demikian bisa saling
mengerti mengapa masing-masing memiliki pemaknaan yang berbeda.
Semua terlihat ingin tampil dengan suara yang
lantang dan terlihat jelas, meski sejatinya sedang mengulang dan mengulang
susuatu yang telah dan dengan letih dipercakapkan. Apakah memang saudara semua
akan menghabiskan energi hanya untuk kepuasan pribadi?Apakah dalam sebuah kebersamaan
akan terwujud kepuasan bersama?Dan apakah dalam melihat serta memaknai satu
obyek kehidupan, semua akan memiliki gambaran yang sama antara satu dengan yang
lainnya?
Apakah bahasa –sebagai alat komunikasi- bisa mewakili sebuah realita dan dengannya semua bisa menangkap obyek dengan utuh dan sempurna?
Apakah bahasa –sebagai alat komunikasi- bisa mewakili sebuah realita dan dengannya semua bisa menangkap obyek dengan utuh dan sempurna?
Ahhh, kalian saudara-saudaraku. Mengapakah kalian
tidak mengerti bahwa kita ini beragam dan oleh karenanya masing-masing dari
kita memiliki hak dan kesempatan melihat dan memaknai sesuai deng Mata
kita?Bisakah aku melihat bulan itu dengan matamu?Dan apakah aku salah jika saat
bulan purnama aku melihat bulan berwarna hijau sementara kau lihat warna
purnama itu perak kemilauan, padahal kornea mataku memang tidak bisa menagkap
warna cahaya perak kemilauan?
Kau sering terlihat pandai saudara-saudaraku,
namun sejatinya kau sedang mempertontonkan ketidakpandaianmu. Kau sering
mengumbar ide liarmu dan kau paksa kami menelan mentah-mentah konsep kalian
yang kau anggap paling baik,padahal sejatinya itu sesuatu yang usang juga. Kau berharap
orang lain bisa melihat semua seperti yang kau lihat dan saat temanmu,
tetanggamu tidak bisa melihatnya sama seperti yang kau lihat, kau ngamuk dan
memaksa kami-kami yang memiliki keterbatasan pandangan memiliki kesamaan dengan
hasil tangkapan matamu dan bahkan meski kami melihatnya hijau,kau paksa kami
mengatakan perak kemilau?Akh...ada apa dengan dirimu saudara-saudaraku..
Lihatlah
saudaraku semua yang berbahagia dan yang pandai...
Dunia ini beragam dan karenanya beragam pula hidup
dan pemaknaannya. Juga dalam melihat,menerima dan memaknai segala sesuatu. Jangan
pernah berpikir bahwa uang Rp.15.000 itu tidak berarti apa-apa karena kalian
tinggal di kota besar dan penghasilanmu sebulan sebesar penghasilan kami
sepuluh tahun, karena untuk kami yang di pinggiran, itu sangat berharga buat
kami. Juga jangan paksa kami mengikuti “Nada Lagumu” yang tidak cocok dengan
membran suaraku. Ayo kita nyanyikan sebuah lagu dengan indah meski kita
berangkat dari nada yang berbeda. Apakah salah kalau aku menyanyikan sebuah
lagu dengan nada dasar F sementara kalian menyanyikannya dengan nada dasar
C?Perhatikan saudaraku..
Dalam percakapan ini,sungguh aku melihat keanehan
pada diri kalian saudara-saudaraku. Aneh karena kalian selalu berjuang
memaksakan konsep berpikirmu, dan dengan itu kalian tidak pernah menghargai
sebuah keberagaman. Ingatlah saudaraku, kita berbeda. Semua dalam diri kita berbeda dan oleh
karenanya, mari kita saling memberi jalan untuk mengerti demi keindahan hidup
bersama.
Cukup sekian dulu saudara-saudaraku,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar