NARASI
AKIK
Tampaknya masyarakat di negeri ini memang type
masyarakat yang dramatis dan insidental.
Mengapa demikian?Karena selalu senang dengan sesuatu yang bersifat dramatis dan
sementara. Setelah sekitar 4 atau 5
tahun yang lalu semua orang dihebohkan dengan “Daun Emas” kini masyarakat
digegerkan dengan “Batu Emas” yang bernama akik. Batu memang bermacam bentuk
dan model serta keberadaanya, namun manakala batu itu dipopulerkan dan kemudian
didramatisasi maka itu akan merubah sebuah pradigma berpikir. Saat paradigma
berpikir berubah (meskipun terpaksa ikut-ikutan berubah) maka semua tingkah
laku manusia menjadi berubah.
Dalam beberapa bulan terakhir, AKIK seolah menjadi
primadona percakapan kapanpun dan dimanapun serta oleh siapapun. Dari yang sama
sekali tidak pernah mengerti tentang akik menjadi seperti Ahli Nujum tentang
akik. Membuka lapak dari pingir jalan sampai di internet online demi mengais
penghasilan dari Batu bernama akik. Tidak salah memang, namun pertanyaannya
kemudian adalah, sampai kapan kemudian “Geger Akik” ini akan bertahan?
Jika setelah menginvestasikan jutaan rupiah dan
kemudian harga si Batu Akik iki anjlog, siapa yang akan menanggung?Dan juga,
akan dikemanakan si Batu akik ini?Sama seperti Heboh Anthurium tempo waktu,
setelah semua mencari dan membeli, bahkan sampai ada yang menjual rumah demi
mengais untung besar, kemudian secara dramatis pula, Anthurium tidak berharga. Maka,
sesal saja yang kemudian terjadi.
Akik telah mewabah dalam benak pikir sebagian
besar manusia di negeri ini. Dari petani kampung sampai pejabat heboh. Dari yang
terbiasa menyembunyikan tangan sampai yang selalu mengankat tangan demi
memamerkan koleksi akik terbaru dan terpopuler miliknya. Korban dari virus akik
sudah mulai berjatuhan, dari yang kejatuhan batu akibat menambang secara liar,
sampai rumah tangga porak poranda karena memburu akik.
Yang perlu disadari dari beberapa narasi
dramatisasi itu, baik Ikan Loan,Cupang,Anthurium dan sekarang Akik adalah,
semua itu bersifat sementara. Maka, jangan pernah menggantungkan hidup pada
Akik ini jika tidak benar-benar memahaminya. Cobalah mencari “Track Lain” yang
lebih bersifat berkelanjutan dan berkembang. Semisal, memanfaatkan Teknologi
komunikasi sebagai media mencari kehidupan.
Salam untuk cinta untuk semesta
CINTA SEMESTA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar