Jumat, 29 Mei 2015

Batu Akik dan Kelahiran Baru



Cara Pandang Yang Berubah
Panggah dan Maruta sedang dilanda kalut bukan kepalang. Kekalutan mereka dikarenakan sebuah hal yang terjadi di kampung kecil itu. Semua orang, warga kampung itu tiba-tiba berubah mata pencaharian, dari yang petani,pedagang maupun peternak, mereka tiba-tiba mencaji pencari batu. Bukan sembarang batu,bukan batu untuk bangunan melainkan menjadi pencari batu akik. Panggah dan Maruta, terkadang juga ikut-ikutan latah,mereka juga berbaur dengan mereka,menggali bukit batu di sebelah tenggara dusun kecil itu,yang mereka namakan Gunung Preniti. Mereka sibuk menngali dan membongari bebatuan di dinding barat bukit itu untuk menemukan batu akik.
Hingga pada suatu malam,usai mereka letih seharian membongkari bebatuan di gunung preniti, dalam perjalanan pulang, di bawah temaram sinar rembulan,mereka berdiskusi.
“Mar, sebenarnya benar nggak ta kalau di dalam gundukan bebatuan preniti itu ada tersimpan batu akik?Malah kata Lik Kacik,ujud batunya adalah kecubung. Dan katanya pula, beberapa diantara kita sudah mendapatkannya?Seperti  Saimun,Jamali,Miduk dan Si Gepeng?”, Sergap Panggah kepada Maruta.
“Tahulah Nggah, aku sendiri juga masih ragu. Aku ikut itu Cuma ingin membuktikan kebenaranya. Namun sampai hampir sebulan ini belum juga menemukan. Dan juga, aku tahu bahwa hampir semua dari warga dusun ini yang memburu batu akik itu belum juga mendapatkannya. Namun tetap saja mereka memburunya. Katanya, waktu sebulan akan cucuk harga satu biji batu akik merah delima atau kecubung seberat 200 gram sudah untukng karena dijual harganya bisa 8 juta.”, Maruta menjawab sambil menyalakan sigaret kesukaannya.
“Nggah, sejatinya para pencari Batu akik itu sudah ada sejak jaman dahulu,hanya saja tidak seheboh saat ini. Dahulu Akik hanya dilihat sebagai hiasan dan kolektor saja yang memburu,namun setelah harganya melambung,semua orang jadi berubah cara pandangnya.  Intinya, semua ini terjadi karena perubahan cara pandang.”Maruta melanjutkan penjelasannya.
Panggah manggut-manggut. Ia ingat salah satu ajaran Agama yang diyakininya bahwa Perubahan Cara pandang itu dinamakan Kelahiran Baru. Dengan Kelahiran baru,memandang sesuatu dengan sudut dan pemaknaan yang berbeda akan merubah pula pola tindakan manusia, siapapun dia. Cara beragama,beriman,bergereja,bermasyarakat,bersosialisasi, bekerja dan apapun itu akan mempengaruhi cara bertindak.
“Nggah, ayo pulang, dah lepas senja...”Maruta membangunkan Panggah dari lamunannya.
Perubahan cara pandang, itulah KELAHIRAN BARU yang diajarkan Sang GURU AGUNG Kehidupan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH