Minggu, 24 Mei 2015

Maknailah semuanya..

SPIRITUALITAS MEMAKAI PAKAIAN
Dugaan saya, manusia memakai pakaian,apapun jenis dan modelnya,pastilah punya tujuan dasar. Tujuan dasar itu adalah untuk menjaga tubuh dari sengatan matahari dan terpaan dingin. Oleh karena itu,pakaian yang dikenakan oleh manusa akan selalu berbeda motif dan bentuknya tergantung dari wilayah,area yang didiami. Orang di daerah kutup, baik utara maupun selatan, tidak akan cocok menggunakan pakaian khas Papua,karena sangat dingin.Kemudian selain tujuan pokok (primer) itu, masih ada beberapa tujuan-tujuan sekunder,semisal demi mode,demi lebih terlihat rapi dan cantik atau tampan.  Namun yang jelas,manusia menggunakan pakaian,tujuan dasarnya adalah untuk menjaga tubuh dari ancaman panas dan dingin. Selain tujuan primer dan sekunder yang telah saya sebutkan di atas, kemudian dikemudian hari,manusia memakai pakaian juga untuk tujuan dan SIMBOL relegius,atau tujuan ritus. Dengan memakai pakaian tertentu orang akan merasa sedang menjalankan “Sebuah Perintah Illahi” dan karenanya, akan memberi argumentasi pakaiannya dengan argumentasi relegius,iman dan mungkin teologis.
Perkembangan berpikir manusia sangat cepat,ituseiring sejalan dengan laju peradaban. Modern,sekarang ini orang menyebutnya. Nah,di jaman modern ini,motif orang memakai pakaian juga semakin banyak,kecuali yang sudah saya sebutkan di atas,masih ada tambahan-tambahan yang lainnya. Namun yang paling unik adalah ketika orang menggunakan pakaian,seolah sudah menjalankan seluruh paham akan konsep keberimanannya. Jadi iman, spiritualitas relasional antara Sang Khaliq dengan Titah yang bernama manusia itu telah diredusir sedemikian parah sampai iman dan kepercayaan itu hanya sebatas pakaian.
Pergumulan ini yang dulu jugadilalui dan dirasakan oleh Raja Daud. Ia menyaksikan bahwa kehidupan beragama di jamannya sudah terdegradasi,hanya sebatas melakukan ritus. Jik asudah itu,usai. Manusia sudah merasa melakukan semua demi menjaga relasinya dengan Sang Khalig tadi.
Oiya, tentang pakaian tadi. Tidak salah sih mengidentifikasi dengan simbol budaya tertentu,itu sah-sah saja. Tidak ada larangan dan –seharusnya-juga tidak ada himbauan. Masalahnya adalah,jika dengan memakai simbol pakaian dalam budaya tertentu,yang lahirnya sangat dipengaruhi konteks iklim dan geografi, kemudian sudah merasa sah menjadi orang yang beriman dan karena itu bebas bertindak,bebas berkorupsiria,berselingkuhria,bergerombol untuk memusuhi yang lain. Jika sudah demikian,maka iman dan relegiositas hanya akan sebatas simbol,sementara tindakan kriminal tidak akan dipermasalahkan. Kalau sudah begini, sepertinya memang peradaban ini akan kembali ke siklus awal. Yang kuat akan menang yang lemah akan terbenam.
Selamat berefleksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH