Jumat, 01 Mei 2015

Sebuah Pengakuan Penyesalan

Anak Cucuku, Maafkan Aku....
Mungkin semua keturunanku tidak akan mengalami begitu banyak persoalan andai dahulu aku bercakap dengan baik dengan perempuan itu. Memang aku akui, saat perempuan itu tiba-tiba datang ke tempatku (yang kemudian semua anak cucuku mengimaninya bahwa dia dihadirkan oleh Sang Illahi sendiri), langsung kami saling kenal dan bercakap. Aku sendiri tidak tahu apakah memang aku dan perempuan itu orang pertama dan kedua di muka bumi ini. Namun jujur kuakui bahwa aku lupa menyampaikan sesuatu yang di kelak kemudian hari akan menjadi peristiwa yang dikenang semua anak cucuku.
Sewaktu aku masih sendiri, melalui mimpiku aku seolah diberi pesan oleh sebuah suara yang takpernah aku temui wujudnya. Pesannya adalah agar aku dan siapa saja yang mendiami tempat indah ini tidak boleh memakan buah yang selalu berbuah ranum di ujung taman tempat tinggalku. Oiya, aku sendiri tidak pernah tahu siapa leluhurkua,yang kutahu adalah aku ada di taman itu sudah dengan kesadaran seperti ini. Aku tidak tahu, mengapa suara itu melarangku dan siapa Dia sesungguhnya. Dan meski aku tidak tahu dan mengenalnya,aku tunduk akan “Dhawuh” itu. Sampai kemudian, aku dipertemukan dengan perempuan itu. Saking gembiranya aku memiliki teman sewujud denganku, sampai lupa aku menyampaikan pesan itu kepada perempuan itu.
Hari-hari kami lalui dengan senang gembira. Semua sudah tersedia dan semuanya sangat baik. Indahnya keadaan itu membuat waktu bagi kami tidak ada artinya, waktu akan berarti jika aku memikirkannya, namun sewaktu aku menikmatinya dengang gembira, sang waktu itu sejatinya tidak ada.
Hingga pada pada suatu kesempatan, manakala aku sedang  tidak bersama dengan perempuan itu, oiya lupa,aku suka sekali menyendiri di tepian sungai di ujung barat taman itu karena airnya jernih dan ikan-ikannya sangat indah, terjadilah sebuah peristiwa. Sejatinya aku tidak tahu persis apa yang terjadi dengan perempuan itu, yang katanya bertemu dengan binatang aneh yang bisa bicara. Binatang itu mengatakan sesuatu yang dulu juga aku dengar melalui suara aneh namun dalam wujud yang berbeda. Jika aku diminta suara itu tidak memakan buah ranum itu, karena (katanya) aku akan mati, perempuan itu justru malah diminta mmetik dan memakannya.
Perempuan itu memakannya dan kemudian merasakan banyak keanehan. Oleh karenanya, dia kemudian mencariku dan memberikan buah itu. Aku lupa dengan bentuk buah larangan suara yang menemuiku itu, maka akupun memakannya.
Dan.....................

Bersambung...(ikuti kisah selanjutnya...)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH