Anak Cucuku, Maafkan Aku....
Mungkin semua keturunanku tidak akan mengalami
begitu banyak persoalan andai dahulu aku bercakap dengan baik dengan perempuan
itu. Memang aku akui, saat perempuan itu tiba-tiba datang ke tempatku (yang
kemudian semua anak cucuku mengimaninya bahwa dia dihadirkan oleh Sang Illahi
sendiri), langsung kami saling kenal dan bercakap. Aku sendiri tidak tahu
apakah memang aku dan perempuan itu orang pertama dan kedua di muka bumi ini. Namun
jujur kuakui bahwa aku lupa menyampaikan sesuatu yang di kelak kemudian hari
akan menjadi peristiwa yang dikenang semua anak cucuku.
Sewaktu aku masih sendiri, melalui mimpiku aku
seolah diberi pesan oleh sebuah suara yang takpernah aku temui wujudnya. Pesannya
adalah agar aku dan siapa saja yang mendiami tempat indah ini tidak boleh
memakan buah yang selalu berbuah ranum di ujung taman tempat tinggalku. Oiya,
aku sendiri tidak pernah tahu siapa leluhurkua,yang kutahu adalah aku ada di
taman itu sudah dengan kesadaran seperti ini. Aku tidak tahu, mengapa suara itu
melarangku dan siapa Dia sesungguhnya. Dan meski aku tidak tahu dan
mengenalnya,aku tunduk akan “Dhawuh” itu. Sampai kemudian, aku dipertemukan
dengan perempuan itu. Saking gembiranya aku memiliki teman sewujud denganku,
sampai lupa aku menyampaikan pesan itu kepada perempuan itu.
Hari-hari kami lalui dengan senang gembira. Semua sudah
tersedia dan semuanya sangat baik. Indahnya keadaan itu membuat waktu
bagi kami tidak ada artinya, waktu akan berarti jika aku memikirkannya, namun
sewaktu aku menikmatinya dengang gembira, sang waktu itu sejatinya tidak ada.
Hingga pada pada suatu kesempatan, manakala aku
sedang tidak bersama dengan perempuan
itu, oiya lupa,aku suka sekali menyendiri di tepian sungai di ujung barat taman
itu karena airnya jernih dan ikan-ikannya sangat indah, terjadilah sebuah
peristiwa. Sejatinya aku tidak tahu persis apa yang terjadi dengan perempuan
itu, yang katanya bertemu dengan binatang aneh yang bisa bicara. Binatang itu
mengatakan sesuatu yang dulu juga aku dengar melalui suara aneh namun dalam
wujud yang berbeda. Jika aku diminta suara itu tidak memakan buah ranum itu,
karena (katanya) aku akan mati, perempuan itu justru malah diminta mmetik dan
memakannya.
Perempuan itu memakannya dan kemudian merasakan
banyak keanehan. Oleh karenanya, dia kemudian mencariku dan memberikan buah
itu. Aku lupa dengan bentuk buah larangan suara yang menemuiku itu, maka akupun
memakannya.
Dan.....................
Bersambung...(ikuti kisah selanjutnya...)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar