TELAH
SELESAI TUGASNYA
Kematian, meskipun semua sudah mengenal dan
mengerti bahwa pasti akan terjadi, selalu menghadirkan duka. Kematian pasti
akan selalu membedah tanggul air mata dan akan memnjadikannya mengalir bak
banjir. Perasaan kehilangan,keharuan,kepedihan bertumpuk menjadi satu. Atas nama
kepedihan inilah, sepanjang sejarah, manusia terus dan terus mencari jawab akan
misteri kematian. Oleh karenanya,agama dihadirkan demi menjawab “Galau Abadi”
makluk yang bernama manusia ini.
Agama-agama, berlomba mencari jawab dengan seribu
satu macam jurus, dan olehnya juga sering dipakai untuk “Media Promosi” demi
menarik sebanyak mungkin “Member Baru” masuk ke komunitasnya,dengan sebongkah
harap akan mndapatkan “Pahala” sewaktu kelak sampai pada ujung kehidupan itu
sendiri.
Teologi (bahasa saya) tentang kematian tidak
pernah akan usai, dikarenakan manusia akan selalu gelisah sebelum menemukan
jawaban yang pasti. Selalu saja manusia
dengan kendaraan agam warisan mereka berupaya mengerti dan –ironismya- membujuk
banyak orang menyetujui konsepnya. Sungguh sangat ironi.
Jika manusia sadar bahwa hidupnya terbagi menjadi –paling
tidak – tiga wilayah,yaitu kekekalan-kefanaan dan kekekalan kembali, maka
sejatinya hidup di dunia ini adalah wilayah kefanaan dan harus berjuang untuk
nantinya menuju kekelan kembali. Dengan konsep ini,maka hidup di dunia adalah
sebuah kerja dan sewaktu pekerjaan ini usai,ya
harus kembali lagi ke ruang kekekalan itu.
Konsep ini mungkin bisa menolong mereka-mereka
yang berhadapan dengan situasi kematian. Sampaikan kepada keluarga yang
ditinggalkan bahwa, saudara yang telah meninggal adalah saudara yang telah usai
tugasnya dan oleh karenanya harus kembali ke ruang kekekalannya kembali. Msasalah
tahu atau tidak jalannya, itu urusan pribadi si orang yang sudah usai tugasnya
itu. Dengan pemahaman ini, sedikitnya akan menolong yang ditinggalkan untuk
segera menyadari akan posisi hidup dan kehidupan ini. Semua demi keseimbangan
semesta.
Salam cinta untuk semesta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar