Pagi yang cerah, udara dan langit seolah
berkompromi untuk memberikan keindahan untuk penghuni semesta. Kicau burung-burung
yang masih tersisa di alam bebas seolah ikut membuat suasana semakin
menyenangkan. Beberapa warga masyarakat sudah mulai beraktifitas sesuai dengan
panggilan hidupnya, dan ternyata pagi itu banyak senyum yang terlontar dari
wajah-wajah polos mereka. Sambil menggendong senik, beberapa ibu-ibu sudah harus menyinbak dinginnya pagi untuk dereb,beberpa tukang angon bebek juga
sudah menggiring bebek-bebek mereka menuju sawah-sawah yang usai dipanen. Juga beberapa
pak tani yang bersiul sambil memanggung pacul menuju sawah mereka. Sungguh pemandangan
yang mempesona, kehidupan alam yang penuh harmoni dan cinta sejati.
Tiba-tiba seekor induk ayam berteriak dan beberapa
anaknya berlarian menuju bawah sayap-sayapnya. Suaranya menyiratkan bahaya
sedang mengancam mereka. Dan ternyata memang iya, dari ketinggian,di pagi yang
cerah itu, seekor elang menukik cepat mencoba menyambar salah satu dari
anak-anak ayam itu. Beruntung sang induk mampu menjaga, mampu melindunginya,
meski dengan bertaruh nyawa. Elang itu kemudian kabur setelah ada beberapa ekor
kambing keluar kandang menuju tempat penggembalaan.
Dua unggas berlainan jenis/spesies itu pada pagi
yang indah sudah harus saling menyabung asa demi bertahan hidup. Si Elang,
sepagi mungkin mencari santapan dengan kemampuan istimewa yang diberi oleh Sang
Khaliq, sementara si Induk Ayam berjuang
semampunya menjaga keberadan diri dan calon keturunannya. Bukan masalah siapa
yang gagal dan berhasil, namun keduanya mengajari kepada kita, betapa hidup ini
adalah sebuah upaya bertahan demi menjaga eksistensi.
Keadaan kemudian kembali tenang, dan si induk ayam
mulai melepas anak-anaknya kembali. Mereka kembali bermain dan bekerja mencari
makan, sampai kemudian si induk menemukan makanan. Dengan suaranya yang khas,
si induk memanggil anak-anaknya, kemudian mereka berkumpul, menikmati makanan
hasil jerih induknya, karena bapaknya tak tahu entah ke mana.
Induk ayam itu mengajari manusia, betapa
perjuangan itu terkadang bukan untuk “diri” melainkan demi yang lain. Sudahkah anda
lebih berani berkorban seperti induk ayam itu?
Selamat Pagi Sahabat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar