Pohon
Terakhir
“Untuk membuat kerangka rumahmu, pergilah ke hutan
dan carilah serta pilihlah pohon yang menurutmu paling baik. Kemudian tebanglah,pakailah
itu untuk kerangka rumahmu”, Demikian seorang bapak memberikan nasehat kepada
bapaknya untuk mencari kayu terbaik demi kerangka rumahnya. Maka esok paginya,
bergegaslah pemuda itu menuju hutan dengan peralatan yang akan dipkainya untuk
menebang pohong.
Dengan teliti dan cermat Pemuda itu menjelajahi
hutan dengan segala tantangannya. Ia berjuang untuk memilih pohon yang paling
baik untuk kerangka rumahnya. Semakin jauh ke dalam,semakin lama ia mencari,
namun tidak juga ia menemukan pohon yang menurutnya paling baik. Hari semakin siang, terik
matahari yang menerobos dedaunan hutan bisa terasa semakin menyengat. Terkadang
pemuda itu beristirahat untuk menghilangkan letih, kemudian melanjutkan
perjalanan.
Sampai hampir senja, pemuda itu belum menemukan
pohon yang baginya baik dan kuat. Letih semakin mendera pemuda itu dan semakin
terkujut dia bahwa ternyata hutan itu hampir berujung. Semakin galaulah
dia ketika kemudian dihadapannya
pepohonan semakin sedikit. Ia bingung bahwa tidak ada yang baik sesuai dengan
hasrat dirinya. Dan ketika pada akhirnya ia sampai di ujung hutan itu, karena
dilihatnya di depannya ada perkampungan dan suara kokok ayam,semakin pesimislah
ia untuk mendapati pohon itu.
“Sudahkah kau menemukan pohon yang kau inginkan?”,
Tiba-tiba sambil menepuk bahunya,suara bapaknya mengagetkannya.
“Belum Pak,dan hutan ini sudah berujung”,Jawab
pemuda itu.
“Apapun keadaannya,kau harus memilih salah satu
pohon yang tersisa di hadapanmu untuk
kerangka rumahmu”,Jawab si ayah dengan santai dan datar. “Namun bapak,tidak
ada yang baik?”
“Masalah baik dan tidak, kau sudah diberi
kesempatan memilih di seluruh hutan,namun kau tidak segera memilih. Sekarang apapun
keadaanya, kau harus memilih. Baik atau tidak tidak begitu penting untuk saat
seperti ini, yang paling tepat adalah bagaimana nantinya kau
mempertanggungjawabkan pilihanmu” Jawab Bapak itu bijak.
Dengan segera, pemuda itu menebang pohon terakhir
untuk dijadikan kerangka rumahnya. Hidup itu pilihan dan benar atau salah itu
bukan yang utama, namun yang terutama adalah bagaimana mempertanggungjawabkan
pilihan-pilihan hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar