Kamis, 14 Mei 2015

PKS (Penyuluh Kerajaan Sorga). Kisah Maruta dan Panggah

.....................sambungan dari..

Jangan Takut Dengan Pensiun...Segera Klik INI SAJA


Siang itu, tanggal merah, membuat banyak anak-anak bermain dengan kesenangan polos laksana kesenangan purbakala. Beberapa orang nampak berjalan bergerombol di jalan desa yang sudah terbeton, proyek swadaya warga desa karena taktersentuh program pemerintah. Selentingan yang terdengar sih, dusun kami tidak dipikirkan pemerintah waktu itu karena ada beberapa warga yang tidak pro dengan partai berlogo pohon rindang itu, malah memilih setia dengan Banteng Nesu. Mereka berpakaian rapi, batik sederhana namun elegan dan menyenangkan pandangan. Kutahu, ternyata ini hari adalah hari  besar kaum nasrani. Itu kekutahui setelah melihat beberapa warga bercakap dalam perjalanan. Maruta nampak gagah berjalan di belakang rombongan itu, sambil tidak henti-hentinya memejeti tuts-tuts ipad dan blekberinya.

“Mar...Mar, mbokya jalan itu lihat jalan, bukan ngehapeee aja!”, Tiba-tiba Panggah menegor dari ujung jalan, di teras samping sebuah rumah yang sedang direnovasi lereng tanggulnya.
“Eh kamu ta Nggah, ngrewangi Wo Mukijo ta?” Sapa Maruta. “Kalau mbantu itu ya yang tenanan, tidak loran-leren saja. Kasihan tuh, rokok dan kopi habis, mesti kamu yang menghabiskan?”
“Enggak kok Mar, itu lho, Bantheel, bukan aku!” Serga Panggah. Lalu mereka ngobrol di dekat kandang sapi yang lereng sebelahnya ditembok biar tidak longsor.

KLIK SAJA


“Mar, tadi aku kan ikut dengerin kotbah di radio, kan mbah Trimah gabisa brangkat ke greja, tadi ada stasiun radio yang menyiarkan kotbah, ya aku ikut aja ndengerin. Ternyat kotbahnya apik lho Mar. Kalau ga salah, sebab aku lamat-lamat dengere, tadi itu pakai gambaran Penyuluh Pertanian, (PPL). Setelah penyuluh pulang kan msti dilakukan kan apa yang diajarkan?Demian juga Isa, Dia melakukan Penyuluhan Tentang Kerajaan Surga, pak Ndito pakai istilah Penyuluh Kerajaan Sorga (PKS), lha setelah penyuluh itu pulang kan para petani harus bekerja. Karena kalau ndomblong saja mesti swah ladange tidak panen, begitu juga setelah Isa kembali ke surga, mka manusia harus mempraktekan ajarannya itu yang kuingat Mar”, Panggah berapi-api berkisah, sembari nyedot 76 jatah rewang hari itu.
Maruta, terdiam,namun membenarkan kata-kata sahabatnya,Si Panggah yang sejatinya berbeda cara beriman dengannya. Dia malah bingung di gereja tadi, pengkotbahnya terlihat hanya membaca dan tidak persiapan. Hmmm, kalau begini, kalau diterangkan penyuluh ga mendengar lalu tidak bisa praktek, yang salah siapa ya?

“Mar, aja ngalamun,,,kae Triyani datang!!”, Panggah mengingatkan  Maruta..Dan...
Tunggu kisah Maruta dan Panggah edisi berikutnya



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FIKSI Di Malam PASKAH