GUNDUL-GUNDUL
PACUL
Anak kedua saya, berusia empat tahun, sedang hobby menyanyi, meski lafalnya belumlah jelas
benar. Pelafalan huruf per huruf masih kacau. Namun demikian, dia selalu
bernyanyi dan bernyanyi. Hal ini membuat saya tergelitik untuk ikut bernyanyi. Jadilah
saya berulang kali menyanyikan sekaligus melafalkan dan juga mengeja syair lagu
itu.
Kalau
tidak salah bunyi syair lagu itu demikian..
Gundul-gundul pacul..cul..gembelengan
Nyunggi-nyunggi wakul...kul
gembelengan..
Wakul ngglempang segane dadi
saklatar...
Wakul ngglempang segane dadi
saklatar..
Sebuah syair yang sederhana...Gundul artinya kepala...pacul artinya cangkul...kepala adalah
simbol harga diri, kemuliaan dan ketinggian. Gundul pacul adalah sebuah tanggung
jawab untuk menjaga kemuliaan. Artinya, lagu itu sejatinya sebuah sindiran
lembut dari rakyat jelata. Sindiran untuk para pemimpin yang diberi wewenang
atau tanggung jawab yang mulia. Apa tanggung jawabnya?
Nyunggi
Wakul. Nyunggi adalah bahasa jawa yang artinya menempatkan sebuah barang di
atas kepala Ini beda dengan memikul, karena memikul adalah dengan pundak. Menempatkan juga pada tempat yang tinggi. Yang disunggi adalah
Wakul. Wakul adalah tempat nasi untuk penduduk desa di wilayah Jawa. Artinya,
si pemimpin sejatinya sedang mengemban sebuah tanggung jawab yang tidak
ringan. Wakul yang berisi makanan. Artinya, hidup dan tempat kehidupan orang banyak
(masyarakat) sedang diemban oleh si pemimpin.
Namun
yang terjadi adalah...si pengemban wakul itu gembelengan. Gembelengan berarti
kemaruk,sombong,sembrono di dalam mengemban tanggung jawab itu. Akhirnya wakul
itu ngglempang atau tumpah sehingga sega
atau nasi sebagai simbol kehidupan itu tumpah. Tumpahannya menjadi selebar
latar/halaman. Karena tumpah ke tanah (Jaman dahulu halaman rumah masih tanah)
maka sudah tidak bisa dimakan, dijadikan sumber hidup dan kehidupan. Tumpahan nasi
di latar atau halaman itu menjadi makanan pitik/ayam dan kirik/anjing.
Sebuah
sindiran cerdas dari kaum jelata,kaum pinggiran yang sejatinya bisa tetap bisa
dinyanyikan oleh masyarakat jaman sekarang. Marena apa?Karena para pemimpin
sekarang sejatinya lebih gembelengan di di dalam mengemban tanggungjawab mereka
untuk mengemban kehidupan bersama atau masyarakat. Kehidupan itu kemudian
tumpah,kacau balau dan menjadi santapan hewan-hewan, baik pitik/ayam maupun
kirik/anjing.
Rakyat
jaman dahulu cerdas memberikan kritikan dengan simbol-simbol. Itu wujud
kepedulian masyarakat terhadap keberlangsungan kehidupan bersama berbangsa dan
bernegara. Saatnya kita semua sebagai warga negara juga cerdas memberikan
kritik yang membangun untuk para pemimpin dengan kemampuan kita. Tujuan kritikan
adalah bukan untuk mengambil alih tanggung jawab mengemban wadah kehidupan,
namun untuk menyadarkan sang pengemban. Ini yang membedakan rakyat dahulu dan
sekarang. Sekarang mengkritik karena mengincar jabatan. Jabatan yang diicar itu
karena ada niat lain,yaitu korupsi dan kepuasan diri.
Akh..kok
malah ngelantur..ini kan tentang lagu dolanan gundul-gundul pacul
tah?Yauda,tidak usah berat-berat dipikirkan, ayo, yang bisa nembang/nyanyi
gundul-gundul pacul...segera bernyanyi..Saya juga mau ngajak junior saya kedua
nyanyi..
Gundul..gundul
pacul..cul...gembelengan...
Silakan
lanjutkan sendiri-sendiri...
Salam..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar